"Nona Rosa, dengar-dengar ada masalah di Grup Goldis, apa masalah sudah selesai ditangani?""Ya, benar, Nona Rosa. Kalau kamu sibuk, lanjutkan saja kesibukanmu, nggak perlu memedulikan kami. Urusan itu jauh lebih penting!"Begitu Rosa melangkahkan kakinya memasuki ruangan, sudah ada banyak orang yang menghampirinya dan berbasa-basi dengannya.Rosa menyunggingkan seulas senyum, lalu berkata dengan santai, "Semuanya, tenang saja, hanya masalah kecil saja. Kalau situasi benar-benar separah itu, aku juga nggak mungkin bisa di sini untuk melayani kalian, bukan?"Melihat Rosa begitu percaya diri, orang-orang mulai berspekulasi, mungkin pergerakan-pergerakan Grup Goldis itu benar-benar tidak ada apa-apanya bagi wanita tersebut."Sudah kubilang, 'kan? Sejak ayah si Cahdani itu mati, dia bukan apa-apa lagi. Bagaimana mungkin dia bisa menyentuh Keluarga Gozali?!""Masalah sepele seperti ini nggak perlu Nona Rosa turun tangan sendiri, hanya dengan mengirim anak buahnya saja, masalah sudah bisa te
Latar belakang Rosa tidaklah biasa!Terlepas dari latar belakang keluarganya, hanya mendengar rumor yang beredar, Jerfis, salah satu dari tujuh tuan muda ibu kota provinsi sangat menyukai Rosa, sudah cukup membuat mereka takut.Bagaimanapun juga, setiap orang yang bisa memasuki peringkat tujuh tuan muda ibu kota provinsi, adalah tuan muda yang paling unggul, yang menduduki posisi puncak.Relasi dan sumber daya orang-orang itu, tidak bisa mereka tandingi.Siapa yang berani memprovokasi wanita yang disukai oleh Jerfis?"Sebelumnya pernah bertemu sekali di tempat lain."Rosa melirik Ardika sekilas, lalu menanggapi dengan acuh tak acuh.Melihat sikap Rosa terhadap Ardika acuh tak acuh, seolah-olah Ardika tidaklah penting, Werdi dan yang lainnya langsung tenang.Sepertinya, Rosa dan Ardika hanya sekadar saling mengenal satu sama lain, tetapi Rosa sama sekali tidak menganggap serius bocah itu. Kalau tidak, dengan EQ yang dimiliki oleh Rosa, dia pasti sudah mulai mencoba untuk memperbaiki kea
Kemudian, Futari menunjuk para nona dan tuan muda itu. "Selain itu, orang-orang itu. Sebelumnya nggak ada dendam apa pun antara kakak iparku dengan mereka. Mereka sendiri yang nggak jaga mulut mereka dan mengejek kakak iparku terlebih dahulu, lalu mengikuti Werdi, ingin menampar kakak iparku!""Apa salahnya kakak iparku memukul mereka?""Menghadapi orang-orang yang sengaja cara masalah, memang pantas dihajar!""Kakak iparku memukul mereka untuk mengajari mereka, lebih baik daripada dibunuh oleh orang di luar sana!"Suasana di aula lantai lima itu berubah menjadi hening seketika.Puluhan orang pria dan wanita itu baru saja dimaki oleh seorang gadis muda, tentu saja mereka tidak bisa terima.Termasuk Werdi, api amarah sudah menyala-nyala di matanya.Saat ini, dia bahkan sudah membenci Futari."Eh, wanita jalang, apa katamu?!""Kalau bukan karena kamu menggoda Tuan Muda Werdi, bagaimana mungkin bisa menimbulkan begitu banyak masalah?""Kamu pasti ada hubungan dengan kakak iparmu, 'kan? Li
Kalau Rosa takut pada Ardika, paling tidak saat berada di rumah Jace, dia juga tidak akan menunjukkan sikap seperti itu terhadap Ardika.Bagaimanapun juga, Ardika telah memukul orang. Dia hanya meminta pria itu untuk meminta maaf, bahkan berjanji ke depannya Werdi dan yang lainnya juga tidak akan membalas dendam pada Ardika karena kejadian malam ini.Menurut Rosa sendiri, dia sudah berusaha semampunya untuk menangani masalah ini dengan adil, tidak memihak pada siapa pun.Mendengar Rosa hanya meminta Ardika untuk meminta maaf pada mereka, samar-samar ekspresi tidak puas terlihat wajah Werdi dan yang lainnya.Si Ardika itu sudah memukul mereka seperti itu, sudah mempermalukan mereka, tetapi pria itu hanya diminta untuk meminta maaf pada mereka?Bukankah itu sudah terlalu mudah bagi bocah itu?Namun, karena mempertimbangkan Rosa, mereka juga tidak bisa membantah.Lagi pula, ada banyak orang yang sudah mengambil keputusan sendiri, mereka tidak akan melepaskan Ardika begitu saja.Tidak bisa
