Pengikut itu tertegun sejenak. Kemudian, dia baru menyadari, tadi dia sudah mengucapkan kata-kata bodoh.Raut wajahnya langsung memerah. Dia menunjuk Ardika sambil berteriak dengan marah, "Dasar sialan, kamu ....""Plak ...."Saat itu juga, Werdi menoleh, lalu melayangkan satu tamparan hingga membuat pria itu terjatuh ke lantai."Bodoh! Apa kamu merasa masih belum cukup memalukan?!"Werdi melontarkan satu kalimat itu dengan diliputi amarah, dia bahkan ingin mencekik mati orang bodoh itu.Kemudian, dia mengalihkan pandangannya ke arah Ardika. Nada bicaranya berubah menjadi makin dingin, "Kakak ipar benalu Futari, 'kan? Tempat ini adalah Hainiken, perjamuan kalangan kelas atas, bukan Kota Banyuli, kampungmu itu.""Bersilat lidah di hadapan orang-orang seperti kami, selain menunjukkan kamu sangat bodoh, nggak ada artinya sama sekali.""Bertanding dalam hal kekuatan, pengaruh dan latar belakang, serta relasi dan sumber daya, adalah cara main kami untuk menginjak-injak orang.""Kalau kamu p
Read more