Beranda / Romansa / Terpaksa Menikah Muda / Bab 111 - Bab 120

Semua Bab Terpaksa Menikah Muda: Bab 111 - Bab 120

187 Bab

Teman?

“Ayana, pakai dulu coat-nya, Nak.” Kamila memanggil gadis kecil yang sangat lincah itu. “Ibu! Aku ingin ke sana! Ayo, Bu. Kita buat boneka salju seperti yang di film-film!” teriak Ayana girang. “Iya, nanti sama Ayah dan Saga. Tapi pakai dulu coat-mu, ya? Di luar dingin.” Kamila menginstruksikan Ayana untuk mendekat, dan dengan segera gadis kecil itu menurut.“Eum … coat-nya hangat.” Ayana terkikik ketika sang ibu menciumnya gemas. “Saga dan Ayah di mana, Bu?”“Lagi buat coklat panas, untuk hari ini mungkin kita di hotel saja. Soalnya salju sedang turun, tidak apa-apa, ‘kan?” tanya Kamila lembut. Setelah perjalanan panjang yang memakan waktu kurang lebih sekitar 25 jam, akhirnya mereka sampai di negeri yang begitu indah ini. Kamila serta Aron memang memilih switzerland sebagai tujuan destinasi, wanita itu tak hentinya berdecak kagum kala pertama kali menginjakkan kaki di sini. Sangat indah, bahkan seperti lukisan alam yang memanjakan mata. “Baiklah, tidak apa-apa.” Ayana berucap l
Baca selengkapnya

Ungkapan Hati

Hari Ini agenda mereka akan ke Interlaken, salah satu destinasi wisata populer di Swiss. Kota ini sendiri terletak di dataran tinggi Bernese Oberland, berada pada barisan Pegunungan Alpen. Seperti, Eiger, Jungfrau dan Monch. Baik musim dingin maupun panas, ada banyak sekali aktivitas yang bisa dilakukan. Misalnya, bermain sky atau menaiki gondola di atas pegunungan salju. Aron sendiri memilih untuk mencoba kereta gantung atau gondola bersama keluarga kecilnya, dan ia puas akan pilihannya sendiri. Terbukti, sang istri dan si kembar begitu menikmatinya. “Ayah, ini sangat indah! Terima kasih telah mengajak kami ke sini!” seru Ayan serta Saga kompak. Mereka berbinar ketika melihat deretan pegunungan salju yang memanjakan mata. Senyum lebar tak lepas dari bibir mereka berdua, Aron terharu dan langsung mencubit kedua pipi si kembar. “Sama-sama, Sayang.” Ia mengalihkan atensi pada Kamila yang sedang menatap balik ke arahnya. “Apa istriku juga senang hari ini?” bisik Aron seraya memb
Baca selengkapnya

Ingin Bertemu Kamila

Setelah satu minggu berada di Switzerland, Kamila dan Aron memutuskan untuk pulang, dikarenakan pekerjaan pria itu juga tak bisa ditinggal lama-lama. Banyak permasalahan yang harus diurus.“Kakek!” Ayana berseru dengan langkah pendekanya menghampiri Tama yang sudah merentangkan kedua tangan. “Akhirnya, cucuku pulang juga.” Tama terkekeh ketika bisa menangkap tubuh mungil Ayana, sedangkan Saga masih digendongan Aron seraya memejamkan mata. “Kalian pasti lelah sekali, langsung ke kamar saja. Tinggalkan barang-barang ini di sini,” kata Dona. Kamila mengangguk dengan wajah terlihat mengantuk, Aron segera menggamit pinggang sempit sang istri dan melangkah menuju kamar. “Saga lemah, masa baru pukul delapan malam sudah tidur. Aku dong, belum ngantuk juga. Kekek, ayo kita bermain! Ayah membelikanku banyak sekali mainan!” ajak Ayana ceria. Entahlah, gadis kecil ini selalu bersemangat. Seolah tak merasakan lelah sama sekali. “Ayana, lebih baik istirahat dulu, ya? Mau Nenek temani?” tanya
Baca selengkapnya

