"LO serius mau ke apotek?" tanya Alan sewaktu mereka sudah berada di mobil.
Gosip soal mereka yang dekat atau bahkan memiliki affair sudah mulai tersebar memenuhi kantor. Sebagian dari mereka ada yang percaya, tapi kebanyakan dari mereka berani menyangkal kebenarannya. Lantaran baik Jeanne dan Alan sudah pernah mengonfirmasi kalau keduanya hanya teman biasa. Anak-anak dari divisi pemasaran pun berani membenarkannya."Ya serius, lah!" Jeanne menatapnya kesal. "Gue butuh obat kontrasepsi gara-gara lo yang katanya udah ahli dan udah pengalaman, nyatanya nidurin anak orang masih nggak pakai pengaman," cibirnya sambil duduk nyaman berharap mobil akan segera berjalan.Alan hanya tersenyum mendengar cibirannya. Dia bukannya lupa tidak memakai pengaman, tapi saat itu pengamannya sedang habis. Dia pun berpikir tidak apa-apa menebar benihnya sesekali, toh orang yang akan dia tiduri adalah Jeanne."Bukannya nggak pakai, tapi pengaman gue lagi abis waktu itu.Jeanne merasa dirinya seperti sedang diperintah untuk segera masuk ke apartemen Alan. Punggungnya seperti tengah didorong. Walaupun terasa sangat pelan dan samar, tapi dia bisa merasakan sedikit kekasaran pria itu saat menyuruhnya masuk.Jeanne menelan ludahnya dengan susah payah. Apa dia minta maaf saja pada Alan sekarang, ya? Rasanya kali ini dia benar-benar akan berada dalam bahaya. Tidak seperti kemarin-kemarin saat Alan ingin menidurinya, kali ini pria itu terlihat seperti sedang memendam amarahnya.Lagian, kenapa sih dia bisa menjadi semarah itu? Memangnya apa yang sudah Jeanne perbuat sampai bisa membuatnya jadi seperti itu? Perasaan dia tidak melakukan apa pun yang bisa membuat Alan menjadi marah, kecuali memang mulutnya ....Jeanne menelan ludah susah payah saat menyadari Alan telah mengunci pintu di belakangnya. Dia pun teringat pada ucapan Alan sebelum mengantarnya ke apotek tadi."Mulut lo kayaknya perlu diberi pelajaran.""La
JEANNE merasa bersyukur setengah mati saat Alan tidak meminta jatahnya lagi selama beberapa hari terakhir. Alhasil Jeanne bisa istirahat dengan cukup, meminum obat kontrasepsi dengan rutin, dan benar-benar merasa fresh untuk menyambut kedatangan sang kekasih."Malam mingguan nih, Je? Lo mau hangout sama Pak Alan atau mau malam minggu sendirian?" Tantri bertanya saat mereka dalam perjalanan pulang.Alan yang tidak meminta jatah, maka dia tidak akan menampakkan wajah. Walaupun berulang kali Alan masih mengirimkan pesan dan bertanya bagaimana keadaannya, tapi Jeanne membalas pesannya dengan sekenanya saja.Dia cukup belajar untuk menahan diri, terutama menahan mulut lancangnya saat berhadapan dengan Alan gegara peristiwa sebelumnya. Dia tidak mau kejadian terakhir sampai terulang kembali padanya. Dia tidak siap kehilangan fungsi kedua kakinya selama beberapa saat gegara perbuatan pada tubuhnya."Sama pacar, dia katanya mau ke sini setelah pulang kerj
ALAN tahu doanya sama sekali tidak terkabul saat melihat Jeanne sedang bersama pria asing sore itu. Dia tidak mendekati mereka. Tidak pula menyapa, berbasa-basi, ataupun berkenalan dengan rivalnya. Karena Alan tidak ingin menyadari kekalahan telaknya.Walaupun dia menang dari segi materi, tapi dari segi fisik dia tentu kalah jauh dari kekasih Jeanne itu. Alan memiliki tubuh tinggi yang terbilang kurus. Tubuhnya memang padat, tapi bukan berisi dan berotot seperti binaragawan, karena Alan memang tidak pernah melakukan olah raga seperti mereka.Alan hanya mendalami ilmu bela diri dan cara menggunakan senjata, terutama pistol dan senapan laras panjang. Itu pun dia lakukan karena papanya memaksa Alan untuk melakukannya. Papanya punya ambisi untuk menjadikan Alan seorang tentara. Sayangnya Alan sama sekali tidak tertarik dan tidak menginginkannya.Hidup pas-pasan dengan mengandalkan uang dari pensiunan setelah kehilangan anggota tubuh atau malah kehilangan nyawa
JEANNE tidak menemukan Fredy saat dia keluar dari kamar mandi. Padahal Jeanne kira Fredy sedang menunggu di kamarnya, karena pria itu ingin segera menggunakan kamar mandi bergantian dengannya. Namun ternyata, kekasih bebeknya itu tidak ada di sana.Setelah menyisir rambutnya yang basah tanpa repot-repot mengerikannya seperti biasa, Jeanne keluar dari kamar dan mencari keberadaan Fredy di apartemennya.Di ruang tamu tidak ada. Jeanne berpindah menuju dapur dan Fredy berada di sana. Dia sedang duduk dengan tenang di salah satu kursi sambil menyesap sebuah kopi instan yang baru saja diseduh olehnya.Jeanne memang menyimpan kopi instan, teh, dan juga mie. Dia sengaja menyetoknya agar dia bisa memakan atau meminumnya saat dia sedang ingin makan sesuatu di malam hari."Gue udah selesai, nih. Lo mau mandi sekarang apa nanti?" Jeanne mendekat tanpa rasa curiga sedikit pun.Fredy hanya diam saja. Tanpa menolehkan kepala dan tak terusik sedikit pun
