“Ibu, besok malam kita jadi ke pasar malam,’kan?” tanya Ayana memastikan.Kamila tersenyum seraya mengelus surai gadis kecil itu. “Iya, Sayang. Yaya sudah mengulang pertanyaan ini sama sebanyak lima kali,” godanya sembari mencolek ujung hidung sang putri. “Apakah seperti di Bali? Aku ingat betul rumah hantu yang kita kunjungi waktu itu,” celetuk Saga. “Benar, seperti yang kita kunjungi waktu itu. Aga juga tidak sabar ya, Nak?” Kamila bertanya lembut, tak lupa mengacak surai halus putranya.Saga menangguk kuat. “Iya, Bu! Aku ingin ke rumah hantu lagi, sehabis itu menaiki bianglala.”“Iuh! Sok sekali, padahal ke kamar mandi saja minta ditemani. Hei, kau ini masih kecil. Tolong jangan ke rumah hantu, memangnya kau tak tahu dengan rumor yang beredar?” Pertanyan bak orang dewasa itu terlontar dari mulut gadis mungil yang selalu tampak menggemaskan itu.“Rumor apa? Kau jangan mengada-ngada, Yaya!” Kesal Saga, merapatkan tubuhnya pada sang ibu. Apalagi ini sudah pukul sembilan malam, tak l
Read more