Share

Keputusan Besar

Penulis: Ana j
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56
Ada apa dengan Aron sebenarnya, mengapa sikap pria itu kembali dingin di saat Kamila ingin memulai semuanya dari awal.

Semua itu bermula dari Aron memergoki Kamila di ruangan Tama, lantas mengapa? Seharusnya pria itu bisa bertanya dahulu, bukan malah bersikap seperti ini. Sungguh, sangat membingungkan.

“Sekarang tidur, sudah pukul sepuluh malam.” Kamila menepuk pelan punggung Saga, sedangkan Ayana masih berceloteh bersama Aron.

“Ayah, kenapa gajah ada belalainya?” tanya gadis kecil itu seraya memeluk erat ayahnya.

Aron tersenyum tipis, walau sesekali melirik ke arah Kamila. “Itu berfungsi mengambil makanan dan menyedot air, lalu dimasukkan ke mulutnya. Gajah juga menggunakan belalai untuk berinteraksi dengan lingkungan, serta membersihkan tubuhnya dari debu maupun lumpur.”

Ayana mencebik. “Berarti Saga salah dong, Ayah. Dia mengatakan jika gajah itu bernapas menggunakan belalai.”

Saga yang hendak memejamkan mata langsung berbalik menghadap Ayana. “Benar kok, aku baca sendiri.”

“B
Ana j

Ada yang berharap mereka pisah gak? ^_^

| 1
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (7)
goodnovel comment avatar
Reni Tri Astuti
jangan pisahkan mereka lagi thor
goodnovel comment avatar
Ana j
^_^ hoho menyala
goodnovel comment avatar
Yen Anton
wanita berhati berlian
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Terpaksa Menikah Muda   Nasihat

    “Dokter Relin tidak mau klarifikasi?”Relin yang baru menginjakkan kaki di ruangannya langsung menoleh pada sang rekan kerja. “Maksud Anda bagaimana ya, Dokter?” tanyanya ketar-ketir, walau sudah pasti pembahasan ini tak jauh dari berita yang sedang beredar. Dokter cantik dengan kacamata yang membingkai wajahnya itu tersenyum tipis. “Rumah sakit ini dirujuk di sosial media, katanya pemimpinnya main belakang dengan salah satu dokter. Sangat disayangkan, bukan? Padahal keluarga Dewangga terkenal sangat dermawan serta baik hati, tapi karena isu ini—semua orang menganggap bahwa mereka keluarga yang problematik serta kejam.” Relin tergugu dengan keringat yang mulai membasahi pelipisnya, padahal baru saja bisa bernapas lega karena kasus yang kemarin sudah mereda.“Sebaiknya Anda jangan termakan hoax yang beredar di luar sana, hubungan kami sudah berakhir, dan saya harap Anda mengerti maksud dari perkataan saya,” tekan Relin tajam. Ia mengambil sikap defensif, tak ingin terlihat lemah di d

  • Terpaksa Menikah Muda   Ancaman Aron

    “Selamat sore, Tuan Bimo. Mengapa Anda terlihat buru-buru?” tanya Kamila ketika Bimo melewatinya begitu saja.Bimo tersenyum tak enak, lalu kembali menghadap pada wanita itu. “Saya ingin menemui tukang kebun, Nyonya. Ada suatu hal yang saya akan tanyakan, awalnya Tuan Aron sendiri turun tangan. Tapi Tuan sedang sibuk mengurus masalah di rumah sakit.” Kening Kamila terlihat berkerut. “Masalah apa, Tuan?” tanyanya khawatir. “Para pasien minta dipindahkan ke tempat lain, mereka tak mau di rumah sakit Dewangga. Mengingat berita yang sedang hangat dibicarakan, mau tak mau reputasi semua perusahaan milik keluarga Dewangga terkena dampaknya. Baik di perkebunan, restoran, serta rumah sakit,” jelas Bimo. Kamila membeku, apakah karena itu mengapa Aron tak mengizinkannya ke restoran? Padahal ini adalah hari pertamanya bekerja.“Sebegitu besar ternyata dampaknya, apa Ayah sudah tahu?” Wanita itu menatap Bimo penasaran. Bimo mengangguk singkat. “Tentu Tuan Tama sudah tahu, tapi memilih tetap me

