Jeanne : Makan siang di mana lo? Gue mau minta traktir.
Alan yang sedang menyesap kopi di ruangannya langsung tersedak begitu membaca pesan dari Jeanne. Pria itu bahkan sampai mengernyitkan dahi, matanya menyipit dan memandangi ponselnya dengan tatapan tidak percaya.Apa-apaan pesan Jeanne ini? Kenapa kesannya Alan seperti sedang dipalak olehnya?Pria itu mendengkus pelan, meletakkan kopi di tangannya ke atas meja, sebelum membalas pesan Jeanne untuknya.Alan : Di ruangan gue. Sini kalau mau minta.Jeanne : Ada banyak, nggak?Alan mengerjap sekali lagi. Mungkinkah perempuan itu berniat membawa anak-anak satu ruangan divisinya kemari? Mengingat sifat Jeanne yang kadang memang parah sekali, bisa habis Alan kalau harus menuruti semua keinginannya itu.Alan : Kalau cuma buat makan siang gue sama lo sih udah cukup.Jeanne : Pelit lo jadi orang!Alan menyeringai lebar. Dia segera mengetikkan balasan yang bisaMungkin ada beberapa dari kalian yang merasa tidak nyaman dengan cerita ini. Karena bagaimanapun juga, cerita ini tentang perselingkuhan, affair, atau apa pun itu sebutannya.Aku juga tidak berniat membuat wanitanya suci atau sok suci. Bahkan aku sengaja menjadikan Jeanne sebagai wanita biasa. Sebiasa mungkin atau wanita pada umumnya yang ada di pergaulan liar ibu kota zaman sekarang.Prianya juga bukan perjaka atau anak baik-baik, jadi tidak ada yang akan mempermasalahkan soal keperawanan seorang perempuan. Bahkan Alan sekali pun tidak pernah mempermasalahkan masalah ini sih.Sebenernya dari zaman Affair with Playboy, kalaupun Risa selingkuh sama Alva dan mau balik ke dia. Alan masih mau nerima dia kok. Yang bikin mereka nggak bisa balikan, Risa udah mengakhiri hubungan lebih dulu dan ternyata udah hamil anak Alva setelahnya.Itu yang bikin Alan nggak bisa mengharapkan Risa lagi buat kembali sama dia. Apalagi baik Risa maupun Alva udah kelihatan saling cinta dan saling bahagia gitu. J
TIBA-TIBA saja suasana menjadi hening dan mereka pun memutuskan untuk makan siang sebelum jam istirahat kantor selesai.Diam-diam Tantri menyenggol lengan Jeanne kemudian berkata dengan sangat-sangat pelan. "Pak Alan tadi beneran lagi ngelamar lo?"Walaupun sudah dikatakan dengan sangat pelan, tapi Alan yang duduk di samping Jeanne, mepet lagi, jelas bisa ikut mendengar pertanyaan itu. Bahkan Glen di pojokan pun sanggup mendengarnya dan turut memasang kupingnya baik-baik.Jeanne menoleh dengan wajah datar. Dia itu sejatinya tidak suka berbohong, tapi bukan berarti dia tidak bisa. Dia hanya jarang melakukannya kecuali memang sedang kepepet saja. Dia lebih suka mulutnya mengatakan apa pun yang saat itu sedang melintas di kepalanya."Lo mikir yang tadi lamaran? Gue mikirnya itu sindiran." Jeanne mendengkus keras. "Kalau beneran lamaran, kurang niat banget dia! Masa iya dia ngelamar anak orang di depan bawahannya dan cuma di ruangan kantornya pula," c
"LO serius mau ke apotek?" tanya Alan sewaktu mereka sudah berada di mobil.Gosip soal mereka yang dekat atau bahkan memiliki affair sudah mulai tersebar memenuhi kantor. Sebagian dari mereka ada yang percaya, tapi kebanyakan dari mereka berani menyangkal kebenarannya. Lantaran baik Jeanne dan Alan sudah pernah mengonfirmasi kalau keduanya hanya teman biasa. Anak-anak dari divisi pemasaran pun berani membenarkannya."Ya serius, lah!" Jeanne menatapnya kesal. "Gue butuh obat kontrasepsi gara-gara lo yang katanya udah ahli dan udah pengalaman, nyatanya nidurin anak orang masih nggak pakai pengaman," cibirnya sambil duduk nyaman berharap mobil akan segera berjalan.Alan hanya tersenyum mendengar cibirannya. Dia bukannya lupa tidak memakai pengaman, tapi saat itu pengamannya sedang habis. Dia pun berpikir tidak apa-apa menebar benihnya sesekali, toh orang yang akan dia tiduri adalah Jeanne."Bukannya nggak pakai, tapi pengaman gue lagi abis waktu itu.
