“Paman Tara, ini sangat enak. Mau tidak?” Ayana menyerahkan sandwich buah di tangannya, dan diterima dengan senang hati oleh Bastara. “Enak, terima kasih.” Bastara mengacak surai halus gadis kecil itu. Ayana mengacungkan jempol, lalu kembali merebahkan kepala pada lengan pria itu. Sementara Saga, bermain rubik di tangannya yang dihadiahi oleh Bastara. “Paman, apakah Bibi Agni tidak akan ke sini?” tanya Ayana tiba-tiba, mereka berada di gazebo, yang terdapat di taman belakang—langsung menghadap ke kolam ikan. Bastara terdiam mendengar pertanyaan itu, sejak Agni pamit hubungan mereka benar-benar memburuk. Ia tak tahu lagi kabar perempuan itu, walau Bastara sangat penasaran dan tidak tenang setiap harinya. Tapi ia mencoba bersikap biasa, seolah-olah itu tak membuatnya terganggu. “Bibi Agni masih tugas di Jakarta, Sayang. Nanti kalau dia pulang baru kita suruh ke sini, okay?” “Ayana mengangguk kuat. “Okay, Paman!” “Yaya, Aga.” Panggilan itu membuat si kembar menoleh, lantas berbinar
Read more