  • Terpaksa Menikah Muda   Pertemuan Tak Terduga

    “Jadi, laki-laki itu sudah diurus oleh Ayah?” tanya Kamila ketika sudah berbaring di samping Aron.Aron mengangguk seraya mengelus surai sang istri. “Bimo sama Ayah yang sudah turun tangan, dan aku pikir kita tidak perlu lagi ikut campur. Tadi sore aku sudah bertemu dengannya, lalu meminta maaf atas semua yang terjadi, dia beserta adiknya akan aku tanggung biaya sekolah sampai ke jenjang perguruan tinggi.” Kamila yang mendengar itu merasa terharu, Aron meminta maaf saja itu sebuah kemajuan. Apalagi berinisiatif melakukan hal yang meringankan beban orang lain. Astaga … bolehkan ia bangga pada si tuan arogan ini? “Terima kasih, ya. Sa–aku tahu kau sudah melakukan hal yang terbaik, Mas,” ungkap Kamila gugup, karena lidahnya belum terbiasa dengan bahasa santai pada Aron.“Lucunya, aku seperti mendengar Ayana yang berbicara.” Aron terkekeh serta mengacak surai Kamila. “Coba dong, Sayang. Ubah juga gaya bicaramu pada Bimo,” pinta Aron. Kamila mengernyit bingung. “Maksudnya? Aku tidak men

  • Terpaksa Menikah Muda   Sakit Hati

    Tama melangkah menuju meja kerjanya, sekarang ia sudah bisa berjalan dengan normal. Namun, untuk sementara waktu ia memang tak pergi ke rumah sakit. Sebagai gantinya Tama membantu Aron mengurus keuangan mengenai perkebunannya. “Selamat pagi.” Suara dari ambang pintu mengalihkan atensi Tama, seorang wanita cantik yang sebaya dengannya melangkah mendekat. “Aku membawa berkas yang waktu itu kita bicarakan, dan hei—mengapa kau belum siap-siap? Bukankah ada yang harus kita bahas mengenai kebun bunga yang akan kau jual? Aku juga sudah reservasi restoran, jangan katakan kau lupa, Tama.” Wanita cantik itu menggeleng pelan serta mengambil duduk pada sofa. “Baru pukul sembilan pagi, Kenanga. Bukankah kau mengatakan setelah makan siang?” tanya Tama sembari ikut mendudukan bokongnya. “Aku lupa mengatakan jika jadwalnya dimajukan. Jadi, lebih baik kau siap-siap saja. Tiga puluh menit lagi kita akan berangkat.” Pengacara cantik itu berucap acuh tak acuh, tak ada kesan formal diantara mereka. Ka

  • Terpaksa Menikah Muda   Syarat Dari Tama

    “Jika begitu aku masuk duluan ya, Tam. Hati-hati di jalan.” Kenanga melambaikan tangan pada Tama, tak peduli tatapan tajam yang Dona layangkan. Setelah kepergian wanita itu, keadaan di dalam mobil Tama terasa hening. Tidak ada percakapan—baik dari Tama maupun Dona. Sekitar tiga puluh menit kemudian, Tama sampai di kediamannya pada pukul satu siang, hembusan angin serta rintikan gerimis yang mulai berjatuhan tak lantas membuat ketegangan Dona maupun Taman mencair. Justru kini pria itu melangkah menuju pintu utama, meninggalkan Dona yang menatapnya rumit. “Ayah,” sapa Kamila ketika hendak keluar sambil menggandeng tangan Saga serta Ayana. Tama tersenyum lebar. “Mau ke mana, Mil?” tanyanya pelan sembari mengecup pelan kening si kembar “Kami mau beli kue kerambologi, seperti yang ada di sosial media itu lho …,” celetuk Ayana dengan mata berbinar. Kening Tama berkerut bingung. “Kerambologi? Kakek tidak pernah mendengarnya.” Kamila tertawa pelan dan langsung mengacak gemas rambut A

