Semua Bab Terpaksa Menikah Muda: Bab 31 - Bab 40

187 Bab

Penolakan Untuk Relin

“Sebaiknya Anda istirahat yang cukup Tuan, nanti saya akan berikan vitamin agar tidak mual-mual kembali. Dan mungkin ini karena kehami—” “Dokter Meyda, maaf menyela ucapan Anda. Apa Tuan Aron perlu dibawa ke rumah sakit?” timpal Bimo cepat, ia menyorot dokter cantik itu dalam. Seolah berbicara lewat tatapan mata. “Ah, tidak perlu.” Dokter Meyda tersenyum canggung, melirik kembali pada Bimo yang menatapnya tajam.“Jika sudah selesai, mari saya antarkan keluar, Dokter,” ungkap Bimo. “Kau ini agresif sekali, apa kau mulai tertarik dengan lawan jenis, Bimo? Jika, iya. Mandilah terlebih dahulu, baumu sangat menyengat,” sindir Aron dengan wajah yang sangat menjengkelkan. Jika membunuh majikan tak mendapat hukuman, ingatkan Bimo untuk menyekap Aron dan membuangnya ke sarang buaya. ”Baik, Tuan,” balasannya kalem. Berbanding terbalik dengan jeritan hatinya. Setelah kedua orang itu pergi, Kamila yang sejak tadi diam menatap ke arah Aron. “Saya permisi dulu, Tuan. Karena masih ada pekerjaan
Baca selengkapnya

Sakit Hati

Setelah melewati mood swing beberapa hari ini, serta penciuman yang sangat aneh. Aron sudah kembali ke setelan awal. Tapi sikapnya agak sedikit manja pada Kamila, apalagi ia sekarang memakai parfum yang sama dengan wanit itu.Walau harganya di bawah lima puluh ribu, tapi Aron sangat candu—mengalahkan parfum mewahnya yang seharga jutaan rupiah. “Kau sudah memberikan hadiiah yang saya suruh, Bimo?” tanya Aron sembari menatap lurus pada komputer di depannya, menampilkan grafik serta angka. “Sudah, Tuan. Tas mewah serta bunga untuk Nyonya Relin, seperti kemarin,” jwab Bimo datar.Memang beberapa hari ini Aron rutin mengirimkan Relin barang mewah serta hal-hal yang wanita itu sukai, katanya sebagai bentuk rasa bersalah akibat mengatakan jika Relin bau bunga kuburan. Bahkan saat itu Relin langsung menangis dan meminta pulang pada Panji, ia juga mogok bicara pada Aron. Sebagai bentuk pelampiasan atas kekesalan serta rasa marahnya.“Tapi Tuan muda, Tuan Panji melarang Anda mebgirimkan semua
Baca selengkapnya

Tolong Bertahan

“Semuanya akan baik-baik saja, Bibi.” Relin menepuk lembut bahu Dona yang menangis dalam pelukannya. “Pa–paman kamu, Relin. Dia akan baik-baik saja, bukan?” bisiknya lirih. Ia begitu kaget kala Aron memberitahunya, dan mereka semua bergegas menuju rumah sakit. “Pasti Bibi, bukankah Paman Tama adalah orang yang kuat? Pasti dia bisa melewati ini semua,” balas Relin menenangkan. Relin masih mengingat jelas kala Panji membangunkannya dengan wajah pucat pasi, dan ia hanya terbengong saat sang suami mengendarai roda empatnya menuju rumah sakit Dewangga. Suara tangisan Dona serta wajah datar Aron adalah hal pertama yang ia lihat. “Mas Panji, Aron mau ke mana?” tanya Relin ketika melihat Aron yang sedang tergesa-gesa bangkit dari duduknya diikuti oleh Bimo. “Tidak tahu, Sayang. Mungkin mau mengurus sesuatu yang penting.” Pria itu menjawab serak sambil terus mencoba menghubungi orang tuanya. “Halo Ayah, tolong ke rumah sakit sekarang,” kata Panji setelah panggilanya tersambung. Pria it
Baca selengkapnya

