Masayu menggigit bibir kuat, ia memegang ponsel di tangannya dengan resah. Menghembuskan napas pelan lalu mulai memencet nomor telepon yang terdapat pada benda pipih itu. “Halo, ini siapa?” Pertanyaan to the point dari seberang sana membuat Masayu terdiam. “Jika Anda tak menjawab, saya tutup teleponnya.” Wanita itu berdeham, lalu berkata,” Saya Masayu.” Hening, tak ada balasan dari seberang sana. Sampai-sampai Masayu mengira jika pria itu mematikan panggilannya. “Halo, Anda—”“Ya, Nak. Akhirnya kau menghubungi Aka setelah puluhan tahun lamanya,” potong pria itu cepat, suaranya serak—seperti menahan keharuan. Masayu yang mendengarnya mengepalkan tangan kuat, kembali mengubah raut wajahnya menjadi dingin. “Saya ingin membicarakan tentang, Relin.” “Ya, apa kau mau kita bertemu? Aka sudah di bandara, tapi tentu akan menghampirimu detik ini juga jika kau tidak keberatan,” jawab Arkam cepat, penuh antusias. “Tidak perlu, lewat telepon saja.” Masayu tersenyum sinis, mana mau ia ber
Baca selengkapnya