JEANNE sedang memesan makanan saat pesan Alan masuk ke ponselnya. Jeanne langsung mengernyitkan dahi saat melihat ada sebuah foto yang dikirim pria itu padanya.Karena penasaran, Jeanne pun membuka pesan dari Alan. Penampakan foto pria itu yang sedang telanjang di atas ranjang sukses membuat Jeanne refleks menjatuhkan ponsel sembarangan."Gila!" makinya, mengatur napas dan detak jantungnya sebelum memungut kembali ponselnya yang untungnya tidak rusak.Dia menghapus foto itu dari kotak pesannya sebelum memberikan balasan.Jeanne : Udah gila lo, ya?Jeanne : Nomor lo mau gue blokir aja apa gimana?Alan : Kangen.Jeanne : Cari pacar sana, Lan. Biar yang lo kangenin pacar lo sendiri, bukan pacar orang.Tidak ada jawaban. Jeanne langsung menghapus seluruh pesan Alan yang ada di ponselnya. Takut kalau si bebek mau pinjam ponsel dan melihat isi pesannya, eh malah menemukan pesan tidak senonoh dari CEO di kantornya.Alan : Cowok lo mana?Jeanne mendesah, kenapa Alan mengirim pesan lagi, sih?
SEPANJANG malam Jeanne tidak bisa memejamkan mata. Walaupun sejak tadi dia bisa menyembunyikan semuanya dengan berpura-pura, nyatanya hati dan tubuhnya tidak sedang baik-baik saja.Jeanne menatap langit-langit kamarnya dengan tatapan mengelana entah ke mana. Bayangan percintaan mereka masih membekas dalam ingatannya. Bukan karena percintaan panas mereka yang begitu luar biasa, melainkan kebalikannya.Jeanne merasa sangat kecewa, tapi dia mencoba menyakinkan dirinya jika itu bukan apa-apa. Namun, kenyataan bahwa Jeanne tidak bisa merasakan apa pun saat Fredy menyentuh tubuhnya benar-benar membuat hatinya terluka.Jeanne memejamkan mata, mengembuskan napas panjang dan mencoba mengingat kembali apa yang membuatnya mau menerima Fredy menjadi pacarnya.Fredy adalah pria dewasa. Dia mapan dan sangat bisa diandalkan. Dan yang paling penting, tentu saja karena Fredy mau menerima Jeanne beserta semua kekurangan yang dia punya.Dia mau menerima Fredy bukan sekadar karena pria itu tampan, mapan,
JEANNE merasa dirinya sangat bodoh ketika dia sampai di depan pintu apartemen Alan. Untuk apa dia datang ke sini? Untuk apa dia kemari? Untuk meminta kepuasan dari seorang bajingan bernama Alan begitu?Pria sialan itu pasti akan tertawa terpingkal-pingkal saat melihatnya datang lebih dulu. Apalagi dia datang untuk memohon agar bisa ditiduri olehnya.Walaupun sudah tahu bagaimana akhirnya, nyatanya Jeanne tetap membunyikan bel apartemen bersuara auman harimau yang mengerikan itu. Berulang kali dia membunyikan bel, tapi tak ada tanda-tanda bila pintu apartemen itu akan terbuka untuknya."Jangan bilang dia lagi nggak ada di apartemennya," kata Jeanne lebih kepada dirinya sendiri.Dia membunyikan bel sekali lagi dan tak ada tanggapan apa pun yang menyambutnya di sana. Jeanne menghela napas lelah. Lengkap sudah kebodohannya hari ini, karena sudah datang ke sini hanya untuk bisa dipuaskan oleh seorang bajingan bernama Alan.Nyatanya, Jeanne masih mencoba membunyikan belnya sekali lagi hingg
OMONG kosong apa yang sedang Jeanne katakan padanya? Alan sudah menemukan yang baru? Jeanne bertanya apakah dia masih boleh tidur dengan Alan lagi?Memangnya Alan pernah melarang Jeanne untuk tidur dengannya? Padahal dia mengharapkan hal itu sejak kemarin malam. Alan bahkan sudi bersujud di bawah kaki Jeanne hingga perempuan itu mau menuruti keinginannya itu.Lantas mengapa sekarang Jeanne malah bertanya seperti ini? Kenapa dia malah merendahkan dirinya sendiri? Hanya karena dia menyadari Alan telah bersama wanita lain, bukan berarti Alan sudah punya pacar baru dan tidak akan pernah melirik Jeanne lagi.Alan menarik Jeanne ke dalam dekapan tubuhnya. "Omong kosong," desisnya, sembari mencium bibir Jeanne dengan penuh emosi. "Gue bahkan rela sujud di bawah kaki lo buat bisa tidur sama lo lagi, Jeanne." Alan mengatakannya tepat di samping bibir Jeanne, lalu dia mencium bibirnya lagi.Jeanne mencoba bicara, dia menarik dirinya dan berkata, "Bukannya lo tadi udah sama wanita lain-"Jeanne