Terdengar suara ketukan di pintu, Kian mempersilakan masuk. Clara masuk sambil membawa berkas-berkas yang harus ia tanda tangani. Satu hari cuti saja, pekerjaan Kian langsung menumpuk.“Selamat pagi, Pak. Mau saya buatkan kopi?” tanya Clara.“Tidak biasanya kamu menawarkan kopi,” ujar Kian sambil menautkan alisnya.Clara meringis. “Maaf, Pak. Kemarin itu ada kiriman kopi.”“Dari siapa?”“Itu … hmmm ….”“Helga?” tebak Kian.Clara mengangguk. “Iya, Pak. Kemarin ini Mbak Helga datang ke sini, lalu menitipkan kopi untuk Pak Kian. Maaf, Pak. Apa seharusnya saya menolaknya? Saya tidak berani, Pak.”“Ya sudah, tidak apa-apa. Di antara aku dan Helga sudah tidak ada hubungan apa-apa. Biarkan saja. Hanya sekedar kopi, aku akan menerimanya. Kamu juga boleh meminumnya, Clara.”Clara tersenyum. “Terima kasih, Pak.”“Oh ya, aku sudah mengurus pengiriman motor ke rumahmu. Aku titip dulu motornya di rumahmu ya.”Clara mengangguk. “Baik, Pak.”Kian mendesah. Sepertinya ia sudah tidak membutuhkan motor
Read more