Beranda / CEO / Bencana Satu Malam / 11 - Lo mau nggak ...

Share

11 - Lo mau nggak ...

Penulis: Kaitani_H
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

JEANNE sama sekali tidak bisa tidur. Walaupun sejak tadi dia merebahkan tubuh dan mencoba memejamkan mata, tapi matanya tak kunjung memejam hingga sekarang.

Alan tiba-tiba saja memanggil ponselnya. Jeanne bisa langsung mengenali panggilannya dari nada panggilan yang sengaja dia buat istimewa. Istimewa untuk ditolak maksudnya.

Namun kali ini, Jeanne terpaksa harus menerima panggilan Alan di ponselnya.

"Halo!" sapanya dengan nada kesal yang kentara, karena sejak tadi dia tak kunjung bisa memejamkan mata.

"Jadi berapa nomor apartemennya? Gue udah di bawah."

Jawaban itu membuat Jeanne ingin menangis di tempat. "Lo nggak bisa datang besok aja apa? Gue dari tadi cuma mau tidur, tapi nggak bisa-bisa juga!" jerit Jeanne yang sudah mulai frustrasi karena insomnia yang dideritanya sejak tadi.

Padahal tubuhnya sudah lelah sekali. Rasanya sudah seperti mau remuk dan hancur berkeping-keping, tapi tetap saja matanya tidak mau diajak berkomprom
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Bencana Satu Malam   12 - Udah Kayak Pasutri

    JEANNE membuka matanya dan langsung merasakan sesuatu yang sedang melingkari perutnya. Perempuan berumur dua puluh lima tahun itu mengerjap pelan. Seingatnya dia tinggal sendirian? Lalu siapa yang kini sedang memberinya pelukan? Bukan setan, kan?Jeanne menoleh ke belakang dan menemukan Alan sedang tidur nyenyak tanpa mengenakan sehelai pakaian. Jeanne pun mengembuskan napas lega, karena ternyata sosok itu bukanlah setan. Walau setelahnya dia mengerjap pelan dan lantas mengingat kembali apa yang sudah terjadi semalam hingga Alan masih di sini bukannya pulang ke apartemennya sendiri."Lo mau tahu gimana caranya bisa tidur cepet, nggak?" Alan bertanya tepat setelah Jeanne menyindirnya habis-habisan.Jeanne menatapnya waspada. "Apa? Jangan bilang lo mau seks, terus nawarin gue buat tidur sama lo lagi?!"Alan mendengkus pelan. "Gue nggak setega itu buat minta tidur sama lo sekarang, tapi kalau lo mau gue sama sekali nggak keberatan."Jeanne m

  • Bencana Satu Malam   13 - Lowongan Sekretaris CEO

    JEANNE merasa tubuhnya remuk untuk yang kedua kalinya dalam minggu ini. Padahal mereka hanya melakukannya dua kali, tapi tetap saja durasi permainannya sungguh lama sekali.Jeanne bahkan sampai mengumpati Alan karena pria itu tak kunjung selesai, padahal Jeanne sudah tidak tahan sejak tadi. Alhasil untuk ke sekian kalinya, Jeanne harus mengaku kalah telak dari pria itu saat berolah raga kasur."Kalau gue kayak gini tiap hari, mending gue resign dan balik ke Bandung aja, terus minta si bebek buat nikahin gue secepatnya," ucap Jeanne yang kini merebahkan tubuhnya karena lelah.Mereka baru saja menyelesaikan satu percintaan panas di kamar mandi. Walaupun dibilang dari kamar mandi, tapi itu hanya awalnya saja karena endingnya Alan tetap membawanya ke kasur juga.Alan yang sedang mengenakan kembali pakaiannya melirik Jeanne dari ekor matanya. "Emang dia udah siap mau nikahin lo?""Bilangnya sih udah, kenapa emangnya?" Jeanne menatap Alan yang

  • Bencana Satu Malam   14 - Drama Makan Siang

    Jeanne : Makan siang di mana lo? Gue mau minta traktir.Alan yang sedang menyesap kopi di ruangannya langsung tersedak begitu membaca pesan dari Jeanne. Pria itu bahkan sampai mengernyitkan dahi, matanya menyipit dan memandangi ponselnya dengan tatapan tidak percaya.Apa-apaan pesan Jeanne ini? Kenapa kesannya Alan seperti sedang dipalak olehnya?Pria itu mendengkus pelan, meletakkan kopi di tangannya ke atas meja, sebelum membalas pesan Jeanne untuknya.Alan : Di ruangan gue. Sini kalau mau minta.Jeanne : Ada banyak, nggak?Alan mengerjap sekali lagi. Mungkinkah perempuan itu berniat membawa anak-anak satu ruangan divisinya kemari? Mengingat sifat Jeanne yang kadang memang parah sekali, bisa habis Alan kalau harus menuruti semua keinginannya itu.Alan : Kalau cuma buat makan siang gue sama lo sih udah cukup.Jeanne : Pelit lo jadi orang!Alan menyeringai lebar. Dia segera mengetikkan balasan yang bisa

