Home / CEO / Bencana Satu Malam / Chapter 11 - Chapter 20

All Chapters of Bencana Satu Malam: Chapter 11 - Chapter 20

54 Chapters

10 - Dilema

JADI asisten pribadi yang harus bisa merangkap sebagai sekretaris untuk sementara waktu nyaris membuat Glen merasa gila. Terutama karena yang dilayani olehnya adalah seorang CEO bernama Alan Rasya Purnama.Awalnya semuanya memang baik-baik saja. Sebagai asisten pribadi, dia merasa profesional dalam pekerjaannya, pun sekretaris yang saat itu mendampingi bosnya pun tampak baik-baik saja. Glen yakin mereka sudah sangat kompak dalam pekerjaan mereka.Hingga dua bulan yang lalu saat Alan mengakhiri kontrak sekretarisnya secara sepihak dan semua skandal keduanya terungkap di depan matanya. Glen merasa syok bukan main mengetahui sifat asli bosnya selama ini yang tidak pernah terlihat olehnya. Apalagi bosnya sudah punya tunangan yang cantik dan baiknya tidak kira-kira, walau mereka sedang LDR saat peristiwa itu terjadi.Mungkin karena alasan itulah yang membuat sekretaris itu menjadi berani dan bosnya tergoda untuk menduakan tunangannya sendiri. Glen tidak tahu pasti, tapi ending dari semua p
Read more

11 - Lo mau nggak ...

JEANNE sama sekali tidak bisa tidur. Walaupun sejak tadi dia merebahkan tubuh dan mencoba memejamkan mata, tapi matanya tak kunjung memejam hingga sekarang.Alan tiba-tiba saja memanggil ponselnya. Jeanne bisa langsung mengenali panggilannya dari nada panggilan yang sengaja dia buat istimewa. Istimewa untuk ditolak maksudnya.Namun kali ini, Jeanne terpaksa harus menerima panggilan Alan di ponselnya."Halo!" sapanya dengan nada kesal yang kentara, karena sejak tadi dia tak kunjung bisa memejamkan mata."Jadi berapa nomor apartemennya? Gue udah di bawah."Jawaban itu membuat Jeanne ingin menangis di tempat. "Lo nggak bisa datang besok aja apa? Gue dari tadi cuma mau tidur, tapi nggak bisa-bisa juga!" jerit Jeanne yang sudah mulai frustrasi karena insomnia yang dideritanya sejak tadi.Padahal tubuhnya sudah lelah sekali. Rasanya sudah seperti mau remuk dan hancur berkeping-keping, tapi tetap saja matanya tidak mau diajak berkomprom
Read more

12 - Udah Kayak Pasutri

JEANNE membuka matanya dan langsung merasakan sesuatu yang sedang melingkari perutnya. Perempuan berumur dua puluh lima tahun itu mengerjap pelan. Seingatnya dia tinggal sendirian? Lalu siapa yang kini sedang memberinya pelukan? Bukan setan, kan?Jeanne menoleh ke belakang dan menemukan Alan sedang tidur nyenyak tanpa mengenakan sehelai pakaian. Jeanne pun mengembuskan napas lega, karena ternyata sosok itu bukanlah setan. Walau setelahnya dia mengerjap pelan dan lantas mengingat kembali apa yang sudah terjadi semalam hingga Alan masih di sini bukannya pulang ke apartemennya sendiri."Lo mau tahu gimana caranya bisa tidur cepet, nggak?" Alan bertanya tepat setelah Jeanne menyindirnya habis-habisan.Jeanne menatapnya waspada. "Apa? Jangan bilang lo mau seks, terus nawarin gue buat tidur sama lo lagi?!"Alan mendengkus pelan. "Gue nggak setega itu buat minta tidur sama lo sekarang, tapi kalau lo mau gue sama sekali nggak keberatan."Jeanne m
Read more

