Share

Buta Soal Rasa

Penulis: Ana j
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56
“Nyonya, saya mohon untuk hindari stres serta kelelahan.” Kalimat pertama Meyda, setelah selesai memeriksa Kamila, wanita itu menatap Kamila sedih. Lantas mengalihkan atensinya pada Bimo yang terlihat pucat pasi.

“Apa sangat berbahaya, Dokter? Perut bagian bawah saya sangat sakit sekali, rasanya sampai mau pingsan. Sa–saya sangat takut jika terjadi sesuatu pada ….” Kamila menunduk, tak mampu melanjutkan ucapannya.

“Sangat berbahaya.” Kini Meyda memfokuskan atensinya pada Kamila. “Karena tidak stabilnya emosi saat kehamilan dipengaruhi oleh hormone dan stressor berlebih, menyebabkan ibu hamil merasa cemas, sedih dan marah secara tiba-tiba. Dan perubahan ini akan berdampak pada janin, oleh karena itu—disaat tidak dapat menahan amarah maka perlu menenangkan diri serta mengendalikan emosi, tapi jika tidak bisa terkontrol—bisa mengakibatkan keguguran,” jelas Meyda.

Pukul empat dini hari Bimo menggedor rumahnya panik, sambil menggendong Kamila yang sudah lemas. Ia dengan segera memeriksa
Ana j

Ada yang mau nimpuk kepala Aron?

| Sukai
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Terpaksa Menikah Muda   Tuan Muda Cemburu Buta

    Setelah pencarian satu minggu tersangka yang memutus selang oksigen Tama, akhirnya Bimo menemukan titik terang. Tapi naasnya pria itu sudah meninggal akibat overdosis obat terlarang. “Dia mengikuti jejak adiknya rupanya,” kata Aron setelah terdiam mendengar penjelasan Bimo. “Benar, Tuan. Infonya, Toni Arbar juga memiliki gangguan kejiwaan, dia sering berkelahi dengan tetangga kos serta menganggu orang di sekelilingnya,” jelas Bimo. Aron mengernyit bingung, mengapa bisa dia diterima di rumah sakit ini, bukankah tes masuk begitu ketat. Sepertinya Aron harus menyelidiki ini juga, entah memang ada orang dalam atau human resource development yang main asal terima saja. “Jadi, saya tidak bisa berdiskusi dengannya? Dan membantah tuduhan jika saya terlibat atas kecelakaan Mas Tama.” Farzan menatap Bimo serta Aron secara bergantian. Meskipun sedikit kecewa karena ia dituduh melakukan semua ini, tapi untung saja Aron sudah menjelaskan padanya. Dan ia bisa memaklumi itu semua—karena memang

  • Terpaksa Menikah Muda   Khawatirnya Aron

    Tepat pada pukul empat dini hari, Kamila berjalan tertatih-tatih menuju lantai bawah, ia menutup mulutnya kuat-kuat, isakannya terus saja lolos. Sakit sekali, rasanya tubuhnya luluh lantak akibat ulah Aron, pria itu seperti orang kesetanan, tak memperdulikan teriakan ampun serta kesakitan yang terus diucapkan.Tak ada yang bisa menolongnya, karena kamar Aron sendiri kedap suara. Dan sekarang Kamila begitu takut, karena perutnya mulai kram serta sakit, ketika bangkit dari kasur—ia juga sempat melihat noda darah. Kamila menggeleng kuat dengan air mata yang kembali berjatuhan, mencoba mengenyahkan pikiran buruk di kepalanya. Pagi harinya, Aron menggeliat ketika ponselnya berbunyi. Ia mengambilnya dari atas nakas, lalu mengangkatnya malas. “Ya?” sapanya serak dengan mata yang masih tertutup rapat, punggung kekar nan lebar itu terekspos kala selimut putih yang membungkusnya melorot. “Halo, Aron. Katanya kau setuju untuk mengantarkanku ke dokter kandungan.” Sontak saja Aron langsung memb