Mendengar Werdi jelas-jelas bermaksud untuk memanas-manasi situasi, raut wajah Rosa sedikit berubah.Dia menatap Ardika dengan sorot mata dingin dan berkata, "Ardika, kamu benar-benar nggak mau meminta maaf?""Seharusnya Werdi dan yang lainnya yang meminta maaf padaku."Ardika menunjuk Werdi dan yang lainnya dengan santai, lalu menunjuk Rosa dan berkata, "Dan kamu, seharusnya kamu juga meminta maaf padaku karena telah meremehkanku.""Hehe, bocah ini pasti sudah gila, 'kan?!""Aku pernah melihat orang yang berlagak hebat, tapi nggak pernah melihat orang yang berlagak hebat dengan mempertaruhkan nyawa sendiri!"Begitu mendengar ucapan Ardika, orang-orang itu mulai melontarkan ejekan padanya lagi.Raut wajah Rosa juga berubah menjadi sangat muram. Tepat pada saat dia sedang memikirkan cara untuk memberi pelajaran pada Ardika, tiba-tiba seorang pelayannya muncul di belakangnya."Nona Rosa, Pak Wilfred sudah datang!"Pelayan itu melaporkan kedatangan Wilfred.Rosa tertegun sejenak, ekspresi
Mengingat saat di rumah Jace, ekspresi Rosa langsung sedikit berubah.Dia baru teringat Ardika juga berada di sini. Kalau sampai Wilfred melihat Ardika, pasti akan menimbulkan kesalahpahaman. Saat itu tiba, kejadian tidak menyenangkan akan terjadi lagi."Pergilah, persilakan Ardika pergi untuk sementara waktu. Usahakan lakukan dengan sikap yang baik, jangan sampai menyinggung dia. Katakan saja ada sedikit hal yang perlu didiskusikan dengannya."Rosa segera melambaikan tangannya pada seorang anak buahnya, memberi instruksi pada anak buahnya itu.Setelah dua kali berinteraksi dengan Ardika, dia juga sudah mengenal baik temperamen buruk Ardika.Bocah yang satu itu tidak takut pada apa pun, pada siapa pun. Kalau makin memaksakan kekerasan padanya, maka bocah tersebut akan makin menentang.Anak buah itu segera mengangguk. Kemudian, dia berjalan menghampiri Ardika, lalu menyampaikan ucapan Rosa pada Ardika.Ardika tidak tahu permainan seperti apa yang ingin dimainkan oleh wanita itu. Dia ber
"Hmm ... itu ... apa Tuan benar-benar nggak mempertimbangkan untuk menerima murid?""Aku bisa memberikan bayaran, semua uang yang kuhasilkan akan kuberikan padamu ...."Berdiri di hadapan Ardika, Wilfred melontarkan kata-kata itu sambil tersenyum.Heboh!Melihat pemandangan tersebut, suasana di tempat itu langsung heboh.Mereka tidak peduli apa yang dikatakan oleh Wilfred terhadap Ardika, bahkan mereka tidak bisa mendengar terlalu jelas.Namun, semua orang bisa melihat dengan jelas, Wilfred bersikap hormat pada Ardika, bahkan tidak menunjukkan sikap layaknya seorang profesor terkenal, melainkan seperti bocah ingusan yang tengah mengganggu Ardika, menginginkan sesuatu dari Ardika.Sebenarnya apa latar belakang si Ardika itu?Bahkan Wilfred, sosok profesor yang disambut hangat oleh orang-orang kaya dan berkuasa di Kota Jewo, juga memperlakukannya seperti itu.Rosa juga tercengang, tidak mengerti apa yang sedang terjadi.Ardika menggelengkan kepalanya dan berkata, "Sudah kubilang berkali-
