Home / Romansa / Terpaksa Menikah Muda / Chapter 91 - Chapter 100

All Chapters of Terpaksa Menikah Muda: Chapter 91 - Chapter 100

187 Chapters

Hukuman Permulaan

“Ayah, apa tidak mengapa menyuruh Ibu pergi?” tanya Kamila menatap ke arah Tama. Ia masih mengingat jelas bagaimana Dona berteriak serta menyalahkannya atas pengusiran yang Tama lakukan.Pria paruh baya itu tersenyum tipis. “Terhitung sudah dua puluh kali kau mengatakan hal seperti ini dari kemarin.” Kamila tersenyum tak enak, walau marah luar biasa pada Dona. Tapi ia tidak mungkin membiarkan rumah tangga sang mertua hancur karena kejadian kemarin.“Sudah, tidak usah dipikirkan, Dona itu tak bisa hidup tanpa kemewahan. Ini adalah hukuman berat baginya, biarkan saja dia introspeksi diri. Kau jangan khawatirkan apa pun, lebih baik cepat temui Aron, dia menelpon terus sedari tadi,” ungkap Tama terkekeh geli. Kamila mengangguk kikuk, Aron memang benar-benar. Ditinggal sebentar saja sudah tantrum, padahal Kamila hanya pergi ke ruang kerja Tama. Waniat itu lantas pamit seraya menuju lantai dua, tapi suara panggilan dari belakang punggung menghentikan langkahnya.“Nyonya, bisa minta waktuny
Read more

Sanksi Sosial

“Aku berangkat kerja dulu, jangan lupa beli sayur-sayuran serta lauk. Nanti ada yang jualan di depan rumah.” Arya pergi dengan sepeda motornya, sedangkan Dona terdiam—sibuk memikirkan Tama. Entah kenapa pria itu sama sekali tak menghubunginya, apa ancaman Tama sungguh tak main-main? Dona mengumpat dalam hati, tak ingin jika ada perpisahan diantara mereka. Suara teriakan tukang sayur membuat wanita tersentak, dengan cepat mengambil dompet dan keluar dari rumah. Ah … ia merasa dejavu sekarang, dulu sebelum menikah dengan Tama hidupnya sangat pas-pasan. Tapi untung saja Dona bisa keluar dari jerat kemiskinan itu. “Wah, tumben sekali saya melihat Bu Dona mengunjungi saudaranya. Ternyata masih ingat sama Pak Arya, ya?” tanya seorang wanita paruh baya, yang kebetulan tetangga dari Arya. Dona tersenyum dingin. “Namanya juga saudara, pasti saya akan mengunjunginya.” Tangan wanita itu mulai fokus memilih berbagai sayuran serta lauk pauk yang akan dimasak oleh Arya, kalau ia sendiri mana bis
Read more

Menumpahkan Kesedihan

“Kamila,” panggil Tama sekali lagi. “Eh, em … maaf Ayah, aku melamun,” jawab Kamila kikuk. Ia melihat kembali tablet yang Tama sodorkan. “Baik, Ayah jelaskan sekali lagi,” ulang Tama.” Kamu hanya perlu mengawasi operasional, dan membuat laporan keuangan. Nanti Ayah suruh manajer di restoran itu yang mengajarimu.” Kamila tersenyum tipis seraya membaca deskripsi jobdesk pada benda pipih di depannya. Ia sebenarnya ingin bekerja menjadi chef saja, tapi Aron tak mengizinkan. Berakhir dengan tawaran Tama yang menyuruh Kamila menjadi asisten manajer di restoran Dona.“Ayah yakin jika kau pasti bisa mengembangkan restoran itu, kau juga berbakat dibidang memasak, bukan?” Kamila mengangguk pelan. “Kau bisa berkontribusi dalam mengembangkan inovasi makanan baru,” lanjut Tama. “Baik, Ayah. Aku akan mengusahakan semuanya dengan baik,” balas wanita itu. Tama tersenyum lega, sangat yakin dengan kemampuan Kamila. “Mengenai berita yang beredar saat ini, apakah kau merasa terganggu?” Kamila terdia
Read more

