Semua Bab Wanita Penghibur Pangeran : Bab 11 - Bab 20

38 Bab

11. Untuk Tetap Hidup

"Aaaaa!!" suara teriakan di tengah hutan di tengah malam yang gelap menjadi momok yang menakutkan untuk di dengar oleh siapapun. Di tengah hutan itu, seorang wanita tengah berusaha menyelamatkan hidupnya, tanpa peduli jika suaranya habis karena berteriak, memerintahkan pria di hadapannya untuk tidak menyentuhnya.Fu Fan dengan kasar menarik rambut hitam Lian Hua yang sudah berantakan, Lian Hua memukul tangan itu dengan sekuat tenaga, namun apalah dayanya, ia hanya seorang wanita lemah yang selama enam belas tahun akan menangis hanya karena sebuah goresan kecil. Pria itu, Pangeran Fu Fan yang terkenal dengan kekejamannya menyeret Lian Hua tanpa ampun, kepala wanita itu terasa sakit, kulit kepalanya seperti akan lepas dari kepala, sedangkan kakinya terluka berkali-kali ketika di seret. Fu Fan menghempaskan Lian Hua kembali ke dalam gubuk tua, belakang kepala Lian Hua terhempas kencang, dan wanita itu masih berusaha untuk menyelamatkan hidupnya dengan cara merangkak."Apa kau bisa pergi
Baca selengkapnya

12. Perbatasan

Ketika kelopak mata itu bergerak kembali, memperlihatkan sepasang bola mata cerah dan bulu mata pajang nan lentik adalah ketika di saat yang bersamaan, rasa pusing nan menyakitkan menyerangnya. Ia harus memejamkan mata itu lagi, kelopak matanya bergetar, dan keningnya berkerut karena manahan rasa sakit. Ia harus menenangkan dirinya untuk beberapa saat sebelum kembali membuka mata itu.Setelah beberapa menit berlalu, rasa pusing itu berkurang dan ia kembali membuka matanya, hal pertama yang ia lihat adalah sebuah langit-langit berwarna coklat tua yang dihiasi dengan kertas warna-warni yang menari ketika angin berhembus dengan lembut.Lian Hua menoleh ke arah kiri dan kanan, semua meja dan beberapa lemari kecil juga ia jumpai di sana, namun dari semua itu, ia tahu jika tempatnya berada sekarang adalah tempat asing yang belum pernah ia kunjungi. Itu bukan kamarnya yang selalu membuatnya nyaman selama enam belas tahun, itu juga bukan kamar ibunya, tempatnya menghabiskan waktu, itu juga bu
Baca selengkapnya

13. Nyonya Su

Tepat di depan matanya, Lian Hua menyaksikan Shen Yandao di pukuli dan dicambuk oleh dua orang pria dewasa. Anak kecil itu meringkuk untuk melindungi kepalanya, berulang kali erangan dan rengekan terdengar, namun orang-orang yang memukulinya tidak juga berhenti.Lian Hua, berlari ke arah Shen Yandao, tanpa peduli dengan pukulan yang datang, iapun memeluk tubuh sang adik. "Apa yang kalian lakukan?!" teriak Lian Hua, matanya merah karena marah memandangi orang-orang di sekitarnya.Meskipun pukulan itu berhenti, namun mereka masih mengelilingi, melihatnya dengan pandangan menghakimi. "Siapa kau? jangan ikut campur!" teriak salah satu dari mereka. Dari pakaian yang mereka gunakan, itu adalah pakaian untuk penjaga prajurit kerajaan Yishu, geram, Lain Hua tidak menjawab pertanyaan itu, ia malah kembali berteriak. "Apa yang kau lakukan memukuli anak kecil seperti ini? Kau adalah seorang penjaga yang harusnya melindungi rakyat Yishu! Jika raja tahu kau akan—""Cih, raja? Raja katamu? Kau pik
Baca selengkapnya