"Kak Ardika, barusan salah kami, kami memang pantas dipukul. Maaf, ya ...."Saat ini, para nona dan tuan muda yang menaruh kebencian mendalam terhadap Ardika sudah mengubah ekspresi mereka. Mereka bergegas mengerumuni Ardika, mencoba untuk mengobrol dengannya.Wilfred saja bersikap penuh hormat dengan Ardika, bisa diperintahkan untuk datang dan pergi oleh Ardika sesuka hati.Mereka merasa Ardika pasti memiliki latar belakang luar biasa yang tidak diketahui oleh orang lain. Mereka tidak berani terus menjadi musuh Ardika lagi. Karena itulah, mereka segera memanfaatkan kesempatan ini untuk berdamai dengan Ardika.Kalangan para nona dan tuan muda ini paling nyata.Sejak kecil, mereka sudah mempelajari cara untuk menghadapi orang-orang dari keluarga mereka. Cara ini sudah membekas dalam benak mereka. Pada saat bersamaan, mereka paling ahli dalam melihat situasi, mengikuti alur.Orang-orang ini adalah tipe orang yang bersedia menjalin hubungan sahabat denganmu karena kamu memiliki latar bela
Ardika tetap duduk bersandar dengan santai pada kursinya dan berkata dengan acuh tak acuh, "Kartu tertutup saja belum dibuka, siapa yang berani bilang aku pasti kalah? Tentu saja aku harus membuka kartu dulu."Saat berbicara, Ardika kembali menyunggingkan seulas senyum mempermainkan."Tapi, agar nanti nggak ada orang-orang bodoh yang maju dan mengataiku curang, Nona Rosa, tolong bukakan kartunya untukku."Melihat kartu tertutup di hadapan Ardika itu, sudut mata Rosa berkedut.Meja kartu itu adalah meja dua orang. Namun, kalau dia ingin membukakan kartu Ardika, dia juga harus berdiri dan membungkukkan badannya.Dia sedang dalam balutan gaun pesta. Saat itu tiba, bukankah dua gundukan indahnya akan terekspos di hadapan pria itu?'Dasar bajingan ini! Dari tadi sudah lihat, masih saja nggak puas! Sekarang dia malah ingin melihat dengan lebih jelas lagi!'"Tika, buka kartunya!"Raut wajah Rosa tampak agak muram. Dia langsung memanggil teman baiknya yang tadi untuk kemari. Tentu saja dia tid
"Kalau begitu, ayo mulai."Tanpa beromong kosong lagi, Rosa langsung mulai mengocok kartu.Saat dia sedang mengocok kartu, dia mendapati pandangan Ardika terpaku pada kartu-kartu dalam genggamannya. Sangat jelas sedang menghafal kartu.Rosa mencibir dalam hati. 'Dia benar-benar menganggap dirinya sebagai dewa judi, ya?'Setelah Ardika selesai memilah kartu, Rosa langsung mengeluarkan dua lembar kartu. Kartu yang pertama untuk Ardika, sedangkan kartu yang kedua untuk dirinya, lalu mengulanginya sekali lagi.Setiap orang mendapatkan dua lembar kartu, yang satu kartu terbuka, sedangkan yang satunya lagi kartu tertutup."Ardika, kartumu As, kartuku King."Rosa bertanya, "Masih mau?"Ardika menyandarkan tubuhnya ke belakang, menggunakan kedua tangannya sebagai alas kepalanya. Dia menatap Rosa dengan tatapan mempermainkan dan berkata, "Jangan buang-buang waktu lagi, langsung bagikan kartu ketiga untukku.""Satu hal lagi, aku mau kartu terbuka."Rosa merasa kurang nyaman, dia merasakan sorot
Ardika juga mengangkat alisnya.Persyaratan seperti ini bahkan diterima oleh Rosa, sepertinya ada banyak hal yang wanita itu ingin dapatkan dari dirinya."Katakan saja persyaratanmu."Tanpa banyak bicara lagi, Ardika langsung berjalan ke arah meja kartu, lalu langsung duduk.Sekarang dia tiba-tiba diliputi sedikit rasa penasaran. Dia tidak keberatan untuk menemani wanita yang satu ini bermain.Rosa menatap Ardika dengan lekat, lalu mencibir dan berkata, "Bukankah kamu bilang kalau aku kalah, malam ini akan menjadi milikmu? Persyaratanku adalah, kalau kamu kalah, dalam satu bulan selanjutnya, kamu juga menjadi milikku.""Aku mau kamu menjadi pelayanku, melakukan apa pun yang kuperintahkan!""Kamu sama sekali nggak boleh melawan!"Seharusnya waktu satu bulan sudah cukup untuk membuat Ardika menyembuhkan penyakit ayahnya.Ardika mengamati Rosa dari ujung kepala hingga ke ujung kaki sejenak, lalu berkata sambil tersenyum tipis, "Nggak boleh melawan?""Baiklah. Sebenarnya, dari segi mana pu