  • Bencana Satu Malam   note

    Mungkin ada beberapa dari kalian yang merasa tidak nyaman dengan cerita ini. Karena bagaimanapun juga, cerita ini tentang perselingkuhan, affair, atau apa pun itu sebutannya.Aku juga tidak berniat membuat wanitanya suci atau sok suci. Bahkan aku sengaja menjadikan Jeanne sebagai wanita biasa. Sebiasa mungkin atau wanita pada umumnya yang ada di pergaulan liar ibu kota zaman sekarang.Prianya juga bukan perjaka atau anak baik-baik, jadi tidak ada yang akan mempermasalahkan soal keperawanan seorang perempuan. Bahkan Alan sekali pun tidak pernah mempermasalahkan masalah ini sih.Sebenernya dari zaman Affair with Playboy, kalaupun Risa selingkuh sama Alva dan mau balik ke dia. Alan masih mau nerima dia kok. Yang bikin mereka nggak bisa balikan, Risa udah mengakhiri hubungan lebih dulu dan ternyata udah hamil anak Alva setelahnya.Itu yang bikin Alan nggak bisa mengharapkan Risa lagi buat kembali sama dia. Apalagi baik Risa maupun Alva udah kelihatan saling cinta dan saling bahagia gitu. J

  • Bencana Satu Malam   15 - Lagi Sakit

    TIBA-TIBA saja suasana menjadi hening dan mereka pun memutuskan untuk makan siang sebelum jam istirahat kantor selesai.Diam-diam Tantri menyenggol lengan Jeanne kemudian berkata dengan sangat-sangat pelan. "Pak Alan tadi beneran lagi ngelamar lo?"Walaupun sudah dikatakan dengan sangat pelan, tapi Alan yang duduk di samping Jeanne, mepet lagi, jelas bisa ikut mendengar pertanyaan itu. Bahkan Glen di pojokan pun sanggup mendengarnya dan turut memasang kupingnya baik-baik.Jeanne menoleh dengan wajah datar. Dia itu sejatinya tidak suka berbohong, tapi bukan berarti dia tidak bisa. Dia hanya jarang melakukannya kecuali memang sedang kepepet saja. Dia lebih suka mulutnya mengatakan apa pun yang saat itu sedang melintas di kepalanya."Lo mikir yang tadi lamaran? Gue mikirnya itu sindiran." Jeanne mendengkus keras. "Kalau beneran lamaran, kurang niat banget dia! Masa iya dia ngelamar anak orang di depan bawahannya dan cuma di ruangan kantornya pula," c

  • Bencana Satu Malam   16 - Mulutmu Harimaumu

    "LO serius mau ke apotek?" tanya Alan sewaktu mereka sudah berada di mobil.Gosip soal mereka yang dekat atau bahkan memiliki affair sudah mulai tersebar memenuhi kantor. Sebagian dari mereka ada yang percaya, tapi kebanyakan dari mereka berani menyangkal kebenarannya. Lantaran baik Jeanne dan Alan sudah pernah mengonfirmasi kalau keduanya hanya teman biasa. Anak-anak dari divisi pemasaran pun berani membenarkannya."Ya serius, lah!" Jeanne menatapnya kesal. "Gue butuh obat kontrasepsi gara-gara lo yang katanya udah ahli dan udah pengalaman, nyatanya nidurin anak orang masih nggak pakai pengaman," cibirnya sambil duduk nyaman berharap mobil akan segera berjalan.Alan hanya tersenyum mendengar cibirannya. Dia bukannya lupa tidak memakai pengaman, tapi saat itu pengamannya sedang habis. Dia pun berpikir tidak apa-apa menebar benihnya sesekali, toh orang yang akan dia tiduri adalah Jeanne."Bukannya nggak pakai, tapi pengaman gue lagi abis waktu itu.