  • Terpaksa Menikah Muda   Berbicara Empat Mata

    “Kau akhir-akhir ini sering sakit, apa ada hubunganya dengan semua masalah yang terjadi?” tanya Erza pada Relin. Relin menggeleng singkat, wajah pucat itu tak melunturkan kecantikannya. “Aku baik-baik saja, Erza. Hanya butuh istirahat saja.” Erza mengangkat tangannya, dan menempelkan pada kening Relin. “Hangat, kau tidur saja. Biar aku yang mengantarkan Rendra ke sekolah.” “Hm, terima kasih,” balas wanita itu serak. “Apakah Aron tak kunjung mau melihat keadaanku? Kau sudah memberitahunya, bukan?” tanya Relin beruntun. Erza mendatarkan wajah. “Sebenarnya kepalamu ini terbuat dari apa? Apa semua nasehatku dan Bibi Masayu masuk dari telinga kanan dan keluar dari telinga kiri?” Relin mencebik, lalu mengubah posisi tidurnya menjadi terlentang pada sofa bed di ruang tamu. “Aku hanya bertanya, dasar aneh!” dengkusnya sebal. Erza terdiam, masih mempertahankan raut datarnya. “Lagi pula, aku masih penasaran. Apa yang dimiliki oleh Kamila sehingga membuat Aron bertekuk lutut sampai segitun

  • Terpaksa Menikah Muda   Relin Vs Dona

    “Apa yang Anda ingin bicarakan?” tanya Kamila setelah mengambil duduk pada gazebo yang terdapat di taman belakang. Dona terdiam, belum juga membuka suara. Hembusan angin sepoi-sepoi membelai wajah wanita itu, tatapannya lurus ke depan sebelum berujar, “ Apa dari sifat saya yang membuatmu terganggu?” kata Dona bertanya balik, tanpa menoleh pada Kamila. Tentu saja Kamila terkesiap mendengar pertanyaan yang Dona layangkan, entah mengapa tiba-tiba wanita ini mengatakan hal demikian. Karena tak mendapat respon, Dona lantas mengalihkan atensi pada Kamila. “Apa pertanyaan saya kurang jelas bagimu?” Kamila tersenyum tipis. “Saya merasa aneh saja Anda berbicara seperti ini,” balas wanita itu apa adanya. “Memangnya tidak boleh bertanya seperti ini pada menantu sendiri?” timpal Dona. Kamila tertegun, menatap Dona serius. “Bukannya tidak boleh bertanya, hanya saja terasa janggal ketika Anda mengatakan, menantu saya,” tekan Kamila di akhir kalimat. Mendengar itu Dona tentu merasa tersinggu

  • Terpaksa Menikah Muda   Belum Siap Menjadi Orang Tua

    “Jadi, Ibu yang ke sekolah si kembar?” tanya Aron setelah mendengar cerita Kamila. Kamila mengangguk sambil menyendokkan nasi ke piring sang suami. “Awalnya aku yang akan ku sana, tapi Nyonya Dona mengatakan jika dia ingin menjemput si kembar, dan seperti yang aku jelaskan kepada Mas Aron, jika dia ingin memperbaiki semua ini.” Aron mengerutkan kening, menatap Kamila intens. “Berarti apa kau sudah memaafkannya, Sayang?” Pria itu bertanya hati-hati. Kamila tersenyum tipis seraya mengambil duduk di samping Aron. “Rasanya memang sulit, apalagi ketika mengingat semua yang aku lalui selama ini. Tapi aku ingin melihat apakah Nyonya Dona bersungguh-sungguh atau ada sesuatu di balik itu semua.” Kamila dengan cepat mengusap lembut punggung tangan Aron ketika melihat perubahan dari ekspresi sang suami. “Bukan maksudku menuduh Nyonya Dona yang tidak-tidak, Mas. Aku hanya mengantisipasi jika terjadi hal besar kedepannya, maaf kalau kau tersinggung dengan ucapanku,” ungkap wanita itu pelan.