  • Terpaksa Menikah Muda   Terkuaknya Rahasia Kamila

    “Kau butuh sesuatu?” Kamila menggeleng, ia sedikit kikuk karena Aron tiba-tiba duduk samping kasurnya. Setelah pulang dari dokter, ia memang langsung istirahat. Badannya terasa rontok karena kelelahan, dan saat membuka mata ia dikejutkan dengan kehadiran Aron serta Relin. “Mas, siapa yang memindahkan aku ke kamar?” tanya Kamila setelah tersadar jika ini bukanlah kamar miliknya. “Tentu saja aku, kau ini hobi sekali tidur di kamar Arfin.” Aron mengelus kening Kamila lembut, lalu mengecupnya penuh sayang. Relin yang melihat itu membuang pandangan ke arah lain. “Maaf, aku terlalu lelah menaiki undakan tangga, dan berakhir tidur di kamar Arfin.” Kamila memulai sandiwaranya, padahal saat ini ia begitu tak nyaman di dekat Aron karena kejadian semalam. Jujur ia masih sedikit takut. “Tidak apa-apa istriku, apa aku pasang lift saja? Agar kau tak kelelahan,” tawar Aron. “Tidak usah, itu sedikit berlebihan.” Kamila tersenyum gugup, melihat ke arah Relin yang terus menatap sekeliling ka

  • Terpaksa Menikah Muda   Permohonan Kamila Pada Dona

    “Maaf baru ke sini, dan aku turut sedih akan semua yang menimpa Paman Tama.” Aron mengangguk pelan seraya menatap sahabatnya. “Tak apa, aku tahu kau sedang berduka.” Erza menghembuskan napas berat, menyandarkan punggungnya pada sofa. “Rasanya sakit sekali kehilangan Ibu, aku bahkan tidak percaya beliau sudah pergi.” Aron menepuk punggung Erza pelan. “Lebih baik kau istirahat di sini, sudah terlalu malam jika pulang. Apalagi di luar sedang hujan dan angin kencang.” Erza melihat arloji di pergelangan tangannya yang sudah menunjukkan pukul sepuluh malam. “Baiklah, aku juga lelah sekali rasanya, omong-omong Kamila di mana?” Aron mendatarkan wajahnya, menatap tak suka pada Erza. “Mengapa kau mencarinya, dia sedang sakit. Jadi harus istirahat total!” kesal pria itu. Alih-alih tersinggung, Erza justru memasang senyum mengejek pada Aron. “Kau ini sudah mulai jatuh cinta pada istrimu sendiri, huh? Kelihatan sekali cemburu serta posesifnya.”Aron membuang pandangan ke arah lain. “Kau tahu

  • Terpaksa Menikah Muda   Kekanakan

    “Bibi Atika, apakah ini tidak keterlaluan?” Atika menoyor kepala sang keponakan. “Kau ini bodoh atau bagaimana, huh? Bisa-bisanya kau mengasihi lawan!” sentaknya kesal.Sari menggigit bibir bawah resah, walau ia tak menyukai Kamila, tetapi ia juga tak tenang ketika melihat wanita itu yang memasak serta mengepel dari lantai satu sampai tiga. Belum lagi disuruh untuk membersihkan taman belakang yang begitu luas, masalahnya Kamila sedang hamil muda—dan entah mengapa ia sedikit tak tega. “Bibi, jika dia keguguran karena kelelahan bagaimana?” balasnya resah. Menatap Atika takut-takut. Atika tertawa lebar sembari menyantap hidangan yang dibuat Kamila. “Tentu saja itu yang Nyonya mau, jika tidak bisa menyingkirkan janin itu secara kasar, makan harus dilakukan dengan perlahan.” Sayang sekali, padahal Atika sudah menyiapkan orang pintar yang bisa mengeluarkan janin itu, walau persyaratannya cukup aneh dan sangat menjijikkan. Tapi toh, Kamila yang akan melakukannya, bukan dirinya. “Bibi, b

