Home / Romansa / Terpaksa Menikah Muda / Chapter 151 - Chapter 160

All Chapters of Terpaksa Menikah Muda: Chapter 151 - Chapter 160

187 Chapters

Saran Dari Relin

“Seharusnya kasus ini tak perlu dibesarkan, Anda cukup beritahu pihak rumah sakit dan kami sendiri yang akan mengurusnya. Tidak sampai melibatkan awak media sekalipun,” kata Aron santai. “Jadi, Anda menganggap remeh keselamatan pasien? Apa rumah sakit sebesar ini memang sangat buruk perihal keamanan, sampai-sampai ada orang asing masuk dan ingin membunuh putri saya. Bagaimana jika itu terjadi pada keluarga Anda?” tanya pria dengan setelan formalnya. Wajah santai yang Aron tunjukkan seketika berubah menjadi ekspresi dingin, ia tak suka jika ada yang membawa-bawa nama keluarganya. “Saya mengatakan beritahu pihak rumah sakit, dan di mana letak meremehkan keselamatan pasien? Justru dokter kami mengorbankan dirinya demi keselamatan putri Anda.” Pria itu tampak gelagapan, sementara pihak kepolisian yang ada di sana sama sekali belum mendapatkan kesempatan berbicara. Karena baik Aron, atau pun lawan bicaranya, sama-sama saling melempar opini sejak duduk satu jam yang lalu. “Pak Reno—” Aro
Read more

Lebih Memilih Dia

Kamila membuka mata secara perlahan, ia tersentak ketika melihat Aron yang sudah berada di sampingnya. Wanita itu mengambil ponsel di atas nakas dan melihat jam yang sudah menunjukkan pukul enam pagi, ia bergegas ke kamar mandi untuk mencuci muka, setelahnya kembali duduk di samping Aron yang sedang tertidur pulas. Kamila menghembuskan napas, bahkan ia tak tahu Aron pulang jam berapa. Wanita itu memejamkan mata sebari menyadarkan punggung pada headboard, mengingat kembali apa yang ia temukan pada kemeja sang suami kemarin malam.“Engh … Sayang,” bisik Aron serak. Ia menggeliat seraya merentangkan tangan, berharap Kamila masuk ke dalam pelukannya. “Sudah bangun,” ucap wanita itu sembari mengacak surai halus pria di hadapannya. “Peluk …,” pinta Aron serak. Kamila tersenyum tipis, lalu memeluk Aron dan menepuk pelan punggung pria itu, membuat sang empu kembali memejamkan mata. “Katanya hari ini mau jalan-jalan pagi, masa lanjut tidur,” celetuk Kamila. Aron kembali mendusel kepalany
Read more

Kebenaran Yang Terungkap

“Akhirnya kau menyetujuinya, aku pastikan jika Paman Atma bisa membantumu.” Sandra tersenyum simpul seraya menyantap sarapannya. Ya, mereka sedang di kantin rumah sakit saat ini. Tentunya ada Bimo juga, pria itu selalu mengekori ke mana pun sang tuan pergi.“Sebenarnya ini tidak perlu dibawa ke jalur hukum, tapi sepertinya Pak Reno ingin bermain-main. Jadi, semoga pamanmu itu bisa menanganinya,” balas Aron santai. Pada akhirnya ia menyetuji jiak kasus ini ditangani oleh paman Sandra. Mengingat Kenanga yang tak mungkin ke Indonesia dalam janga waktu dekat ini. Sandara mengelap bibir menggunakan tisu, lantas menatap Aron serius. “Tentu saja, kau tak perlu khawatir. Dan mungkin Paman Atma akan sampai ke kota ini nanti malam.” Setelahnya mereka kembali melanjutkan sarapan, sesekali Sandra mengajak Aron berbincang, walau hanya ditanggapi gumanan oleh sang empu. Dan itu semua tak lepas dari pengamatan Bimo.Suara deringan ponsel Bimo membuat yang ada di meja makan itu langsung menoleh k
Read more