Bab terbaru

  • Terpaksa Menikah Muda   Selesai

    Kamila menatap kosong ke depan, Aron yang sejak tadi memeluknya ikut merasa sedih. Ini semua adalah mimpi buruk baginya, ia hanya tertidur sebentar di mobil. Lalu tiba-tiba sudah berakhir di rumah sakit, setelah siuman justru menerima berita kehilangan sang buah hati. “Aku egois ya, Mas? Andai aku tidak membuntuti Relin, mungkin anak kita masih ada di sini,” kata Kamila setelah kebisuan panjang. Wanita itu mengusap perutnya yang rata, satu bulan berlalu. Duka itu masih menyapa, sakit dan perih akan kehilangan yang tak pernah terduga. “Sayang, dengarkan aku.” Aron menangkup wajah Kamila, menatap mata wanita yang dicintainya itu. “Kau boleh bersedih, tapi jangan berlarut-larut. Aku tidak mau Ayana serta Saga merasa tersisihkan.” Kamila tertegun, tanpa sadar sudah abai dengan keberadaan si kembar lantaran larut akan kesedihan. “Ayana, Saga ….” Lirih wanita itu. “Ya, mereka takut mendekat padamu. Terkadang Ayana maupun Saga hanya melihatmu dari celah pintu,” jelas Aron, membuang pa

  • Terpaksa Menikah Muda   Benar-benar Pergi

    Nyatanya, kebahagian itu tak pernah berpihak padaku ~Kamila Cahaya *** Semua yang terjadi di hadapannya begitu cepat, menarik napas pun terasa sulit. Kamila memegang tangan dingin Aron. Ia bodoh dan ceroboh, sehingga melakukan sesuatu tanpa berpikir panjang. “Tolong! Siapa pun tolong!” Wanita itu menjerit seraya memukul kaca mobilnya. Tak berselang lama, suara pecahan kaca serta teriakan orang-orang mulai terdengar. Sedangkan Kamila, bukannya merasa lega. Justru ia semakin panik kala melihat darah yang mengaliri betisnya. Kamila tercekat, napasnya memburu tak beraturan. Ia menoleh ke arah Aron, memegang tangan sang suami kuat. Sebelum kegelapan merenggut kesadarannya. *** Masayu duduk lemas tak bertenaga setelah menerima kabar jika mobil yang Relin serta Sandra tumpangi menabrak pembatas jembatan. Lantas jatuh ke bawah dan sampai sekarang tak bisa ditemukan. Belum lagi Kamila, Aron serta Bimo kecelakaan di lokasi yang sama dengan Relin, tapi bedanya mereka hanya

  • Terpaksa Menikah Muda   Mengejar Relin

    “Mas .…” Kamila menyentuh pelan bahu Aron. Ia menggigit bibir bawah ketika melihat tatapan kosong sang suami. “Mila, Erza pergi untuk selamanya. Apakah sikapku keterlaluan selama ini? Aku kecewa padanya. Tapi bukan berarti dia—” Napas Aron tercekat, pria itu mendongkak, menghalau air mata yang hendak keluar. Ia kembali menunduk, melihat gundukan tanah di hadapannya. Erza memeng tak bisa diselamatkan, pria itu ditemukan sudah tak bernyawa. Mengingat terlalu banyak menghirup asap, serta luka bakar yang yang didapat. “Mas, aku tahu jika ini pasti sangat berat. Ada aku di sini, Mas tidak sendiri.” Kamila memeluk sang suami, ia bisa merasakan napas lelah pria itu yang berhembus di ceruk lehernya. “Tuan, hujan sudah mulai turun. Apakah tidak sebaiknya kita berteduh?” tanya Bimo pelan. Tak tahan melihat Aron yang mendapat kesedihan secara bertubi-tubi. Bimo sudah menganggap pria itu seperti adiknya sendiri, dan ia ikut merasakan kesakitan Aron.Aron melepas pelukannya dari Kamila, lant