  • Terpaksa Menikah Muda   Memulai Semuanya Dari Awal

    “Mulai sekarang kau harus tidur di kamar ini,” titah Aron ketika menundukkan bokongnya pada pinggir kasur, melihat Kamila yang tampak pucat sehabis diperiksa oleh dokter. “Tapi Tuan, saya—”“Memangnya saya membutuhkan pendapatmu?” delik Aron.”Dan mengapa keadaanmu semakin memburuk, bukankah kau hanya istirahat saja seharian ini?” Kamila gelagapan, ia terbatuk pelan sembari mencoba mencari alasan. “Seperti yang dikatakan Dokter Meyda, saya hanya butuh istirahat total beberapa hari. Dan nanti akan sembuh dengan sendirinya.” “Tetap saja harus minum obat, bagaimana mungkin kau tiba-tiba sembuh dengan sendirinya. Memang kau pikir kau ini makhluk apa?” ejek Aron dengan wajah menyebalkan seperti biasanya. “Maaf Tuan, saya mengaku salah.” Kamila yang waras hanya cukup mengalah, tak ingin berdebat dengan tuan arogan ini. Aron bersedekap dengan dagu terangkat. “Omong-omong saya akan bepergian selama seminggu, sebenarnya saya malas memberitahumu. Tapi mau bagaimana lagi, daripada kau mencari

  • Terpaksa Menikah Muda   Kejam

    “Biar Arfin saja, asalkan jangan suruh Kak Mila, dia sedang sakit, Bibi.” Arfin memegang tangan Atika, tak kuasa melihat kakaknya yang sedang membersihkan kandang kuda milik sang tuan muda. Kamila bahkan sudah dua kali muntah, apalagi indra penciumannya sangat sensitif.“Diam kau! Lebih baik kau cepat ke kebun, atau saya laporkan Nyonya Dona!” Ancam Atika. Arfin menggeleng kuat, terhitung sudah enam hari Aron pergi ke desa yang akan dibangun rumah sakit. Dan Arfin sungguh tak tahu lagi harus mengadu kepada siapa, semua orang di kediaman ini seolah bungkam ketika Dona maupun Atika membentak Kamila atau menyuruhnya melakukan apa pun. Ia menatap ke sembarang arah, wajahnya memerah karena lapar dan juga kelelahan. Sepulangnya dari kebun untuk membantu memindahkan keranjang ke teruk muatan, ia sama sekali belum makan. Tangan kecilnya meremas ujung bajunya, adai ada Bimo di sini. Pasti orang kepercayaan Aron itu tak mungkin membuatnya kelaparan serta melihat Kamila kesusahan. Arfin mendo

  • Terpaksa Menikah Muda   Kepulangan Tuan Muda

    “Mas Panji?” Relin tersentak dari duduknya, lalu menarik kakinya yang sedang dipijat oleh Erza. Dan melangkah menuju sang suami “Lho, bukankah tugasnya lima bulan, Mas?” tanya wanita itu heran, tapi tak urung untuk memeluk pria itu.Panji tersenyum manis. “Aku khawatir, Sayang. Kata Ibu kau terus muntah dan demam, untuk itu aku izin selama tiga hari,” jawab Panji sambil membalas pelukan istri tercintanya. “Aku senang Mas Panji pulang, dan rasa mualku memang semakin parah. Untung ada Erza yang selalu sigap ke sini, bahkan sampai memijat kakiku.” Relin menarik tangan Panji untuk duduk di sofa. “Kau tahu, Relin menghubungiku saat di kampus. Untung aku sudah tidak ada kelas,” jelas Erza bersedekap dada.Panji tertawa pelan sebelum menjawab, “Maaf Mas, aku jadi tak enak karena permintaan istriku membuat Mas Erza repot.” “Dasar kau ini, sama sahabat sendiri tidak ada ikhlas-ikhlasnya!” Relin menepuk bahu pria itu manja, lalu terkekeh setelahnya. “Santai saja, Panji. Aku sudah kebal dija