13 - Lowongan Sekretaris CEO

JEANNE merasa tubuhnya remuk untuk yang kedua kalinya dalam minggu ini. Padahal mereka hanya melakukannya dua kali, tapi tetap saja durasi permainannya sungguh lama sekali.Jeanne bahkan sampai mengumpati Alan karena pria itu tak kunjung selesai, padahal Jeanne sudah tidak tahan sejak tadi. Alhasil untuk ke sekian kalinya, Jeanne harus mengaku kalah telak dari pria itu saat berolah raga kasur."Kalau gue kayak gini tiap hari, mending gue resign dan balik ke Bandung aja, terus minta si bebek buat nikahin gue secepatnya," ucap Jeanne yang kini merebahkan tubuhnya karena lelah.Mereka baru saja menyelesaikan satu percintaan panas di kamar mandi. Walaupun dibilang dari kamar mandi, tapi itu hanya awalnya saja karena endingnya Alan tetap membawanya ke kasur juga.Alan yang sedang mengenakan kembali pakaiannya melirik Jeanne dari ekor matanya. "Emang dia udah siap mau nikahin lo?""Bilangnya sih udah, kenapa emangnya?" Jeanne menatap Alan yang
Read more

14 - Drama Makan Siang

Jeanne : Makan siang di mana lo? Gue mau minta traktir.Alan yang sedang menyesap kopi di ruangannya langsung tersedak begitu membaca pesan dari Jeanne. Pria itu bahkan sampai mengernyitkan dahi, matanya menyipit dan memandangi ponselnya dengan tatapan tidak percaya.Apa-apaan pesan Jeanne ini? Kenapa kesannya Alan seperti sedang dipalak olehnya?Pria itu mendengkus pelan, meletakkan kopi di tangannya ke atas meja, sebelum membalas pesan Jeanne untuknya.Alan : Di ruangan gue. Sini kalau mau minta.Jeanne : Ada banyak, nggak?Alan mengerjap sekali lagi. Mungkinkah perempuan itu berniat membawa anak-anak satu ruangan divisinya kemari? Mengingat sifat Jeanne yang kadang memang parah sekali, bisa habis Alan kalau harus menuruti semua keinginannya itu.Alan : Kalau cuma buat makan siang gue sama lo sih udah cukup.Jeanne : Pelit lo jadi orang!Alan menyeringai lebar. Dia segera mengetikkan balasan yang bisa
Read more

note

Mungkin ada beberapa dari kalian yang merasa tidak nyaman dengan cerita ini. Karena bagaimanapun juga, cerita ini tentang perselingkuhan, affair, atau apa pun itu sebutannya.Aku juga tidak berniat membuat wanitanya suci atau sok suci. Bahkan aku sengaja menjadikan Jeanne sebagai wanita biasa. Sebiasa mungkin atau wanita pada umumnya yang ada di pergaulan liar ibu kota zaman sekarang.Prianya juga bukan perjaka atau anak baik-baik, jadi tidak ada yang akan mempermasalahkan soal keperawanan seorang perempuan. Bahkan Alan sekali pun tidak pernah mempermasalahkan masalah ini sih.Sebenernya dari zaman Affair with Playboy, kalaupun Risa selingkuh sama Alva dan mau balik ke dia. Alan masih mau nerima dia kok. Yang bikin mereka nggak bisa balikan, Risa udah mengakhiri hubungan lebih dulu dan ternyata udah hamil anak Alva setelahnya.Itu yang bikin Alan nggak bisa mengharapkan Risa lagi buat kembali sama dia. Apalagi baik Risa maupun Alva udah kelihatan saling cinta dan saling bahagia gitu. J
Read more

15 - Lagi Sakit

TIBA-TIBA saja suasana menjadi hening dan mereka pun memutuskan untuk makan siang sebelum jam istirahat kantor selesai.Diam-diam Tantri menyenggol lengan Jeanne kemudian berkata dengan sangat-sangat pelan. "Pak Alan tadi beneran lagi ngelamar lo?"Walaupun sudah dikatakan dengan sangat pelan, tapi Alan yang duduk di samping Jeanne, mepet lagi, jelas bisa ikut mendengar pertanyaan itu. Bahkan Glen di pojokan pun sanggup mendengarnya dan turut memasang kupingnya baik-baik.Jeanne menoleh dengan wajah datar. Dia itu sejatinya tidak suka berbohong, tapi bukan berarti dia tidak bisa. Dia hanya jarang melakukannya kecuali memang sedang kepepet saja. Dia lebih suka mulutnya mengatakan apa pun yang saat itu sedang melintas di kepalanya."Lo mikir yang tadi lamaran? Gue mikirnya itu sindiran." Jeanne mendengkus keras. "Kalau beneran lamaran, kurang niat banget dia! Masa iya dia ngelamar anak orang di depan bawahannya dan cuma di ruangan kantornya pula," c
Read more

