"Alat pelampiasan kekesalan?""Setiap orang satu tamparan, semua orang di sini mendapat giliran?"Ardika menyipitkan matanya, lalu mengalihkan pandangannya ke arah Werdi dan berkata, "Kamu yang bilang sendiri, 'kan?""Ya, aku yang bilang sendiri!"Sambil menggigit cerutunya, Werdi berjalan menghampiri Ardika. Kemudian, dia mengembuskan asap rokoknya ke wajah Ardika, lalu menyunggingkan seulas senyum ganas dan berkata, "Eh, Ardika, memangnya tempat kalangan kelas atas seperti Hainiken bisa dikunjungi oleh orang kampungan sepertimu?""Aku beri tahu kamu, kamu bahkan nggak berhak menghirup udara yang sama dengan kami!""Sekarang kamu sudah menyelinap masuk ke sini, mengotori udara kami. Kamu sudah melakukan kesalahan yang sangat besar!""Berbuat kesalahan, pantas dipukul, agar bisa berubah. Seharusnya kamu mengerti hal ini, bukan?""Jadi, hari ini, nggak peduli siapa pun orang di tempat ini yang menamparmu, kamu tetap harus berlutut dengan patuh, berlutut dengan tegak!""Apa kamu mengerti
Read more