Satu hari sebelumnya.“Reks, bisakah kita bertemu?”“Untuk apa kamu ingin menemuiku? Aku rasa ini bukan ide yang bagus,” ucap Reksi sambil menautkan alisnya bingung.Ia menatap ponselnya seolah tak percaya dengan yang baru saja ia dengar. Dalam kurun waktu yang cukup lama, Erwin tidak pernah menghubunginya. Lantas, untuk apa pria itu tiba-tiba mencarinya?“Aku tahu, tapi aku bingung harus bicara dengan siapa lagi,” ucap Erwin yang suaranya terdengar parau. “Setidaknya, kita pernah berteman.”Reksi menghela napas. “Sampai sekarang pun aku masih temanmu, Erwin. Sebenarnya, apa pun yang terjadi antara kamu dan Tata memang tidak ada sangkut pautnya denganku. Hanya saja, aku tidak menyangka kalau kamu akan menghubungiku.”“Iya, Reks. Jadi, apa aku boleh menjemputmu?”Reksi mengangguk. “Baiklah. Datang saja ke studio. Aku baru selesai senam.”Hanya perlu menunggu sepuluh menit saja, Erwin sudah datang. Pria itu membawakan Reksi segelas minuman kopi dingin.“Terima kasih, Erwin,” kata Reksi
Baca selengkapnya