Bab terbaru

  • Terpaksa Menikah Muda   Selesai

    Kamila menatap kosong ke depan, Aron yang sejak tadi memeluknya ikut merasa sedih. Ini semua adalah mimpi buruk baginya, ia hanya tertidur sebentar di mobil. Lalu tiba-tiba sudah berakhir di rumah sakit, setelah siuman justru menerima berita kehilangan sang buah hati. “Aku egois ya, Mas? Andai aku tidak membuntuti Relin, mungkin anak kita masih ada di sini,” kata Kamila setelah kebisuan panjang. Wanita itu mengusap perutnya yang rata, satu bulan berlalu. Duka itu masih menyapa, sakit dan perih akan kehilangan yang tak pernah terduga. “Sayang, dengarkan aku.” Aron menangkup wajah Kamila, menatap mata wanita yang dicintainya itu. “Kau boleh bersedih, tapi jangan berlarut-larut. Aku tidak mau Ayana serta Saga merasa tersisihkan.” Kamila tertegun, tanpa sadar sudah abai dengan keberadaan si kembar lantaran larut akan kesedihan. “Ayana, Saga ….” Lirih wanita itu. “Ya, mereka takut mendekat padamu. Terkadang Ayana maupun Saga hanya melihatmu dari celah pintu,” jelas Aron, membuang pa

  • Terpaksa Menikah Muda   Benar-benar Pergi

    Nyatanya, kebahagian itu tak pernah berpihak padaku ~Kamila Cahaya *** Semua yang terjadi di hadapannya begitu cepat, menarik napas pun terasa sulit. Kamila memegang tangan dingin Aron. Ia bodoh dan ceroboh, sehingga melakukan sesuatu tanpa berpikir panjang. “Tolong! Siapa pun tolong!” Wanita itu menjerit seraya memukul kaca mobilnya. Tak berselang lama, suara pecahan kaca serta teriakan orang-orang mulai terdengar. Sedangkan Kamila, bukannya merasa lega. Justru ia semakin panik kala melihat darah yang mengaliri betisnya. Kamila tercekat, napasnya memburu tak beraturan. Ia menoleh ke arah Aron, memegang tangan sang suami kuat. Sebelum kegelapan merenggut kesadarannya. *** Masayu duduk lemas tak bertenaga setelah menerima kabar jika mobil yang Relin serta Sandra tumpangi menabrak pembatas jembatan. Lantas jatuh ke bawah dan sampai sekarang tak bisa ditemukan. Belum lagi Kamila, Aron serta Bimo kecelakaan di lokasi yang sama dengan Relin, tapi bedanya mereka hanya

  • Terpaksa Menikah Muda   Mengejar Relin

    “Mas .…” Kamila menyentuh pelan bahu Aron. Ia menggigit bibir bawah ketika melihat tatapan kosong sang suami. “Mila, Erza pergi untuk selamanya. Apakah sikapku keterlaluan selama ini? Aku kecewa padanya. Tapi bukan berarti dia—” Napas Aron tercekat, pria itu mendongkak, menghalau air mata yang hendak keluar. Ia kembali menunduk, melihat gundukan tanah di hadapannya. Erza memeng tak bisa diselamatkan, pria itu ditemukan sudah tak bernyawa. Mengingat terlalu banyak menghirup asap, serta luka bakar yang yang didapat. “Mas, aku tahu jika ini pasti sangat berat. Ada aku di sini, Mas tidak sendiri.” Kamila memeluk sang suami, ia bisa merasakan napas lelah pria itu yang berhembus di ceruk lehernya. “Tuan, hujan sudah mulai turun. Apakah tidak sebaiknya kita berteduh?” tanya Bimo pelan. Tak tahan melihat Aron yang mendapat kesedihan secara bertubi-tubi. Bimo sudah menganggap pria itu seperti adiknya sendiri, dan ia ikut merasakan kesakitan Aron.Aron melepas pelukannya dari Kamila, lant