  • Bencana Satu Malam   17 - Posisi Baru

    Jeanne merasa dirinya seperti sedang diperintah untuk segera masuk ke apartemen Alan. Punggungnya seperti tengah didorong. Walaupun terasa sangat pelan dan samar, tapi dia bisa merasakan sedikit kekasaran pria itu saat menyuruhnya masuk.Jeanne menelan ludahnya dengan susah payah. Apa dia minta maaf saja pada Alan sekarang, ya? Rasanya kali ini dia benar-benar akan berada dalam bahaya. Tidak seperti kemarin-kemarin saat Alan ingin menidurinya, kali ini pria itu terlihat seperti sedang memendam amarahnya.Lagian, kenapa sih dia bisa menjadi semarah itu? Memangnya apa yang sudah Jeanne perbuat sampai bisa membuatnya jadi seperti itu? Perasaan dia tidak melakukan apa pun yang bisa membuat Alan menjadi marah, kecuali memang mulutnya ....Jeanne menelan ludah susah payah saat menyadari Alan telah mengunci pintu di belakangnya. Dia pun teringat pada ucapan Alan sebelum mengantarnya ke apotek tadi."Mulut lo kayaknya perlu diberi pelajaran.""La

  • Bencana Satu Malam   18 - Kedatangan Fredy

    JEANNE merasa bersyukur setengah mati saat Alan tidak meminta jatahnya lagi selama beberapa hari terakhir. Alhasil Jeanne bisa istirahat dengan cukup, meminum obat kontrasepsi dengan rutin, dan benar-benar merasa fresh untuk menyambut kedatangan sang kekasih."Malam mingguan nih, Je? Lo mau hangout sama Pak Alan atau mau malam minggu sendirian?" Tantri bertanya saat mereka dalam perjalanan pulang.Alan yang tidak meminta jatah, maka dia tidak akan menampakkan wajah. Walaupun berulang kali Alan masih mengirimkan pesan dan bertanya bagaimana keadaannya, tapi Jeanne membalas pesannya dengan sekenanya saja.Dia cukup belajar untuk menahan diri, terutama menahan mulut lancangnya saat berhadapan dengan Alan gegara peristiwa sebelumnya. Dia tidak mau kejadian terakhir sampai terulang kembali padanya. Dia tidak siap kehilangan fungsi kedua kakinya selama beberapa saat gegara perbuatan pada tubuhnya."Sama pacar, dia katanya mau ke sini setelah pulang kerj

Bab terbaru

  • Bencana Satu Malam   EPILOG

    AKHIR-AKHIR ini Alan jadi sering disebut zombie. Dia tidak protes dengan julukan itu, karena dia pun mengakuinya sendiri. Hidup tanpa Jeanne membuat harinya terasa sepi, seperti hidupnya sudah tak berarti lagi. Namun dia tahu dengan pasti kalau Jeanne sedang menantinya kembali.Lalu akhirnya, semua penderitaannya selama ini akan berakhir hari ini. Dengan rindu yang memenuhi dada dan membuatnya merasa sesak yang begitu menyiksa. Alan memandangi pantulan dirinya yang dibalut jas putih bersih dengan senyum tipis menghias bibirnya.Semoga tidak ada drama lain yang bisa membatalkan acara pernikahannya atau dia benar-benar akan gila."Kamu masih belum siap juga?" Arnold melihat putranya yang sedang berkemas dan tak kunjung selesai sejak tadi.Penampilan Alan hari ini terlihat lebih baik dari hari kemarin. Mungkin karena sebentar lagi dia akan bertemu dengan calon istrinya setelah tiga minggu lebih mereka tidak pernah berhubungan lagi.Arnold sebenarnya cukup khawatir saat Jeanne tidak bisa

  • Bencana Satu Malam   51 - Rindu Tidak Tertahankan

    SEMALAM Alan terpaksa harus tidur di sofa ruang tamu, karena kamarnya benar-benar sudah tidak layak huni. Pagi harinya dia hanya bisa menatap kepergian Jeanne serta kedua orang tuanya seperti zombi.Tubuhnya terasa lelah dan remuk redam, tapi kini dia harus ditinggalkan sendirian. Walaupun demi kebaikan, tapi tetap saja rasanya menyesakkan.Apalagi saat dia tiba di kantor, masalah yang tersisa kemarin ditambah dokumen menumpuk di atas meja kerjanya ... Alan merasa pusing langsung menyerang kepalanya."Selamat pagi, Pak!" Glen menyapa seperti biasa.Alan memang selalu datang lebih awal, tapi dia akan berhenti di parkiran untuk mengecek kabar terbaru tentang perusahaan. Jadi dia bakal terlambat masuk ke ruangannya."Pagi," jawabnya lelah. "Untuk sementara waktu, tolong kosongkan jadwal temu saya dengan klien. Saya mau menyelesaikan semua dokumen dan masalah yang masih tersisa hari ini. Dan juga, tolong bantu Tantri agar bisa menjadi sekretaris sementara saya yang baik."Glen mengernyitk

