Home / Romansa / Terpaksa Menikah Muda / Chapter 131 - Chapter 140

All Chapters of Terpaksa Menikah Muda: Chapter 131 - Chapter 140

187 Chapters

Menunggu?

“Hanya masuk angin biasa, Tuan. Dan Nyonya Kamila sebaiknya jangan terlalu lelah, apalagi stres. Karena kondisi tubuh Anda masih lemah pasca keluar dari rumah sakit,” jelas Meyda. “Tapi istri saya mual-mual, apa tidak sebaiknya diperiksa kembali?” Aron bertanya lagi, dan ini sudah kesekian kalinya.“Sudah, Tuan. Nyonya Kamila memang hanya masuk angin dan butuh istirahat total,” ulang dokter cantik itu. Akhirnya Aron mengalah, terlihat dari hembusan napas pasrah yang dikeluarkan. “Baik, terima kasih informasinya. Mari saya antarkan keluar.”Sebelum beranjak, Meyda menyempatkan melihat ke arah Kamila. “Nyonya, sekali lagi maaf atas kesalahan saya beberapa tahun silam.”Kamila mengibaskan kedua tangan, sudah beberapa kali dokter ini terus meminta maaf sejak dia muncul di hadapannya. “Tidak apa-apa, saya mengerti posisi Anda. Apalagi jadi dokter pribadi keluarga Dewangga.” Meyda tersenyum tulus. “Terima kasih atas pengertian Anda, Nyonya.” Setelah itu ia berlalu, diantarkan oleh Aron se
Read more

Test Pack

Terhitung sudah dua minggu Dona di rumah sakit, dan hari ini akan pulang. “Mas, aku bisa sendiri.” Dona menolak ketika Tama akan menggendongnya ke dalam mobil ala bridal style.“Tak apa, ayo.” Dona hanya pasrah, dan berpegangan pada leher sang suami. Tama pun dengan hati-hati mendudukan sang istri di kursi. Lantas ia bergegas menuju kemudi. “Sudah rindu rasanya dengan si kembar, pasti mereka semakin aktif.” Dona menatap lurus ke depan, membayangkan kedua cucunya. “Ya, sampai Aron kewalahan. Sedangkan Bimo sudah terbiasa menjadi bahan kejahilan mereka.” Tama terkekeh ketika mengingat Ayana yang melempar kecoa pada asisten Aron itu, Bimo sampai berteriak dan memohon pada Aron supaya membantunya. “Kalau Ayana persis sekali seperti tingkah Aron kecil, jika Saga menuruni sifat ibunya.” Dona menambahkan. “Kau benar, tapi jika Saga sedang marah—dia seperti Aron,” balas Tama. Membuat Dona tertawa pelan. Mereka terus berbincang hangat, topiknya tak jauh dari pembahasan tingkah menggemask
Read more

Tidak Mau Punya Adik

“Ayo, Sayang. Cepat pipisnya!” Aron berseru tak sabaran.Kamila ingin menangis, wajahnya sudah memerah sedari tadi. “Mas pergi dulu, bagaimana mungkin aku bisa pipis kalau Mas masih di sini!” Aron menatap istrinya bingung. “Memangnya kenapa? Aku ini suamimu lho, Sayang.”Suasana hati Kamila semakin kacau, entah kenapa wajah Aron sangat menyebalkan baginya. “Keluar, atau aku tidak mau pipis sama sekali!” Ancam wanita itu sudah hilang kesabaran. “Aduh, tidak bisa, Sayang. Aku ingin melihat hasilnya.” Aron kini duduk selonjoran, menunggu Kamila yang tak mau pipis sedari tadi.Wanita itu menatap Aron tajam, tiba-tiba tangisnya langsung pecah seketika. Aron panik dan menghampiri sang istri. “Sayang, kenapa malah menangis, hm?” Ia memeluk sang istri, mengusap bahunya perlahan. “Ini semua salah, Mas! Aku malu tahu! Makanya keluar, agar aku bisa pipis!” Kamila memukul lengan Aron kuat, membuat pria itui meringis. “Ampun, Sayang. Iya, aku akan keluar sekarang. Tapi kalau kau mau meminta
Read more