Jeanne merasa dirinya seperti sedang diperintah untuk segera masuk ke apartemen Alan. Punggungnya seperti tengah didorong. Walaupun terasa sangat pelan dan samar, tapi dia bisa merasakan sedikit kekasaran pria itu saat menyuruhnya masuk.Jeanne menelan ludahnya dengan susah payah. Apa dia minta maaf saja pada Alan sekarang, ya? Rasanya kali ini dia benar-benar akan berada dalam bahaya. Tidak seperti kemarin-kemarin saat Alan ingin menidurinya, kali ini pria itu terlihat seperti sedang memendam amarahnya.Lagian, kenapa sih dia bisa menjadi semarah itu? Memangnya apa yang sudah Jeanne perbuat sampai bisa membuatnya jadi seperti itu? Perasaan dia tidak melakukan apa pun yang bisa membuat Alan menjadi marah, kecuali memang mulutnya ....Jeanne menelan ludah susah payah saat menyadari Alan telah mengunci pintu di belakangnya. Dia pun teringat pada ucapan Alan sebelum mengantarnya ke apotek tadi."Mulut lo kayaknya perlu diberi pelajaran.""La
JEANNE merasa bersyukur setengah mati saat Alan tidak meminta jatahnya lagi selama beberapa hari terakhir. Alhasil Jeanne bisa istirahat dengan cukup, meminum obat kontrasepsi dengan rutin, dan benar-benar merasa fresh untuk menyambut kedatangan sang kekasih."Malam mingguan nih, Je? Lo mau hangout sama Pak Alan atau mau malam minggu sendirian?" Tantri bertanya saat mereka dalam perjalanan pulang.Alan yang tidak meminta jatah, maka dia tidak akan menampakkan wajah. Walaupun berulang kali Alan masih mengirimkan pesan dan bertanya bagaimana keadaannya, tapi Jeanne membalas pesannya dengan sekenanya saja.Dia cukup belajar untuk menahan diri, terutama menahan mulut lancangnya saat berhadapan dengan Alan gegara peristiwa sebelumnya. Dia tidak mau kejadian terakhir sampai terulang kembali padanya. Dia tidak siap kehilangan fungsi kedua kakinya selama beberapa saat gegara perbuatan pada tubuhnya."Sama pacar, dia katanya mau ke sini setelah pulang kerj
ALAN tahu doanya sama sekali tidak terkabul saat melihat Jeanne sedang bersama pria asing sore itu. Dia tidak mendekati mereka. Tidak pula menyapa, berbasa-basi, ataupun berkenalan dengan rivalnya. Karena Alan tidak ingin menyadari kekalahan telaknya.Walaupun dia menang dari segi materi, tapi dari segi fisik dia tentu kalah jauh dari kekasih Jeanne itu. Alan memiliki tubuh tinggi yang terbilang kurus. Tubuhnya memang padat, tapi bukan berisi dan berotot seperti binaragawan, karena Alan memang tidak pernah melakukan olah raga seperti mereka.Alan hanya mendalami ilmu bela diri dan cara menggunakan senjata, terutama pistol dan senapan laras panjang. Itu pun dia lakukan karena papanya memaksa Alan untuk melakukannya. Papanya punya ambisi untuk menjadikan Alan seorang tentara. Sayangnya Alan sama sekali tidak tertarik dan tidak menginginkannya.Hidup pas-pasan dengan mengandalkan uang dari pensiunan setelah kehilangan anggota tubuh atau malah kehilangan nyawa
JEANNE tidak menemukan Fredy saat dia keluar dari kamar mandi. Padahal Jeanne kira Fredy sedang menunggu di kamarnya, karena pria itu ingin segera menggunakan kamar mandi bergantian dengannya. Namun ternyata, kekasih bebeknya itu tidak ada di sana.Setelah menyisir rambutnya yang basah tanpa repot-repot mengerikannya seperti biasa, Jeanne keluar dari kamar dan mencari keberadaan Fredy di apartemennya.Di ruang tamu tidak ada. Jeanne berpindah menuju dapur dan Fredy berada di sana. Dia sedang duduk dengan tenang di salah satu kursi sambil menyesap sebuah kopi instan yang baru saja diseduh olehnya.Jeanne memang menyimpan kopi instan, teh, dan juga mie. Dia sengaja menyetoknya agar dia bisa memakan atau meminumnya saat dia sedang ingin makan sesuatu di malam hari."Gue udah selesai, nih. Lo mau mandi sekarang apa nanti?" Jeanne mendekat tanpa rasa curiga sedikit pun.Fredy hanya diam saja. Tanpa menolehkan kepala dan tak terusik sedikit pun
JEANNE sedang memesan makanan saat pesan Alan masuk ke ponselnya. Jeanne langsung mengernyitkan dahi saat melihat ada sebuah foto yang dikirim pria itu padanya.Karena penasaran, Jeanne pun membuka pesan dari Alan. Penampakan foto pria itu yang sedang telanjang di atas ranjang sukses membuat Jeanne refleks menjatuhkan ponsel sembarangan."Gila!" makinya, mengatur napas dan detak jantungnya sebelum memungut kembali ponselnya yang untungnya tidak rusak.Dia menghapus foto itu dari kotak pesannya sebelum memberikan balasan.Jeanne : Udah gila lo, ya?Jeanne : Nomor lo mau gue blokir aja apa gimana?Alan : Kangen.Jeanne : Cari pacar sana, Lan. Biar yang lo kangenin pacar lo sendiri, bukan pacar orang.Tidak ada jawaban. Jeanne langsung menghapus seluruh pesan Alan yang ada di ponselnya. Takut kalau si bebek mau pinjam ponsel dan melihat isi pesannya, eh malah menemukan pesan tidak senonoh dari CEO di kantornya.Alan : Cowok lo mana?Jeanne mendesah, kenapa Alan mengirim pesan lagi, sih?