  • Terpaksa Menikah Muda   Pergi Untuk Selamanya

    “Kemungkinan besar dia dijatuhi hukuman seumur hidup, mengingat Erza juga terlibat dalam pembunuhan berencana. Ayahnya pun sudah tutup mata dan memutuskan hubungan dengan Erza. Sementara Relin, hingga saat ini belum ditemukan,” jelas Tama menatap ke arah Aron yang sedang menatap jauh ke depan. Satu bulan sejak terakhir kali ia bertemu dengan Erza, Tama ingat betul kala orang tua Panji menyumpahi Erza dengan kemarahan membeli buta, tak lupa mengutuk menantunya yang tidak lain adalah Relin, meskipun wanita itu menghilang entah ke mana.“Apa si Brengsek itu menyesali semua perbuatannya?” tanya Aron dingin, setelah keheningan panjang.Tama menghembuskan napas berat, meneliti ekspresi sang putra yang terlihat kecewa serta marah. “Tentu saja dia menyesal, seperti yang Ayah katakan satu bulan yang lalu. Jika dia ingin bertemu denganmu untuk meminta maaf, tapi mengingat kau yang tak mau melihat wajahnya. Jadi, Ayah tidak bisa memaksa.”“Syukurlah dia sadar diri, memang orang jahat sepertin

  • Terpaksa Menikah Muda   Hukuman Erza

    “Setelah saya selidiki semuanya, ternyata Tuan Erza juga yang membakar kebun apel Anda. Dia mengaku telah mengambil cincin Tuan Farzan dan ditaruh di lokasi kejadian, agar kecurigaan kita mengarah padanya,” jelas Bimo. Pria itu menyesal karena dulu sempat berburuk sangka pada Farzan, tapi siangka Erza adalah dalang dari semua ini. Sungguh, tak pernah terbesit dalam pikirannya. Bimo kembali mengalihkan atensi pada Aron, terlihat jelas wajah kecewa serta terluka sang tuan. Ia turut sedih, mengingat Aron serta Erza berteman sejak kecil.“Lalu mengenai kasus Panji bagaimna?” tanya Aron setelh kebungkamn yang cukup panjang. “Sedang diurus oleh pengacara Anda, Tuan Erza juga sudah ditahan. Tadi siang ketika saya ke selnya, dia berpesan ingin melihat Anda,” ungkap Bimo hati-hti. “Tidak akan.” Aron mengeraskan rahang. “Jika saya bertemu dengannya, saya tak yakin jika dia masih bernapas esok hari.” Pria itu mengepalkan tangan, sudah seminggu sejak kematian Rendra, ia sama sekali tidak sudi

  • Terpaksa Menikah Muda   Kematian Rendra

    “Tunggu dulu, apa maksudnya jika Erza mendonorkan darahnya pada Rendra?” tanya Aron. Mencegah Erza yang hendak mengikuti Relin. “Mengapa kau memikirkan itu! Yang terpenting sekarang kami harus menyelamatkan Rendra!” bantah Relin kuat, menatap Aron tajam. “Bukan maksud saya seperti—” Perkataan Aron terhenti ketika dokter serta suster tergesa-gesa menuju ruangan Rendra. Mereka semua yang melihat itu tentu saja panik. Relin yang hendak masuk langsung dihentikan oleh Farzan. Membuat wanita itu menangis karena panik. “Mas ….” Lirih Kamila sembari memegang lengan Aron. Pria itu tersentak, baru menyadari jika sang istri sedari tadi bersamanya.“Tidak apa-apa, semuanya akan baik-baik saja,” kata Aron lembut. Berbanding terbalik dengan tatapan tajamnya ke arah Relin serta Erza. Satu jam berlalu, seorang dokter keluar. Pria itu menatap keluarga pasien dengan wajah tak terbaca. Lalu berucap, ”Pasien tidak bisa diselamatkan. Dia terlalu banyak kehilangan darah, ditambah lagi dengan penyakit