Keputusan Besar

Ada apa dengan Aron sebenarnya, mengapa sikap pria itu kembali dingin di saat Kamila ingin memulai semuanya dari awal. Semua itu bermula dari Aron memergoki Kamila di ruangan Tama, lantas mengapa? Seharusnya pria itu bisa bertanya dahulu, bukan malah bersikap seperti ini. Sungguh, sangat membingungkan. “Sekarang tidur, sudah pukul sepuluh malam.” Kamila menepuk pelan punggung Saga, sedangkan Ayana masih berceloteh bersama Aron. “Ayah, kenapa gajah ada belalainya?” tanya gadis kecil itu seraya memeluk erat ayahnya.Aron tersenyum tipis, walau sesekali melirik ke arah Kamila. “Itu berfungsi mengambil makanan dan menyedot air, lalu dimasukkan ke mulutnya. Gajah juga menggunakan belalai untuk berinteraksi dengan lingkungan, serta membersihkan tubuhnya dari debu maupun lumpur.” Ayana mencebik. “Berarti Saga salah dong, Ayah. Dia mengatakan jika gajah itu bernapas menggunakan belalai.” Saga yang hendak memejamkan mata langsung berbalik menghadap Ayana. “Benar kok, aku baca sendiri.” “B
Read more

Nasihat

“Dokter Relin tidak mau klarifikasi?”Relin yang baru menginjakkan kaki di ruangannya langsung menoleh pada sang rekan kerja. “Maksud Anda bagaimana ya, Dokter?” tanyanya ketar-ketir, walau sudah pasti pembahasan ini tak jauh dari berita yang sedang beredar. Dokter cantik dengan kacamata yang membingkai wajahnya itu tersenyum tipis. “Rumah sakit ini dirujuk di sosial media, katanya pemimpinnya main belakang dengan salah satu dokter. Sangat disayangkan, bukan? Padahal keluarga Dewangga terkenal sangat dermawan serta baik hati, tapi karena isu ini—semua orang menganggap bahwa mereka keluarga yang problematik serta kejam.” Relin tergugu dengan keringat yang mulai membasahi pelipisnya, padahal baru saja bisa bernapas lega karena kasus yang kemarin sudah mereda.“Sebaiknya Anda jangan termakan hoax yang beredar di luar sana, hubungan kami sudah berakhir, dan saya harap Anda mengerti maksud dari perkataan saya,” tekan Relin tajam. Ia mengambil sikap defensif, tak ingin terlihat lemah di d
Read more

Ancaman Aron

“Selamat sore, Tuan Bimo. Mengapa Anda terlihat buru-buru?” tanya Kamila ketika Bimo melewatinya begitu saja.Bimo tersenyum tak enak, lalu kembali menghadap pada wanita itu. “Saya ingin menemui tukang kebun, Nyonya. Ada suatu hal yang saya akan tanyakan, awalnya Tuan Aron sendiri turun tangan. Tapi Tuan sedang sibuk mengurus masalah di rumah sakit.” Kening Kamila terlihat berkerut. “Masalah apa, Tuan?” tanyanya khawatir. “Para pasien minta dipindahkan ke tempat lain, mereka tak mau di rumah sakit Dewangga. Mengingat berita yang sedang hangat dibicarakan, mau tak mau reputasi semua perusahaan milik keluarga Dewangga terkena dampaknya. Baik di perkebunan, restoran, serta rumah sakit,” jelas Bimo. Kamila membeku, apakah karena itu mengapa Aron tak mengizinkannya ke restoran? Padahal ini adalah hari pertamanya bekerja.“Sebegitu besar ternyata dampaknya, apa Ayah sudah tahu?” Wanita itu menatap Bimo penasaran. Bimo mengangguk singkat. “Tentu Tuan Tama sudah tahu, tapi memilih tetap me
Read more

Pertemuan Tak Terduga

“Jadi, laki-laki itu sudah diurus oleh Ayah?” tanya Kamila ketika sudah berbaring di samping Aron.Aron mengangguk seraya mengelus surai sang istri. “Bimo sama Ayah yang sudah turun tangan, dan aku pikir kita tidak perlu lagi ikut campur. Tadi sore aku sudah bertemu dengannya, lalu meminta maaf atas semua yang terjadi, dia beserta adiknya akan aku tanggung biaya sekolah sampai ke jenjang perguruan tinggi.” Kamila yang mendengar itu merasa terharu, Aron meminta maaf saja itu sebuah kemajuan. Apalagi berinisiatif melakukan hal yang meringankan beban orang lain. Astaga … bolehkan ia bangga pada si tuan arogan ini? “Terima kasih, ya. Sa–aku tahu kau sudah melakukan hal yang terbaik, Mas,” ungkap Kamila gugup, karena lidahnya belum terbiasa dengan bahasa santai pada Aron.“Lucunya, aku seperti mendengar Ayana yang berbicara.” Aron terkekeh serta mengacak surai Kamila. “Coba dong, Sayang. Ubah juga gaya bicaramu pada Bimo,” pinta Aron. Kamila mengernyit bingung. “Maksudnya? Aku tidak men
Read more