Buta Soal Rasa

“Nyonya, saya mohon untuk hindari stres serta kelelahan.” Kalimat pertama Meyda, setelah selesai memeriksa Kamila, wanita itu menatap Kamila sedih. Lantas mengalihkan atensinya pada Bimo yang terlihat pucat pasi. “Apa sangat berbahaya, Dokter? Perut bagian bawah saya sangat sakit sekali, rasanya sampai mau pingsan. Sa–saya sangat takut jika terjadi sesuatu pada ….” Kamila menunduk, tak mampu melanjutkan ucapannya.“Sangat berbahaya.” Kini Meyda memfokuskan atensinya pada Kamila. “Karena tidak stabilnya emosi saat kehamilan dipengaruhi oleh hormone dan stressor berlebih, menyebabkan ibu hamil merasa cemas, sedih dan marah secara tiba-tiba. Dan perubahan ini akan berdampak pada janin, oleh karena itu—disaat tidak dapat menahan amarah maka perlu menenangkan diri serta mengendalikan emosi, tapi jika tidak bisa terkontrol—bisa mengakibatkan keguguran,” jelas Meyda. Pukul empat dini hari Bimo menggedor rumahnya panik, sambil menggendong Kamila yang sudah lemas. Ia dengan segera memeriksa
Baca selengkapnya

Tuan Muda Cemburu Buta

Setelah pencarian satu minggu tersangka yang memutus selang oksigen Tama, akhirnya Bimo menemukan titik terang. Tapi naasnya pria itu sudah meninggal akibat overdosis obat terlarang. “Dia mengikuti jejak adiknya rupanya,” kata Aron setelah terdiam mendengar penjelasan Bimo. “Benar, Tuan. Infonya, Toni Arbar juga memiliki gangguan kejiwaan, dia sering berkelahi dengan tetangga kos serta menganggu orang di sekelilingnya,” jelas Bimo. Aron mengernyit bingung, mengapa bisa dia diterima di rumah sakit ini, bukankah tes masuk begitu ketat. Sepertinya Aron harus menyelidiki ini juga, entah memang ada orang dalam atau human resource development yang main asal terima saja. “Jadi, saya tidak bisa berdiskusi dengannya? Dan membantah tuduhan jika saya terlibat atas kecelakaan Mas Tama.” Farzan menatap Bimo serta Aron secara bergantian. Meskipun sedikit kecewa karena ia dituduh melakukan semua ini, tapi untung saja Aron sudah menjelaskan padanya. Dan ia bisa memaklumi itu semua—karena memang
Baca selengkapnya

Khawatirnya Aron

Tepat pada pukul empat dini hari, Kamila berjalan tertatih-tatih menuju lantai bawah, ia menutup mulutnya kuat-kuat, isakannya terus saja lolos. Sakit sekali, rasanya tubuhnya luluh lantak akibat ulah Aron, pria itu seperti orang kesetanan, tak memperdulikan teriakan ampun serta kesakitan yang terus diucapkan.Tak ada yang bisa menolongnya, karena kamar Aron sendiri kedap suara. Dan sekarang Kamila begitu takut, karena perutnya mulai kram serta sakit, ketika bangkit dari kasur—ia juga sempat melihat noda darah. Kamila menggeleng kuat dengan air mata yang kembali berjatuhan, mencoba mengenyahkan pikiran buruk di kepalanya. Pagi harinya, Aron menggeliat ketika ponselnya berbunyi. Ia mengambilnya dari atas nakas, lalu mengangkatnya malas. “Ya?” sapanya serak dengan mata yang masih tertutup rapat, punggung kekar nan lebar itu terekspos kala selimut putih yang membungkusnya melorot. “Halo, Aron. Katanya kau setuju untuk mengantarkanku ke dokter kandungan.” Sontak saja Aron langsung memb
Baca selengkapnya

Terkuaknya Rahasia Kamila

“Kau butuh sesuatu?” Kamila menggeleng, ia sedikit kikuk karena Aron tiba-tiba duduk samping kasurnya. Setelah pulang dari dokter, ia memang langsung istirahat. Badannya terasa rontok karena kelelahan, dan saat membuka mata ia dikejutkan dengan kehadiran Aron serta Relin. “Mas, siapa yang memindahkan aku ke kamar?” tanya Kamila setelah tersadar jika ini bukanlah kamar miliknya. “Tentu saja aku, kau ini hobi sekali tidur di kamar Arfin.” Aron mengelus kening Kamila lembut, lalu mengecupnya penuh sayang. Relin yang melihat itu membuang pandangan ke arah lain. “Maaf, aku terlalu lelah menaiki undakan tangga, dan berakhir tidur di kamar Arfin.” Kamila memulai sandiwaranya, padahal saat ini ia begitu tak nyaman di dekat Aron karena kejadian semalam. Jujur ia masih sedikit takut. “Tidak apa-apa istriku, apa aku pasang lift saja? Agar kau tak kelelahan,” tawar Aron. “Tidak usah, itu sedikit berlebihan.” Kamila tersenyum gugup, melihat ke arah Relin yang terus menatap sekeliling ka
Baca selengkapnya