  • Terpaksa Menikah Muda   Janggal

    “Jadi, aku sudah boleh pulang?” tanya Aron sekali lagi. Kamila mengangguk pelan, sudah pukul delapan malam. Lantas mereka keluar dari hotel, menuju kediaman Dewangga. “Apa pun yang terjadi ke depannya, kau harus percaya padaku.” Aron mengecup punggung tangan Kamila, mengabaikan Bimo yang seperti nyamuk di antara mereka.“Ya, asalkan jangan sembunyikan hal besar lagi dariku,” jawab Kamila. Aron mengangguk, mengusap rambut wanita itu lembut. Lalu menyandarkan kepala Kamila di dada bidangnya. “Mengenai Relin, ternyata dulu Mas tidak direstui, ya?” tanya Kamila pelan. Tubuh Aron terlihat menegang, tapi dengan cepat rileks kembali. “Ya, itu dulu. Sekarang ada dirimu da si kembar. Kami juga sudah bahagia dengan jalan hidup masing-masing.” Kamila terdiam, ia pikir Relin begitu diterima di keluarga Aron, mengingat dulu Dona sangat menyanjung sang sepupu.“Tuan, kita disuruh ke rumah sakit. Rendra jatuh dari tangga, dan keadaannya drop.”Perkataan Bimo menyentak Kamila dari lamunannya, b

  • Terpaksa Menikah Muda   Ketakutan Kamila & Aron

    “Enam tahun penjara?” tanya Aron dengan wajah kaku. “Benar, Tuan. Namun, hukuman yang sebenarnya dapat bervariasi tergantung pada pertimbangan hakim dan fakta yang terungkap dalam proses peradilan. Hakim bisa saja menjatuhkan hukuman penjara di bawah atau di atas enam tahun. Tapi balik lagi, itu semua tergantung pada keadaan kasus dan pertimbangan-pertimbangan lainnya seperti keadaan pelaku, korban, serta faktor-faktor pengurangan hukuman lainnya.”“Apanya yang enam tahun!” Seruan itu membuat Aron menoleh, ia tersentak ketika melihat Kamila yang menatapnya marah.“Jawab! Kenapa kau lakukan hal ini, Mas!” Kamila memukul dada Aron kuat, meremas kemeja yang pria itu kenakan dengan air mata yang sudah berjatuhan. “Ka–kamila … kau di sini?” tanya Aron linglung. Mengapa sang istri ke hotel tempatnya menginap? Wanita itu mendongak. “Ya, aku ke sini untuk membawamu pulang. Sudah cukup kebodohan yang kau lakukan, Mas. Ayo, lupakan semuanya. Ak–aku ….” Napas Kamila tercekat, tak bisa melanj

  • Terpaksa Menikah Muda   Jeruji Besi

    “Ibu, mengapa Ayah selalu menemuiku dan Saga di luar? Memangnya kenapa tidak di rumah saja?” tanya Ayana sembari menatap ke arah Kamila.Gadis kecil itu melihat kembali penampilannya pada cermin, setelah merasa cantik ia kembali menghadap ke arah Kamila.“Ayah sedang bekerja, Sayang. Mungkin setelah semuanya selesai baru dia pulang.” Wanita itu menjawab pelan, meski terdapat kekhawatiran pada raut wajahnya. “Oh … begitu. Padahal aku kangen tahu dibacakan dongeng sama Ayah. Memangnya Ibu tidak kangen sama Ayah?” Kamila melotot kaget, setelah itu tertawa canggung. “Ah, Yaya sangat cantik hari ini. Bagaimana jika sore ini kita ke taman? Ajak Aga juga nanti.” Ia mengalihkan pembicaraan, dan benar saja Ayana langsung mengangguk.“Siap, Bu! Nanti aku boleh makan ice cream ya, soalnya sudah satu minggu aku libur.” Gadis kecil itu mengerjap lucu, berharap Kamila luluh. “Tentu, Sayang. Hari ini Yaya dan Aga boleh makan ice cream, dan sekarang ambil tasnya ya.” Kamila mengacak rambut Ayana g

DMCA.com Protection Status