  • Terpaksa Menikah Muda   Pergi Untuk Selamanya

    “Kemungkinan besar dia dijatuhi hukuman seumur hidup, mengingat Erza juga terlibat dalam pembunuhan berencana. Ayahnya pun sudah tutup mata dan memutuskan hubungan dengan Erza. Sementara Relin, hingga saat ini belum ditemukan,” jelas Tama menatap ke arah Aron yang sedang menatap jauh ke depan. Satu bulan sejak terakhir kali ia bertemu dengan Erza, Tama ingat betul kala orang tua Panji menyumpahi Erza dengan kemarahan membeli buta, tak lupa mengutuk menantunya yang tidak lain adalah Relin, meskipun wanita itu menghilang entah ke mana.“Apa si Brengsek itu menyesali semua perbuatannya?” tanya Aron dingin, setelah keheningan panjang.Tama menghembuskan napas berat, meneliti ekspresi sang putra yang terlihat kecewa serta marah. “Tentu saja dia menyesal, seperti yang Ayah katakan satu bulan yang lalu. Jika dia ingin bertemu denganmu untuk meminta maaf, tapi mengingat kau yang tak mau melihat wajahnya. Jadi, Ayah tidak bisa memaksa.”“Syukurlah dia sadar diri, memang orang jahat sepertin

  • Terpaksa Menikah Muda   Hukuman Erza

    “Setelah saya selidiki semuanya, ternyata Tuan Erza juga yang membakar kebun apel Anda. Dia mengaku telah mengambil cincin Tuan Farzan dan ditaruh di lokasi kejadian, agar kecurigaan kita mengarah padanya,” jelas Bimo. Pria itu menyesal karena dulu sempat berburuk sangka pada Farzan, tapi siangka Erza adalah dalang dari semua ini. Sungguh, tak pernah terbesit dalam pikirannya. Bimo kembali mengalihkan atensi pada Aron, terlihat jelas wajah kecewa serta terluka sang tuan. Ia turut sedih, mengingat Aron serta Erza berteman sejak kecil.“Lalu mengenai kasus Panji bagaimna?” tanya Aron setelh kebungkamn yang cukup panjang. “Sedang diurus oleh pengacara Anda, Tuan Erza juga sudah ditahan. Tadi siang ketika saya ke selnya, dia berpesan ingin melihat Anda,” ungkap Bimo hati-hti. “Tidak akan.” Aron mengeraskan rahang. “Jika saya bertemu dengannya, saya tak yakin jika dia masih bernapas esok hari.” Pria itu mengepalkan tangan, sudah seminggu sejak kematian Rendra, ia sama sekali tidak sudi

  • Terpaksa Menikah Muda   Kematian Rendra

    “Tunggu dulu, apa maksudnya jika Erza mendonorkan darahnya pada Rendra?” tanya Aron. Mencegah Erza yang hendak mengikuti Relin. “Mengapa kau memikirkan itu! Yang terpenting sekarang kami harus menyelamatkan Rendra!” bantah Relin kuat, menatap Aron tajam. “Bukan maksud saya seperti—” Perkataan Aron terhenti ketika dokter serta suster tergesa-gesa menuju ruangan Rendra. Mereka semua yang melihat itu tentu saja panik. Relin yang hendak masuk langsung dihentikan oleh Farzan. Membuat wanita itu menangis karena panik. “Mas ….” Lirih Kamila sembari memegang lengan Aron. Pria itu tersentak, baru menyadari jika sang istri sedari tadi bersamanya.“Tidak apa-apa, semuanya akan baik-baik saja,” kata Aron lembut. Berbanding terbalik dengan tatapan tajamnya ke arah Relin serta Erza. Satu jam berlalu, seorang dokter keluar. Pria itu menatap keluarga pasien dengan wajah tak terbaca. Lalu berucap, ”Pasien tidak bisa diselamatkan. Dia terlalu banyak kehilangan darah, ditambah lagi dengan penyakit