Lelah Fisik Dan Pikiran

“Ibu, besok malam kita jadi ke pasar malam,’kan?” tanya Ayana memastikan.Kamila tersenyum seraya mengelus surai gadis kecil itu. “Iya, Sayang. Yaya sudah mengulang pertanyaan ini sama sebanyak lima kali,” godanya sembari mencolek ujung hidung sang putri. “Apakah seperti di Bali? Aku ingat betul rumah hantu yang kita kunjungi waktu itu,” celetuk Saga. “Benar, seperti yang kita kunjungi waktu itu. Aga juga tidak sabar ya, Nak?” Kamila bertanya lembut, tak lupa mengacak surai halus putranya.Saga menangguk kuat. “Iya, Bu! Aku ingin ke rumah hantu lagi, sehabis itu menaiki bianglala.”“Iuh! Sok sekali, padahal ke kamar mandi saja minta ditemani. Hei, kau ini masih kecil. Tolong jangan ke rumah hantu, memangnya kau tak tahu dengan rumor yang beredar?” Pertanyan bak orang dewasa itu terlontar dari mulut gadis mungil yang selalu tampak menggemaskan itu.“Rumor apa? Kau jangan mengada-ngada, Yaya!” Kesal Saga, merapatkan tubuhnya pada sang ibu. Apalagi ini sudah pukul sembilan malam, tak l
Read more

Tamu Spesial

Kamila membeku, secara perlahan ia berbalik, menghadap tepat ke arah Aron. “Kalau ada masalah, ayo berdiskusi. Jangan tinggal tidur,” tegas pria itu serius. Kamila menelan ludah susah payah, menatap lurus pada Aron. “Mengapa harus menyembunyikan kekacauan yang terjadi padaku? Apa aku tidak berhak tahu semua yang terjadi?” Aron bungkam mencoba untuk mencerna ucapan Kamila. “Seharusnya jika ada masalah di rumah sakit atau apapun itu menyangkut pekerjaan Mas, tolong beritahu aku ya, daripada tahu dari orang lain. Itu sangat tidak mengenakkan,” lanjut wanita itu. Pria itu menghembuskan napas berat, entah dari mana sang istri mengetahuinya. “Atau mungkin aku memang tidak layak untuk mendengar semua permasalahan—” Perkataan Kamila terhenti kala Aron memeluknya. “Entah kau mendengar berita ini dari mana, dan siapa pun itu aku mengutuknya. Padahal aku sengaja menyembunyikannya agar kau tak berpikir berat, lalu hanya fokus kehamilanmu saja,” ungkap pria itu diakhiri kecupan manis pada ke
Read more

Bersama Sandra

“Ada tamu rupanya.” Tama serta Farzan yang sedang mengobrol langsung menoleh ke sumber suara, terlihat Arkam yang melangkah mendekat. “Aka, kenapa tidak memberitahuku agar dijemput ke bandara,” ucap Farzan seraya menyalami pria paruh baya itu. “Tidak apa-apa. Lagi pula, ada yang jemput aku di bandara,” balas Arkam. Lantas mengambil duduk dan berhadapan dengan Tama serta Farzan. Tama yang sejak tadi memperhatikan pria itu lantas menyalaminya, setelah itu kembali duduk. “Sudah lama sekali kita tidak bertemu, Tama. Dan kau semakin tampan saja, apalagi Aron—keturunan Abraham memang tidak bisa diragukan lagi,” canda Arkam seraya melempar senyum simpul. Melihat tak ada tanggapan dari Tama, Farzan langsung mengambil alih, agar suasana tak terasa canggung. “Aka, berapa lama di sini?” tanya farzan. “Mungkin sekitar dua minggu, aku dan Aron juga akan membahas mengenai beberapa hal tentang resort. Ah, omong-omong berita tentang Rumah Sakit Dewangga, bagaimana? Aku dengar katanya Reno men
Read more

Agni Vs Aron

Aron keluar dari mobilnya tergesa-gesa, sudah pukul sepuluh malam, saking asiknya berbicara dengan Sandra serta Atma, ia sampai melupakan janjinya dengan keluarga kecilnya.“Di mana Kamila?” tanyanya pada hari yang kebetulan lewat. Napas pria itu terdengar memburu. “Sedang keluar bersama si kembar dan Pak Bastara, serta ada wanita satu lagi. Tapi saya tidak tahu namanya, Tuan,” jawab Sari gugup.Aron mengepalkan tangan, rahangnya mengeras ketika mendengar nama Bastara. Dari dulu sampai sekarang—entah kenapa lelaki itu tetap membuatnya merasa tersaingi. “Lalu di mana Ibu dan ayah saya? Kenapa mereka membiarkan Kamila pergi begitu saja,” tekan pria itu tajam.“Eh—” Sari gelagapan, menggaruk tengkuk yang tak gatal. “Nyonya Dona dan Tuan Tama belum pulang.” Aron mendengkus, dengan cepat kembali pada mobilnya yang terparkir. Namun, ketika melihat roda empat yang memasuki pekarangan rumahnya, pria itu lantas berdiri kaku. Menunggu pemilik roda empat itu keluar, dan benar saja … di sana
Read more