  • Bencana Satu Malam   50 - Janji untuk Kembali

    "JADI, kalian mau langsung menikah saja bulan depan?" Bulan tersenyum bahagia saat mengatakannya. Itu berarti, sebentar lagi Jeanne akan resmi menjadi menantunya dan dia bisa segera menggendong cucu yang sudah lama diidam-idamkannya.Jeanne ganti menoleh ke sisi lain tubuhnya. "Jangan dong, Tante! Saya masih pengin melajang dulu sampai bulan depan, minimal samp—ai ..."Jeanne menelan ludahnya susah payah saat Alan langsung memajukan wajah hingga berada di depan wajahnya. Tangan pria itu entah sejak kapan sudah memegangi tangannya dan mencengkeramnya dengan kuat."Melajang gimana maksudnya, ya? Perasaan hubungan kita masih baik-baik aja dan nggak ada masalah apa pun akhir-akhir ini?" katanya dengan nada tajam. Kalau terus dibiarkan, Jeanne bisa makin seenaknya saja dan rencana pernikahan mereka bakal molor lama.Padahal Alan sudah ingin mengikat wanita ini agar bisa terus bersamanya setiap hari. Kalau dia masih mau mengulur waktu lagi, Jeanne pasti akan mencari pria lain lagi setelah i

  • Bencana Satu Malam   49 - Pulang

    ALAN memejamkan matanya. Menarik napas panjang, kemudian mengembuskan napasnya secara perlahan. Tidak bisa. Dia tidak boleh melakukannya. Dia sudah berjanji untuk menjadi pria setia, maka dia harus menepati janjinya apa pun yang terjadi nantinya.Alan menarik tangannya tepat saat ponsel yang ada di mejanya bergetar. Dia mengambil ponselnya dan membuka sebuah pesan yang masuk ke sana.Arnold : Sayang sekali kamu tidak mau pulang malam ini, kalau pulang, kamu pasti bisa merasakan bagaimana rasa masakan calon istrimu ini.Pesan dari papanya itu sukses membuat Alan langsung mengernyitkan dahi. Masakan calon istri ... maksudnya masakan Jeanne? Memangnya Jeanne bisa memasak?Seingatnya, Jeanne tidak bisa memasak dan tidak bisa melakukan pekerjaan rumah. Makanya dia mau mencari calon suami yang kaya raya agar dia tidak dibuat repot mengurus masalah rumah, karena dia bisa menyewa asisten rumah tangga.Lalu, siapa maksud calon istri di sini? Dia benar-benar Jeanne kekasihnya atau wanita lain y

  • Bencana Satu Malam   48 - Rayuan Setan

    JEANNE menyerah. Dia memang paling tidak cocok melakukan pekerjaan rumah. Walaupun untuk cuci piring dia sudah bisa menguasainya, tapi tetap saja masih ada satu atau dua gelas yang pecah karena ulahnya. Jeanne memang tidak dimarahi, tapi dia merasa tidak enak hati.Sepertinya dia memang harus membatalkan niat untuk menjadi calon menantu di rumah ini atau dia akan menghabiskan semua piring dan gelas kesayangan calon mertua baiknya ini.Jeanne mengembuskan napasnya lelah. Padahal dia hanya membantu cuci piring dan gelas. Dia memang sedang diajari memasak juga katanya, karena sejak tadi dia hanya disuruh mengupas sayuran, mengiris cabai dan bawang, lalu disuruh menggorengnya di wajan.Sisanya Bulan yang membereskan untuknya, karena Jeanne benar-benar tidak tahu apa yang harus dia lakukan dengan bahan-bahan yang sekarang sudah berada di wajan.Bahkan dia juga tidak tahu apa yang Bulan tambahkan ke dalam wajan. Mungkin saja bumbu dapur seperti garam dan sedikit penyedap rasa atau mungkin j