Penjelasan Dari Aron

“Adik baru? Aku dan Saga tidak mau!” seru Ayana. Aron membeku sesaat, setelah bisa mengendalikan diri barulah ia menatap pada si kembar. “Memiliki adik adalah hal yang luar biasa. Yaya serta Aga akan mempunyai teman untuk bermain, serta saling berbagi kebahagiaan dan melindungi satu sama lain.”“Kami sudah cukup hanya berdua saja, kenapa harus punya adik lagi?” Kini giliran Saga yang menimpali, penuh protes dan tak terima.Aron mengulum bibir, sepertinya ia harus menjelaskan perlahan. “Ayah mengerti, karena itu adalah perasaan normal, Sayang. Namun, coba bayangkan semua kebahagiaan yang akan kalian alami bersama adik baru. Yaya dan Aga juga memiliki seseorang yang selalu ada, dan tempat saling berbagi tentang hal apa pun.” Saga serta Ayana tampak berpikir. “Apakah Ayah dan Ibu masih tetap mencintai kami nantinya?” tanya Saga. Aron tersenyum lebar. “Tentu saja, sayangku. Ayah dan Ibu akan selalu mencintai dan menyayangi Aga dan Yaya. Kehadiran adik juga tidak mengubah cinta kami un
Read more

Pertunangan

“Huh? Kau gila, ya! Mau taruh di mana wajah tampanku ini mengambil mangga orang!” tolak Erza kesal. Pasalnya, Aron menelpon pukul sepuluh malam untuk dan menyuruhnya ke kediaman Dewangga detik itu juga. “Ayolah, kan sama Bimo. Nanti aku yang melihat warga.” Aron menatap Erza serius, ia juga sudah menyiapkan kamera untuk aksi mereka kali ini. “Tuan, sepertinya ini ide yang buruk. Bagaimana jika Tuan saja yang memanjat pohon mangganya, seperti yang Nyonya Kamila minta,” saran Bimo. Bimo sudah lelah, tadi pagi ia yang keliling mencari nasi kucing dan durian yang tidak ada durinya. Sesudah itu, ia kembali ke rumah sakit untuk mengurus beberapa dokumen dan mengikuti rapat. Ketika pulang, Bimo sudah dihadang oleh Aron dan menyuruhnya menaiki pohon mangga pukul sepuluh malam, dikarenakan Kamila yang sedang mengidam. Sungguh luar biasa sekali pasangan suami istri ini. Sepertinya Kamila juga sudah terkontaminasi sifat buruk Aron, sungguh wanita yang malang. Dan Bimo ikut prihatin tentang
Read more

Siapa Wanita Itu?

“Siapa yang bertunangan, Ayah?” Relin berjalan mendekat, menatap Farzan serta Erza secara bergantian. “Aku,” jawab Erza. Relin mengeram, menatap Erza kesal. “Kau jangan membual!” “Relin, duduk dulu, Nak. Mengapa kau terlihat emosi? Erza sahabatmu, seharusnya kau dukung dia.” Farzan menepuk sofa di sampingnya agar Relin mendekat. Wanita itu mengikuti instruksi sang ayah, tapi netranya tak lepas dari Erza. “Dia bohong, Ayah. Karena tidak mungkin akan bertunangan,” tekan Relin. Kini Farzan menatap putrinya dengan pandangan tak terbaca. “Memangnya kenapa jika Erza mau bertunangan? Menurut Ayah, tidak masalah. Erza juga sudah kepala tiga, cocok untuk membangun rumah tangga.” Ekspresi Relin mengeruh, kepalan tangan di samping tubuhnya menandakan jika ia benar-benar marah kali ini. “Ayah, aku ingin bicara dengan Erza.” Farzan mulai mengerti dengan situasinya saat ini, pria itu menganggukkan kepala. Ya, tentu saja. Ayah ke kamar dulu.” Pria itu berlalu pergi, kini tinggallah Relin dan
Read more

Perasaan Yang Mulai Gundah

“Apa ini, Bimo? Kenapa kau salah lagi mengatur jadwal saya?” Aron menatap tajam sang asisten. Masalahnya ini adalah ketiga kalinya dalam kurun waktu satu minggu, lantas bagaimana pria dengan tingkat ketelitian ini sangat ceroboh? “Maaf, Tuan. Saya akan lebih teliti lagi kedepannya.” Bimo menunduk, pria itu seperti tak fokus. “Tentu saja kau harus teliti, karena jadwal yang berantakan ini saya harus lembur,” tekan Aron dingin. Bimo terdiam, tak lagi menimpali. “Lalu bagaimana dengan laporan yang saya minta dua hari yang lalu?” Aron kembali melempar pertanyaan. Bimo menatap ke arah pria di depannya. “Sudah saya kirim melalui email, Tuan.” Aron menatap datar, lantas menyuruh Bimo pergi. Tak lama kemudian, deringan ponsel membuat atensinya terlaihkan. Netra pria itu berbinar tatkala melihat siapa yang menelpon. “Halo, Sayang,” sapa Aron. “Mas, nanti saat pulang belikan martabak telur, tapi jangan pakai telur ya,” pinta Kamila dari seberang sana. Kening Aron berkerut. “H
Read more