Sakit Hati

Tama melangkah menuju meja kerjanya, sekarang ia sudah bisa berjalan dengan normal. Namun, untuk sementara waktu ia memang tak pergi ke rumah sakit. Sebagai gantinya Tama membantu Aron mengurus keuangan mengenai perkebunannya. “Selamat pagi.” Suara dari ambang pintu mengalihkan atensi Tama, seorang wanita cantik yang sebaya dengannya melangkah mendekat. “Aku membawa berkas yang waktu itu kita bicarakan, dan hei—mengapa kau belum siap-siap? Bukankah ada yang harus kita bahas mengenai kebun bunga yang akan kau jual? Aku juga sudah reservasi restoran, jangan katakan kau lupa, Tama.” Wanita cantik itu menggeleng pelan serta mengambil duduk pada sofa. “Baru pukul sembilan pagi, Kenanga. Bukankah kau mengatakan setelah makan siang?” tanya Tama sembari ikut mendudukan bokongnya. “Aku lupa mengatakan jika jadwalnya dimajukan. Jadi, lebih baik kau siap-siap saja. Tiga puluh menit lagi kita akan berangkat.” Pengacara cantik itu berucap acuh tak acuh, tak ada kesan formal diantara mereka. Ka
Read more

Syarat Dari Tama

“Jika begitu aku masuk duluan ya, Tam. Hati-hati di jalan.” Kenanga melambaikan tangan pada Tama, tak peduli tatapan tajam yang Dona layangkan. Setelah kepergian wanita itu, keadaan di dalam mobil Tama terasa hening. Tidak ada percakapan—baik dari Tama maupun Dona. Sekitar tiga puluh menit kemudian, Tama sampai di kediamannya pada pukul satu siang, hembusan angin serta rintikan gerimis yang mulai berjatuhan tak lantas membuat ketegangan Dona maupun Taman mencair. Justru kini pria itu melangkah menuju pintu utama, meninggalkan Dona yang menatapnya rumit. “Ayah,” sapa Kamila ketika hendak keluar sambil menggandeng tangan Saga serta Ayana. Tama tersenyum lebar. “Mau ke mana, Mil?” tanyanya pelan sembari mengecup pelan kening si kembar “Kami mau beli kue kerambologi, seperti yang ada di sosial media itu lho …,” celetuk Ayana dengan mata berbinar. Kening Tama berkerut bingung. “Kerambologi? Kakek tidak pernah mendengarnya.” Kamila tertawa pelan dan langsung mengacak gemas rambut A
Read more

Berbicara Empat Mata

“Kau akhir-akhir ini sering sakit, apa ada hubunganya dengan semua masalah yang terjadi?” tanya Erza pada Relin. Relin menggeleng singkat, wajah pucat itu tak melunturkan kecantikannya. “Aku baik-baik saja, Erza. Hanya butuh istirahat saja.” Erza mengangkat tangannya, dan menempelkan pada kening Relin. “Hangat, kau tidur saja. Biar aku yang mengantarkan Rendra ke sekolah.” “Hm, terima kasih,” balas wanita itu serak. “Apakah Aron tak kunjung mau melihat keadaanku? Kau sudah memberitahunya, bukan?” tanya Relin beruntun. Erza mendatarkan wajah. “Sebenarnya kepalamu ini terbuat dari apa? Apa semua nasehatku dan Bibi Masayu masuk dari telinga kanan dan keluar dari telinga kiri?” Relin mencebik, lalu mengubah posisi tidurnya menjadi terlentang pada sofa bed di ruang tamu. “Aku hanya bertanya, dasar aneh!” dengkusnya sebal. Erza terdiam, masih mempertahankan raut datarnya. “Lagi pula, aku masih penasaran. Apa yang dimiliki oleh Kamila sehingga membuat Aron bertekuk lutut sampai segitun
Read more
PREV
1
...
89101112
...
19
DMCA.com Protection Status