  • Bencana Satu Malam   47 - Jeanne Pergi

    ALAN merasa kepalanya mau pecah. Satu masalah muncul, masalah lainnya langsung bertebaran. Setelah menyelesaikan harga saham dan persoalan video yang kekasihnya perankan, Alan menyadari dirinya sedang butuh seorang teman. Dia butuh hiburan, tapi kekasihnya tidak ada di sekitarnya.Padahal dia hanya butuh ditemani. Dibiarkan menyender dengan manja untuk menyingkirkan pusing dan lelah yang dia derita. Dia hanya butuh hal yang sederhana, seperti menyampaikan sedikit keluh kesah yang sedang dirasakannya atau mungkin hanya diam saja dan tiduran di paha kekasihnya.Namun kenyataannya Jeanne tidak ada di sana. Kekasihnya tidak ada di sekitarnya.Alan melirik jam di tangannya. Sebentar lagi jam makan siang usai. Jarak dari kantor dan apartemen memang tidak terlalu jauh, tapi tidak akan cukup untuk dia bermanja-manja dengan kekasihnya, karena Alan pasti ingin melakukannya sampai puas.Alan sudah menghubungi Jeanne, berniat meminta Jeanne datang ke sana dan menemaninya bekerja, tapi sialnya pon

  • Bencana Satu Malam   46 - Menginap

    RUMAH ini ternyata benar-benar luar biasa. Walaupun terlihat tenang dan nyaman dari luar, nyatanya dalamnya penuh senjata. Baik pistol maupun senapan laras panjang menjadi hiasan dindingnya.Jeanne menelan ludah susah payah. Ini kalau ada yang niat maling bakal langsung dibunuh di tempat, kah?"Ini senjata beneran atau imitasi, Om?" Jeanne refleks bertanya pada Arnold yang berjalan di belakangnya.Pria tua itu berhenti melangkah, karena Jeanne sedang menghentikan langkah untuk memandangi setiap koleksi simpanannya. Tubuh aslinya tinggi tegap, tapi dia harus kehilangan kaki kiri di tugas terakhirnya. Walaupun kini dia memakai sebelah kaki palsu, tapi Arnold masih suka membawa tongkat saat dia berjalan."Senjata asli, tapi nggak ada pelurunya."Jeanne berdecak kagum, kemudian tersenyum manis saat berkata, "Wah, kalau dijual bakal mahal nih, Om!""Nggak akan saya jual, soalnya buat koleksi sekaligus kenang-kenangan." Arnold menjawab dengan tenang, suaranya tegas dan jelas.Jeanne terkesi

  • Bencana Satu Malam   45 - Mobil Mogok

    "SEJAK kapan lo tinggal sama Jeanne?" Alva bertanya begitu dia berjumpa dengan Alan di ruangannya.Alva baru saja selesai mengantar Jeanne pulang, lalu dia kembali ke perusahaan itu untuk mengantar dokumen langsung ke sepupunya serta mencari tahu kabar viral yang sedang beredar pagi ini. Terlebih Jeanne sebelumnya berasal dari kantor cabang tempat dia bekerja. Alva juga yang merekomendasikan Jeanne dimutasi ke sana. Kalau Jeanne sampai kena masalah, sepertinya dia harus ikut turun tangan untuk bertanggung jawab bersamanya.Glen yang ada di sebelah bosnya langsung melotot tajam mendengar pertanyaan itu keluar dari mulut seseorang yang sedang mengantar laporan dari kantor cabang Bandung untuk atasannya.Hari ini dia sudah cukup terkejut dengan berita viral soal video asusila Jeanne. Sekarang dia makin dibuat terkejut oleh kenyataan kalau atasannya dan Jeanne selama ini tinggal bersama. Bagaimana bisa? Bukannya atasannya masih mengincar Jeanne tempo hari, ya?"Setelah pacaran," jawabnya

  • Bencana Satu Malam   44 - Kehilangan Tenaga

    DENGAN serempak mereka menoleh. Zion salah seorang teman divisi yang selama ini terang-terangan melempar kode pada Jeanne sedang mendekati mereka. Dengan wajah mesum, tatapan melecehkan, dan sebuah seringai menyebalkan."Lo jangan kurang ajar, ya!" Tantri langsung membela, karena bagaimanapun juga Jeanne adalah temannya. "Belum tentu juga itu video punya dia!"Jeanne hanya tersenyum miris. Itu memang dia. Itu memang video dirinya. Jeanne tidak mungkin melupakan wajahnya sendiri. Jadi, itu memang benar-benar dirinya. Dia tidak akan bisa menyangkal, karena dia pun dapat mengenali siapa pria yang mengambil video tersebut.Pria itu adalah mantan pacarnya. Salah satu pria yang pernah dicampakkan olehnya. Pria itu pula yang pernah membuat Jeanne trauma dan menjadi wanita matre plus realistis soal uang hingga sekarang."Lo masih mau nyangkal juga? Padahal yang punya video diem aja." Zion menyeringai.Tantri menatap Jeanne yang hanya diam saja dengan senyum tipis terukir di bibirnya. Jeanne m

DMCA.com Protection Status