Kian mengeluarkan ponselnya, lalu segera menghubungi Laureta. Teleponnya terhubung, tapi Laureta tidak juga menjawab. Hatinya mulai cemas. Ia pun menghubungi Karsa.“Halo, Karsa! Apa kamu sudah mengantar Laura ke sana tadi pagi?” tanya Kian dengan nada yang agak membentak.“Iya, Tuan. Saya sudah mengantarkan nyonya tadi pagi. Ada apa, Tuan?”“Lalu setelah itu, bagaimana? Apa kamu mengantarnya lagi pulang?”Karsa diam dulu sejenak sampai akhirnya ia menjawab, “Jadi begini, Tuan.” Begitu mendengar kalimat itu, jantung Kian langsung berdetak kencang. “Saya memang hendak mengantarkan nyonya pulang ke rumah, tapi kemudian nyonya meminta saya untuk mengantarnya ke tempat lain.”“Ke mana?”“Ke rumahnya, Tuan.”Kian menghela napas lega. “Oh, begitu. Jadi, sampai sekarang dia masih di sana?”“Sa-saya tidak tahu, Tuan. Saya pikir nyonya sudah pulang ke rumah. Aduh!”Kian mendecak kesal. “Memangnya dia bilang apa?”“Nyonya meminta saya untuk mengantarkannya ke rumah, lalu dia akan pulang sendiri
Read more