14. Tidak Bisa Melupakan Masa Lalu

Lian Hua dan seorang wanita yang dipanggil dengan sebutan Nyonya Su oleh si penjaga menuruni bukit dan kembali masuk ke dalam keramaian. Sepanjang perjalanan, Lian Hua berjalan di belakang wanita itu, ia ingin mengatakan sesuatu, "Kau..." tidak sempat melanjutkan kalimatnya, tanpa menoleh, wanita di hadapannya berkata, "kita bisa berbicara saat sampai di rumah." Lian Hua merinding. Ada apa dengan wanita ini? Auranya sangat mengerikan!"Nyonya Su! Aku akan mengunjungimu malam ini!""Nyonya Su, apa itu gadis baru? Wah, aku akan berkunjung!""Seperti biasa, Nyony Su selalu menemukan gadis-gadis yang cantik!"Dan sepertinya, Nyonya Su adalah seseorang yang terkenal. Orang-orang berpakaian bagus akan menyapa sang nyonya, mereka akan berhenti beberapa saat sebelum kembali melanjutkan perjalanan karena semua orang sepertinya sangat tertarik dengan Nyonya Su maupun dirinya. Menyaksikan pembicaraan dan tatapan yang orang-orang ini berikan kepadanya, sepertinya Lian Hua tahu kenapa Nyonya Su be
Baca selengkapnya

15. Masa Depan yang Ia Tuju

Sudah beberapa hari ini, Lian Hua duduk termenung menyaksikan setiap butiran salju yang turun. Ia membuka pintu yang menghadap ke arah halaman belakang dengan lebar, setiap ranting, bebatuan, seluruh halaman itu sudah berubah menjadi putih. Udara dingin berhembus untuk menusuk setiap benda yang dilewati, akan tetapi, wanita bermata cerah itu tidak beranjak dari sana. Ia mengeratkan mantel tebal yang ia gunakan, ia juga duduk di atas selimut tebal yang disiapkan oleh Xiao Qing untuknya, termasuk teh yang masih panas, memastikannya untuk tetap hangat.Jemari panjang seputih salju mengusap perutnya terus menerus, mencoba merasakan pergerakan calon bayinya di dalam perutnya yang masih kecil. Tentu saja ia masih belum merasakan apapun.Ya, bayi, karena sekarang, Lian Hua sedang hamil dan ia tidak mengetahui itu semua sebelum Su Mengli memberitahunya.Begitu banyak hal yang telah terjadi di dalam hidupnya hanya dalam waktu dua bulan. Semua itu terjadi begitu cepat, seperti petir yang menyam
Baca selengkapnya

16. Pertunjukan dari Bunga Istimewa

Lima Tahun Kemudian......Setelah melewati musim dingin yang mengerikan, akhirnya musim semi datang membawa angin segar. Salju perlahan mulai mencair, pepohonan mulai memperlihatkan kembali dedaunan, dan bunga, mulai bermekaran. Cahaya matahari yang hangat namun tidak terlalu panas, selalu menjadi hal yang orang-orang tunggu setelah melewati musim dingin yang membekukan seluruh tubuh.Apalagi bagi mereka yang tinggal di perbatasan. Tidak seperti tahun-tahun sebelumnya dimana banyak orang-orang pengasingan yang mati karena tidak adanya tempat berteduh selama musim dingin, tahun ini angka kematian jauh berkurang. Juga, awal musim semi seperti ini, perbatasan menjadi lebih ramai daripada biasanya, tidak ada yang berani keluar selama musim dingin, sekarang mereka bisa melakukan apapun yang mereka mau.Matahari baru saja tenggelam, malam mulai menyelimuti langit, namun bukannya semakin sepi, salah satu tempat di perbatasan malah semakin ramai.Seekor kuda berwarna putih berhenti di depan
Baca selengkapnya

17. Orang yang Tidak Disangka-sangka

Pembatas yang terpasang di tengah panggung diangkat seiring dengan suara musik yang mulai mengalun dengan lembut. Punggung seorang wanita yang menggunakan pakaian berwarna seperti buah peach terlihat. Tangannya terangkat dan kakinya bergerak begitu lincah. Ketika wanita itu berbalik, para tamu tercekat. Ia menggunakan pakaian yang memperlihatkan bahu mulusnya, bagian perutnya ditutupi dengan kain tranpasran yang masih memperlihatkan bagian perutnya yang putih. Wanita itu menutupi bagian bawah wajahnya dengan kain, meskipun begitu mereka masih bisa membayangkan betapa cantiknya wanita itu secara keseluruhan.Wanita itu bergerak ke sana kemari, ia bergerak ke semua sisi panggung, begitu hanyut dalam tariannya sendiri. Ia menggerakkan selendang transparan ditangannya, yang juga bergerak dengan indah bersama rambut hitam panjangnya yang berkilau ketika terkena cahaya dari lentera yang dipasang. Kaki telanjang bergerak dengan sangat lincah, ketika musik semakin cepat, gerakan kaki itu juga
Baca selengkapnya