Pertemuan Tak Disengaja

“Aku minta maaf.”Kamila yang baru saja membuka mata langsung tersentak kala Aron mengatakan hal itu.“Akhir-akhir ini kita banyak bertengkar, bahkan dengan kan hal sepele. Di rumah sakit memang sedang buruk situasinya, ada beberapa kejadian tidak mengenakkan. Tapi pengacara aku baru saja menelpon jika kasusnya sudah selesai, tidak diperpanjang lagi karena dari pihak Pak Reno ingin berdamai.”Pria itu menghembuskan napas lega, lantas mengusap surai Kamila.“Awalnya aku ingin berbalik untuk menyerangnya karena membuat kegaduhan ini, tapi tadi Ayah mengatakan sudahi saja semuanya, yang terpenting pihak Pak Reno sudah klarifikasi, dan membersihkan nama baik Rumah Sakit Dewangga,” ungkap Aron.Kamila terdiam, rasa kantuknya hilang seketika, justru ia penasaran apalagi yang akan terlontar dari mulut sang suami.“Dan untuk sekarang, kau bisa tenang. Aku akan benar-benar fokus padamu serta si kembar. Maaf ya jika akhir-akhir ini sikapku begitu menyebalkan.” Aron lantas memeluk Kamila erat.
Read more

Peringatan Bimo

“Selamat malam, Aron,” sapa Arkam seraya tersenyum lebar.Aron tersenyum tipis, lalu mempersilahkan pria paruh baya itu untuk duduk. “Maaf jika saya mengajak makan malamnya di luar, karena di rumah ada tamu Ayah sama Ibu.”Arkam menggeleng pelan. “Tidak apa-apa, saya juga mengajak Relin ke sini, tak masalah, bukan?”Aron hanya mengangguk sebagai respon, sedengankan Arkam mengalihkan atensi ke arah Kamila. “Senang bertemu denganmu lagi, Nyonya Dewangga.”Wanita itu tersenyum tipis, meremas kedua tangannya yang berada di atas paha.“Kamila, bagaimana kabarmu? Apa kau mengidam sesuatu?” tanya Relin yang kini duduk berhadapan dengan Kamila.“Tidak ada, hanya saja aku sedikit lelah jika melakukan aktivitas berlebih,” jawab Kamila seadanya.“Memang usia kandunganmu sudah memasuki usia berapa?” Kali ini Arkam yang bertanya, menyorot wanita di depannya itu dingin.“Baru tujuh minggu, Pak.” Kamila menjawab lirih, sesekali melihat ke arah Aron yang melempar senyum simpul padanya.“Tak menyangka
Read more

Teror

Kamila masih bingung dengan perkataan Bimo semalam, apalagi ketika netranya tak sengaja bersirobok dengan Arkam, pria itu terlalu menatapnya intens—membuat rasa tak nyaman kian bersarang. “Mila, mau beli yang mana, Nak?” tanya Dona sembari melihat jejeran brownies di depannya. Wanita itu langsung mengalihkan atensinya ke arah sang mertua. “Yang rasa matcha saja Bu, Ayana suka soalnya. kalau Saga Ibu tahu sendiri dia tidak suka makanan manis.” Dona tertawa pelan, lantas mengiyakan sembari memesan. Sementara Kamila melihat sekeliling yang tampak lenggang, hanya beberapa orang yang berlalu lalang. Maklum saja karena ini baru pukul pagi sembilan pagi. Tiba-tiba atensi wanita itu mengarah pada sosok pria berjaket army yang terus menatap ke arahnya, Kamila tergugu … tetap memfokuskan atensi pada pria itu. Namun, anehnya sang empu tak juga mengalihkan pandangan darinya. “Mila, ayo kita langsung ke supermarket.” Kamila tersentak kecil, sedangkan Dona menggandeng tangan sang menantu denga
Read more
PREV
1
...
141516171819
DMCA.com Protection Status