Permohonan Kamila Pada Dona

“Maaf baru ke sini, dan aku turut sedih akan semua yang menimpa Paman Tama.” Aron mengangguk pelan seraya menatap sahabatnya. “Tak apa, aku tahu kau sedang berduka.” Erza menghembuskan napas berat, menyandarkan punggungnya pada sofa. “Rasanya sakit sekali kehilangan Ibu, aku bahkan tidak percaya beliau sudah pergi.” Aron menepuk punggung Erza pelan. “Lebih baik kau istirahat di sini, sudah terlalu malam jika pulang. Apalagi di luar sedang hujan dan angin kencang.” Erza melihat arloji di pergelangan tangannya yang sudah menunjukkan pukul sepuluh malam. “Baiklah, aku juga lelah sekali rasanya, omong-omong Kamila di mana?” Aron mendatarkan wajahnya, menatap tak suka pada Erza. “Mengapa kau mencarinya, dia sedang sakit. Jadi harus istirahat total!” kesal pria itu. Alih-alih tersinggung, Erza justru memasang senyum mengejek pada Aron. “Kau ini sudah mulai jatuh cinta pada istrimu sendiri, huh? Kelihatan sekali cemburu serta posesifnya.”Aron membuang pandangan ke arah lain. “Kau tahu
Baca selengkapnya

Kekanakan

“Bibi Atika, apakah ini tidak keterlaluan?” Atika menoyor kepala sang keponakan. “Kau ini bodoh atau bagaimana, huh? Bisa-bisanya kau mengasihi lawan!” sentaknya kesal.Sari menggigit bibir bawah resah, walau ia tak menyukai Kamila, tetapi ia juga tak tenang ketika melihat wanita itu yang memasak serta mengepel dari lantai satu sampai tiga. Belum lagi disuruh untuk membersihkan taman belakang yang begitu luas, masalahnya Kamila sedang hamil muda—dan entah mengapa ia sedikit tak tega. “Bibi, jika dia keguguran karena kelelahan bagaimana?” balasnya resah. Menatap Atika takut-takut. Atika tertawa lebar sembari menyantap hidangan yang dibuat Kamila. “Tentu saja itu yang Nyonya mau, jika tidak bisa menyingkirkan janin itu secara kasar, makan harus dilakukan dengan perlahan.” Sayang sekali, padahal Atika sudah menyiapkan orang pintar yang bisa mengeluarkan janin itu, walau persyaratannya cukup aneh dan sangat menjijikkan. Tapi toh, Kamila yang akan melakukannya, bukan dirinya. “Bibi, b
Baca selengkapnya

Memulai Semuanya Dari Awal

“Mulai sekarang kau harus tidur di kamar ini,” titah Aron ketika menundukkan bokongnya pada pinggir kasur, melihat Kamila yang tampak pucat sehabis diperiksa oleh dokter. “Tapi Tuan, saya—”“Memangnya saya membutuhkan pendapatmu?” delik Aron.”Dan mengapa keadaanmu semakin memburuk, bukankah kau hanya istirahat saja seharian ini?” Kamila gelagapan, ia terbatuk pelan sembari mencoba mencari alasan. “Seperti yang dikatakan Dokter Meyda, saya hanya butuh istirahat total beberapa hari. Dan nanti akan sembuh dengan sendirinya.” “Tetap saja harus minum obat, bagaimana mungkin kau tiba-tiba sembuh dengan sendirinya. Memang kau pikir kau ini makhluk apa?” ejek Aron dengan wajah menyebalkan seperti biasanya. “Maaf Tuan, saya mengaku salah.” Kamila yang waras hanya cukup mengalah, tak ingin berdebat dengan tuan arogan ini. Aron bersedekap dengan dagu terangkat. “Omong-omong saya akan bepergian selama seminggu, sebenarnya saya malas memberitahumu. Tapi mau bagaimana lagi, daripada kau mencari
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
19
DMCA.com Protection Status