18. Hanya Sebuah Kenangan

Tubuh Shen Hua tiba-tiba menjadi lemas hingga Qin di tangannya terlepas, menimbulkan bunyi nyaring serta keras. Tubuhnya bergetar hebat dan matanya melotot kepada dua orang pria yang tidak akan pernah bisa hilang dari ingatannya. Lidahnya menjadi kelu hingga rasa sesak ia rasakan pada dadanya ketika berbagai emosi memenuhinya. Ada amarah, kesal, rasa kecewa yang semua itu bercampur menjadi satu, namun sebuah perasaan lainnya juga terselip di dalamnya, sebuah kerinduan yang coba ia abaikan sekuat tenaga."Kakak Hua?" gadis di belakangnya menyadari keanehan pada dirinya, "Kakak, apa kau baik-baik saja?" tanya yang lain mulai khawatir karena Shen Hua tidak menanggapi panggilan mereka."Huahua," ia tersentak dari rasa terkejut itu setelah mendengar suara dari Pangeran Lian Huai yang memanggil namanya dengan nada yang lirih. Sekali lagi ia menutup mata sambil menarik nafasnya dengan dalam. Sekarang wajah terkejutnya sudah menghilang dan kembali menjadi Shen Hua si wanita penghibur yang ora
Baca selengkapnya

19. Keributan di Pagi Hari

Pada akhirnya, Lian Huai pergi meninggalkan Garden of Flowers bersama Wang Zifei. Berjalan menuju penginapan di tengah malam yang masih begitu ramai, sang pangeran mengabaikan kerusuhan yang terjadi selama perjalanannya. Ini adalah Perbatasan, banyak hal gila serta tidak masuk akal yang akan kau jumpai di sini.Kepalanya masih memikirkan pertemuannya dengan Lian Hua malam ini, ia menolak memanggilnya Shen Hua karena menurutnya, wanita itu tetaplah Putri Lian Hua— adiknya yang ia lindungi selama enam belas tahun, walaupun nampaknya bagi Lian Hua, dirinya sekarang hanyalah orang asing.Selama ini ia selalu memikirkan dimana sang adik berada, apa dia bisa bertahan ketika musim dingin tiba? Atau yang paling buruknya adalah, apakah Lian Hua masih hidup? Siapa yang mengira bahwa saat ia menemukannya adalah di sebuah rumah bordir dan Lian Hua adalah salah satu dari wanita penghibur di sana.Sebenarnya, Lian Huai langsung mencari keberadaan Lian Hua setelah ia mengetahui kekacauan yang meland
Baca selengkapnya

20. Keluarga yang Ia Punya

Hingga kini hanya tinggal mereka berdua, tanpa kerumunan orang-orang, mereka berdiri hanya berjarak beberapa meter. Shen Hua menunggu, namun sang pangeran tidak kunjung pergi dari sana— atau memutuskan pandangan mereka. Shen Hua terus menatap Wang Zifei, sekali lagi, gelap bertemu dengan cerah seperti malam tadi. Apa yang Wang Zifei lakukan di sana? Apa dia melihat semua kejadian yang baru saja terjadi?Rasa sakit di pipinya mengalihkan tatapan Shen Hua dari Wang Zifei, apapun itu ia tidak peduli. Mungkin dulu dirinya yang naive akan berteriak penuh kegembiraaan ketika bertemu dengan Wang Zifei, tetapi sekarang, mereka berdua hanyalah masa lalu, bukankah sang pangeran seharusnya sudah menikahi putri Lian Ying? Tetapi lihatlah dia malah berkeliaran di sini, mengunjungi tempat hiburan dan sebagainya. Shen Hua mendengus, pada akhirnya semua laki-laki sama saja! Tidak peduli apakah itu seorang pangeran atau orang biasa!Shen Hua melongos masuk ke dalam rumahnya. Perutnya lapar dan ia harus
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234
DMCA.com Protection Status