16 - Mulutmu Harimaumu

"LO serius mau ke apotek?" tanya Alan sewaktu mereka sudah berada di mobil.Gosip soal mereka yang dekat atau bahkan memiliki affair sudah mulai tersebar memenuhi kantor. Sebagian dari mereka ada yang percaya, tapi kebanyakan dari mereka berani menyangkal kebenarannya. Lantaran baik Jeanne dan Alan sudah pernah mengonfirmasi kalau keduanya hanya teman biasa. Anak-anak dari divisi pemasaran pun berani membenarkannya."Ya serius, lah!" Jeanne menatapnya kesal. "Gue butuh obat kontrasepsi gara-gara lo yang katanya udah ahli dan udah pengalaman, nyatanya nidurin anak orang masih nggak pakai pengaman," cibirnya sambil duduk nyaman berharap mobil akan segera berjalan.Alan hanya tersenyum mendengar cibirannya. Dia bukannya lupa tidak memakai pengaman, tapi saat itu pengamannya sedang habis. Dia pun berpikir tidak apa-apa menebar benihnya sesekali, toh orang yang akan dia tiduri adalah Jeanne."Bukannya nggak pakai, tapi pengaman gue lagi abis waktu itu.
Read more

17 - Posisi Baru

Jeanne merasa dirinya seperti sedang diperintah untuk segera masuk ke apartemen Alan. Punggungnya seperti tengah didorong. Walaupun terasa sangat pelan dan samar, tapi dia bisa merasakan sedikit kekasaran pria itu saat menyuruhnya masuk.Jeanne menelan ludahnya dengan susah payah. Apa dia minta maaf saja pada Alan sekarang, ya? Rasanya kali ini dia benar-benar akan berada dalam bahaya. Tidak seperti kemarin-kemarin saat Alan ingin menidurinya, kali ini pria itu terlihat seperti sedang memendam amarahnya.Lagian, kenapa sih dia bisa menjadi semarah itu? Memangnya apa yang sudah Jeanne perbuat sampai bisa membuatnya jadi seperti itu? Perasaan dia tidak melakukan apa pun yang bisa membuat Alan menjadi marah, kecuali memang mulutnya ....Jeanne menelan ludah susah payah saat menyadari Alan telah mengunci pintu di belakangnya. Dia pun teringat pada ucapan Alan sebelum mengantarnya ke apotek tadi."Mulut lo kayaknya perlu diberi pelajaran.""La
Read more

18 - Kedatangan Fredy

JEANNE merasa bersyukur setengah mati saat Alan tidak meminta jatahnya lagi selama beberapa hari terakhir. Alhasil Jeanne bisa istirahat dengan cukup, meminum obat kontrasepsi dengan rutin, dan benar-benar merasa fresh untuk menyambut kedatangan sang kekasih."Malam mingguan nih, Je? Lo mau hangout sama Pak Alan atau mau malam minggu sendirian?" Tantri bertanya saat mereka dalam perjalanan pulang.Alan yang tidak meminta jatah, maka dia tidak akan menampakkan wajah. Walaupun berulang kali Alan masih mengirimkan pesan dan bertanya bagaimana keadaannya, tapi Jeanne membalas pesannya dengan sekenanya saja.Dia cukup belajar untuk menahan diri, terutama menahan mulut lancangnya saat berhadapan dengan Alan gegara peristiwa sebelumnya. Dia tidak mau kejadian terakhir sampai terulang kembali padanya. Dia tidak siap kehilangan fungsi kedua kakinya selama beberapa saat gegara perbuatan pada tubuhnya."Sama pacar, dia katanya mau ke sini setelah pulang kerj
Read more
PREV
123456
DMCA.com Protection Status