  • Terpaksa Menikah Muda   Janggal

    “Jadi, aku sudah boleh pulang?” tanya Aron sekali lagi. Kamila mengangguk pelan, sudah pukul delapan malam. Lantas mereka keluar dari hotel, menuju kediaman Dewangga. “Apa pun yang terjadi ke depannya, kau harus percaya padaku.” Aron mengecup punggung tangan Kamila, mengabaikan Bimo yang seperti nyamuk di antara mereka.“Ya, asalkan jangan sembunyikan hal besar lagi dariku,” jawab Kamila. Aron mengangguk, mengusap rambut wanita itu lembut. Lalu menyandarkan kepala Kamila di dada bidangnya. “Mengenai Relin, ternyata dulu Mas tidak direstui, ya?” tanya Kamila pelan. Tubuh Aron terlihat menegang, tapi dengan cepat rileks kembali. “Ya, itu dulu. Sekarang ada dirimu da si kembar. Kami juga sudah bahagia dengan jalan hidup masing-masing.” Kamila terdiam, ia pikir Relin begitu diterima di keluarga Aron, mengingat dulu Dona sangat menyanjung sang sepupu.“Tuan, kita disuruh ke rumah sakit. Rendra jatuh dari tangga, dan keadaannya drop.”Perkataan Bimo menyentak Kamila dari lamunannya, b

  • Terpaksa Menikah Muda   Ketakutan Kamila & Aron

    “Enam tahun penjara?” tanya Aron dengan wajah kaku. “Benar, Tuan. Namun, hukuman yang sebenarnya dapat bervariasi tergantung pada pertimbangan hakim dan fakta yang terungkap dalam proses peradilan. Hakim bisa saja menjatuhkan hukuman penjara di bawah atau di atas enam tahun. Tapi balik lagi, itu semua tergantung pada keadaan kasus dan pertimbangan-pertimbangan lainnya seperti keadaan pelaku, korban, serta faktor-faktor pengurangan hukuman lainnya.”“Apanya yang enam tahun!” Seruan itu membuat Aron menoleh, ia tersentak ketika melihat Kamila yang menatapnya marah.“Jawab! Kenapa kau lakukan hal ini, Mas!” Kamila memukul dada Aron kuat, meremas kemeja yang pria itu kenakan dengan air mata yang sudah berjatuhan. “Ka–kamila … kau di sini?” tanya Aron linglung. Mengapa sang istri ke hotel tempatnya menginap? Wanita itu mendongak. “Ya, aku ke sini untuk membawamu pulang. Sudah cukup kebodohan yang kau lakukan, Mas. Ayo, lupakan semuanya. Ak–aku ….” Napas Kamila tercekat, tak bisa melanj

  • Terpaksa Menikah Muda   Jeruji Besi

    “Ibu, mengapa Ayah selalu menemuiku dan Saga di luar? Memangnya kenapa tidak di rumah saja?” tanya Ayana sembari menatap ke arah Kamila.Gadis kecil itu melihat kembali penampilannya pada cermin, setelah merasa cantik ia kembali menghadap ke arah Kamila.“Ayah sedang bekerja, Sayang. Mungkin setelah semuanya selesai baru dia pulang.” Wanita itu menjawab pelan, meski terdapat kekhawatiran pada raut wajahnya. “Oh … begitu. Padahal aku kangen tahu dibacakan dongeng sama Ayah. Memangnya Ibu tidak kangen sama Ayah?” Kamila melotot kaget, setelah itu tertawa canggung. “Ah, Yaya sangat cantik hari ini. Bagaimana jika sore ini kita ke taman? Ajak Aga juga nanti.” Ia mengalihkan pembicaraan, dan benar saja Ayana langsung mengangguk.“Siap, Bu! Nanti aku boleh makan ice cream ya, soalnya sudah satu minggu aku libur.” Gadis kecil itu mengerjap lucu, berharap Kamila luluh. “Tentu, Sayang. Hari ini Yaya dan Aga boleh makan ice cream, dan sekarang ambil tasnya ya.” Kamila mengacak rambut Ayana g

DMCA.com Protection Status