Menguras Emosi

“Sayang, apa kau suka bertemu dengan orang baru?” “Huh?” Kamila menetap Aron aneh, bingung dengan pertanyaan sang suami.Aron mengambil sandwich yang disodorkan Kamila, lantas kembali mengulang pertanyaan yang sama. “Semisal rekan kerjaku ingin berkunjung ke sini, apa kau tidak apa-apa?” Kamila mengambil duduk, menatap Aron heran. “Tentu saja tidak apa-apa, apalagi itu adalah rekan kerja Mas Aron.” Aron menarik sudut bibirnya, tangan pria itu tak tinggal diam. Ia mencubit gemas dagu Kamila. “Aku takut saja jika kau tak nyaman, sebenarnya aku juga menolak kemarin siang. Saat kami selesai meeting, tiba-tiba dia meminta izin untuk berkunjung ke sini.”“Boleh kok, memangnya kapan mau ke sini?” Kamila bertanya sembari menyiapkan sarapan untuk si kembar, kalau mertuanya sedang berada di rumah Farzan, entah apa yang mereka urus pagi-pagi seperti ini. “Belum ditentukan, Sayang. Makanya aku tanya dulu, tapi lebih baik kita makan malam di luar saja bagaimana? Nanti aku atur waktunya, dan men
Baca selengkapnya

Sebuah Kebetulan?

Kemarahan Kamila semakin berlanjut, kini bukan karena soal Aron yang tiba-tiba marah ketika Bastara menelpon pagi tadi, tapi pria itu yang akan ke Bali hanya untuk menghampiri Bastara. Sungguh kekanakan, sebenarnya apa yang ada di pikiran suaminya ini? Sementara Aron, terdiam pada sofa yang terdapat di pojok kamar. Istrinya yang dulu lemah lembut dan penakut, kini bak singa yang akan menerkamnya hidup-hidup. Awas aja, ini karena Bimo yang mengadu. Ingatkan Aron untuk memotong gaji asistennya itu bulan ini! “Sayang, stop marahnya, ya? Aku baru pulang kerja, capek sekali rasanya. Lebih baik kau peluk saja …,” rengek Aron manja. Wajah Kamila semakin dingin, ia bersedekap dada—menatap Arun tanpa ekspresi. “Aku akan tidur di kamar Ayana, awas saja jika Mas tiba-tiba masuk.” Wajah Aron langsung menampakan ekspresi tak suka. “Tidak bisa begitu dong, Sayang. Aku sudah minta maaf, terus aku juga batal menemui Bastara. Jadi, udahan marahnya, ya? Mana mungkin aku bisa tidur tanpamu,” pinta A
Baca selengkapnya

Sebuah Jarak

“Selamat pagi Tuan, saya ingin menyampaikan jika dokumennya sudah saya kirim. Apa ada yang Anda butuhkan lagi?” Pria itu menatap ke arah sekretarisnya, lalu menggeleng pelan. “Tidak,” balas Arkam. Ia kembali melihat pemandangan dari balik jendela.Sepulangnya menjenguk Aron, Arkam memang langsung kembali ke hotel dan akan berangkat ke Bali dua hari lagi. Arkam menghembuskan napas pelan, lalu mengalihkan atensi pada sang sekretaris. “Apa kau ingin mengatakan sesuatu?” tanyanya. Karena pria di itu tak kunjung pergi.Sekretaris Arkam tersenyum simpul, lantas berdeham sebelum menjawab,” Nyonya Masayu menolak ajakan makan malam Anda, sedangkan Nyonya Relin setuju, dia juga akan membawa Rendra.”Arkam tersenyum datar, sudah terbiasa dengan penolakan Masayu. Hubungan mereka memang dingin, bahkan seperti orang asing. Tepatnya ketika dulu ia melakukan kesalahan fatal, yang disesalkan sampai detik ini. “Persiapkan semua mainan untuk Rendra, dan hadiah Relin,” titah Arkam pada sekretarisnya.
Baca selengkapnya

Mulai Lancang

“Selamat malam, Aka. Maaf kami terlambat, soalnya Rendra sangat lama memilih baju.” Relin menyapa Arkam, tak lupa mencium punggung tangan pria paruh baya itu.Sedangkan Rendra langsung minta duduk di atas pangkuan Arkam. “Tak apa, tapi sayang sekali ibumu tidak mau ikut.” Arkam menunduk, menatap ke arah anak laki-laki di pangkuannya. Sesekali ia mencium pucuk kepala Rendra, lalu menatap Relin serta Farzan secara bergantian.“Entahlah, Aka. Ibu memang susah ditebak, tapi aku yakin jika lambat laun Ibu pasti akan luluh. Iya, kan, Ayah?” ucap Relin, dan menatap pada Farzan yang langsung diangguki oleh sang empu.“Benar, Aka. Aku juga sedang membujuk Masayu supaya jangan keras kepada keluarganya sendiri. Sudah bertahun-tahun setelah kejadian itu, seharusnya dia juga bisa melupakannya,” timpal Farzan.Arkam tersenyum miring, sepertinya Farzan sudah keluar dari zona nyamannya. Dulu pria ini begitu penurut pada Masayu, mengingat cucunya itu sangat keras dan tegas terhadap sesuatu yang diang
Baca selengkapnya