Perkataan Pedas

Aron terlihat kesal sepanjang makan malam berlangsung, bagaimana tida—sejak ia mengatakan jika Kila pernah melamar Bimo. Kamila langsung memelototinya seolah memberi peringatan untuk jangan bicara lagi Akan tetapi, kali ia bisa bernapas lega karena sudah duduk bersama Erza di taman belakang. Sedangkan sang istri masih bersama Kila di ruang tamu, entah apa yang mereka obrolkan. “Sekarang jelaskan kenapa kau berhenti menjadi dosen, aku tahu pasti ini bukan semata-mata karena kau ingin fokus ke perkebunan.” Aron menatap Erza serius, yang dibalas dengan kedikkan bahu oleh pria itu. “Tidak ada, memang ini murni aku ingin mengurus perkebunan. Lagi pula, aku pikir tidak ada yang salah dengan semua itu,” Jawab Erza santai. “Memang tidak ada yang salah, tapi sangat janggal saja kau meninggalkan impianmu dari dulu. Aku ingat betul bagaimana kau menolak permintaan ayahmu untuk mengikuti jejaknya ini di kepolisian, hanya untuk menjadi dosen,” timpal Aron seraya bersedekap dada. Erza menghembu
Read more

Tidak Beracun

“Nenek, aku mau ke rumahnya Saga dan Ayana untuk bermain …,” pinta Rendra seraya menggoyangkan lengan Masayu. “Sayang, sudah Nenek katakan jika Saga serta Ayana sedang bepergian. Rumah mereka sepi, hanya satpam yang berjaga di pagar.” Masayu mencoba memberi alasan, karena jika tidak—Rendra tak akan mau berhenti merengek. “Benarkah?” tanya anak laki-laki itu polos. “Biasanya sore-sore seperti ini Saga dan Ayana sedang bermain sepeda, Nenek.” Masayu mengusap keringat yang ada di pelipis sang cucu, lantas menepuk lembut pucuk kepala Rendra. “Besok saja ya, Sayang. Nenek janji akan membawamu ke rumah Paman Aron untuk bertemu si kembar, dan sekarang kau harus makan. Agar tumbuh kuat dan sehat.” Renda manggut-manggut. “Baiklah, tapi aku ingin digendong sama Paman Erza,” pintanya memelas. Masayu menghembuskan napas berat, bagaimana bisa ia menghubungi Erza, sedangkan pria itu sudah beberapa hari tak berkunjung ke rumah ini. Entah ada masalah apa dengan Relin, karena terlihat jelas hubu
Read more

Permintaan Rendra

“Selamat pagi, Mas Tama,” sapa Farzan sembari mengambil duduk pada sofa yang terdapat di ruang tamu. “Tumben sekali Mas ke sini,” lanjutnya basa-basi.Tama tersenyum simpul, menyesap kopinya perlahan sebelum mengalihkan kembali atensi pada Farzan. “Kebetulan jadwal aku hari ini siang, dan sepertinya kita sudah lama tidak mengobrol karena kesibukan masing-masing.”Sebenarnya bukan hanya itu, entah mengapa Farzan juga menghindari setelah ancaman Tama mengenai pertunangan Relin serta Aron.“Ya, aku memang akhir-akhir ini sibuk di perkebunan. Apalagi dengan keadaan Rendra saat ini,” sahut Farzan santai.Tama tersenyum simpul. “Benar juga, perkebunanmu sekarang sudah sangat maju. Kudengar dari Masayu jika kau akan membuka restoran di Kuta.” Farzan terkekeh serak seraya mengusap tengkuknya yang tak gatal. “Mas Tama bisa saja, jelas-jelas tidak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan milik Dewangga,” balas pria itu.Padahal ia tahu jika sekarang mereka cukup setara. Namun, Farzan tak enak s
Read more
PREV
1
...
1213141516
...
19
DMCA.com Protection Status