Pergi Tanpa Pamit

Masayu menggigit bibir kuat, ia memegang ponsel di tangannya dengan resah. Menghembuskan napas pelan lalu mulai memencet nomor telepon yang terdapat pada benda pipih itu. “Halo, ini siapa?” Pertanyaan to the point dari seberang sana membuat Masayu terdiam. “Jika Anda tak menjawab, saya tutup teleponnya.” Wanita itu berdeham, lalu berkata,” Saya Masayu.” Hening, tak ada balasan dari seberang sana. Sampai-sampai Masayu mengira jika pria itu mematikan panggilannya. “Halo, Anda—”“Ya, Nak. Akhirnya kau menghubungi Aka setelah puluhan tahun lamanya,” potong pria itu cepat, suaranya serak—seperti menahan keharuan. Masayu yang mendengarnya mengepalkan tangan kuat, kembali mengubah raut wajahnya menjadi dingin. “Saya ingin membicarakan tentang, Relin.” “Ya, apa kau mau kita bertemu? Aka sudah di bandara, tapi tentu akan menghampirimu detik ini juga jika kau tidak keberatan,” jawab Arkam cepat, penuh antusias. “Tidak perlu, lewat telepon saja.” Masayu tersenyum sinis, mana mau ia ber
Baca selengkapnya

Bali

“Maaf sebelumnya, Nyonya Kamila. Apakah di keluarga Rendra ada riwayat penyakit jantung?” tanya dokter cantik itu hati-hati. Kamila mengernyit bingung, lalu menggeleng pelan. “Saya kurang tahu, Dokter. Mungkin Reli—” “Permisi, maaf tadi saya ada pasien. Jadi, baru bisa ke sini.” Relin masuk ke dalam ruangan sang dokter dengan santainya. Lalu duduk di samping Kamila. “Berhubung Relin sudah datang, saya permisi melihat keadaan Rendra dulu, Dokter.” Kamila pamit undur diri, lantas bergegas pergi. Karena menurutnya ini sudah ranah privasi. Ia berjalan melewati koridor, banyak para dokter dan perawat yang menyapa. Namun, seruan di belakangnya membuat wanita itu menoleh. “Ya Tuhan, Nyonya! Anda membuat seisi rumah gempar karena menghilang, Tuan Aron mengamuk memerintahkan semua penjaga untuk mencari Anda.” Bimo terengah ketika mengucapkan itu semua.“Saya membantu Rendra ke rumah sakit, Kak. Dan tadi sore di rumah tidak ada yang berjaga. Jadi, saya langsung ke kediaman Relin.” Kamila m
Baca selengkapnya

Makan Malam Bersama

“Erza kau di sini?” tanya Aron cukup terkejut ketika terbangun pukul lima pagi dan menemukan sang sahabat yang sedang menyantap makanan. Erza terkekeh seraya menyantap hidangan di depannya. “ Aku baru sampai, dan sangat lapar sekali. Maaf karena lancang masuk ke villa, soalnya Pak Arkam juga memberikanku kunci cadangan.” Aron menatap Erza datar, lalu mengambil duduk pada kursi di hadapan pria itu. “Tunggu, untuk apa kau ke sini? Memangnya kau cuti lagi?” Aron bertanya heran. Entah kenapa beberapa bulan ini Erza selalu mengambil cuti, padahal bisa dibilang dulu pria itu adalah dosen yang paling rajin. “Kau tahu, Paman Farzan memintaku untuk menyusul Relin, kasihan dia tidak ada temannya untuk menjaga Rendra di rumah sakit. Walau keluarga besar Pak Arkam ada, tapi mereka tidak sedekat itu,” jelas Erza. Kening Aron berkerut, diikuti oleh alisnya yang tampak menyatu, netra pria itu menyorot Erza penuh kebingungan. “Rendra sakit apa memangnya?” Kali ini Erza yang menatap Aron deng
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
1011121314
...
19
DMCA.com Protection Status