Rosa mengerutkan keningnya, lalu menyela, "Sudahlah, semuanya. Karena kalian semua sudah menghadiri acara ini, maka kalian semua adalah temanku."Dia takut orang-orang ini membuat Ardika pergi karena kesal. Kalau seperti itu, dia sepenuhnya tidak akan punya cara untuk menangani Ardika lagi.Melihat Rosa begitu melindungi Ardika, Werdi dan yang lainnya jelas tidak senang, tetapi mereka juga tidak bisa berkomentar apa pun."Ardika, cara main seperti apa baru bisa membuatmu berminat?"Rosa bertanya dengan sabar.Akhirnya Ardika mengangkat kepalanya. Dia melirik semua orang sejenak. Pada akhirnya, dia menatap Rosa dengan sorot mata mempermainkan dan berkata, "Minum alkohol nggak menarik, judi uang melanggar hukum.""Bagaimana kalau begini saja, Nona Rosa? Kalau kamu kalah, malam ini menjadi milikku.""Aku hanya punya satu persyaratan ini saja. Kalau kamu nggak setuju, kita nggak perlu bermain lagi."Dia benar-benar sudah tidak sabar menghadapi tingkah wanita yang satu ini. Dia ingin menggu
Aturan permainan kartu 21 ini sangat sederhana, kebanyakan orang memainkannya dengan mengandalkan keberuntungan, sebagai penentu yang menang dan yang kalah.Namun, ini hanya khusus untuk para pemain biasa.Bagi pemain yang benar-benar andal, mereka bertanding dalam hal mental dan trik.Siapa sangka, Rosa yang awalnya memasang ekspresi lembut itu, begitu mulai bermain kartu, dia langsung berubah menjadi sosok wanita yang kuat. Semua tuan muda itu dikalahkan olehnya.Setengah jam kemudian, saat beberapa orang tuan muda yang menyebut diri mereka sebagai ahli itu sudah minum hingga wajah mereka memerah, Rosa masih tampak santai, bahkan tidak mengedipkan matanya sama sekali.Selain itu, dilihat dari ekspresi santai wanita ini, mungkin ini adalah hasil dari belas kasihannya.Kalau tidak, mungkin para tuan muda ini sudah mabuk berat, sampai menunjukkan ekspresi aneh dan bertingkah aneh.Melihat pemandangan ini, bahkan Werdi dan beberapa orang lainnya yang awalnya ingin bermain beberapa ronde
Ekspresi tidak senang tampak jelas di wajah Futari. Sambil memasang ekspresi dingin, dia sama sekali tidak menanggapi wanita itu.Werdi terkekeh dan berkata, "Tuan Ardika, aku akui sebelumnya melakukan kesalahan. Tapi, aku juga melakukannya karena terlalu menyukai Futari. Melihat interaksi dekat kalian, aku langsung emosi. Bagaimana kalau kamu memaafkanku?""Ardika, aku minta maaf padamu. Awalnya karena hubunganmu dengan Paman Sutandi sekeluarga, seharusnya kita adalah teman. Aku bertanggung jawab untuk membantumu, ini salahku!"Saat ini, bahkan Kalris yang arogan juga meminta maaf pada Ardika sambil tersenyum.Ardika melirik ketiga bocah itu dengan sorot mata agak mempermainkan. Kemudian, dia menggelengkan kepalanya dan berkata, "Maaf, kalian bertiga nggak berhak menjadi temanku."Saat ini, Ardika adalah pusat perhatian tempat itu. Selain itu, dia juga tidak sengaja menurunkan volume suaranya.Begitu dia selesai berbicara, pandangan semua orang langsung tertuju pada Werdi dan dua oran
"Kak Ardika, barusan salah kami, kami memang pantas dipukul. Maaf, ya ...."Saat ini, para nona dan tuan muda yang menaruh kebencian mendalam terhadap Ardika sudah mengubah ekspresi mereka. Mereka bergegas mengerumuni Ardika, mencoba untuk mengobrol dengannya.Wilfred saja bersikap penuh hormat dengan Ardika, bisa diperintahkan untuk datang dan pergi oleh Ardika sesuka hati.Mereka merasa Ardika pasti memiliki latar belakang luar biasa yang tidak diketahui oleh orang lain. Mereka tidak berani terus menjadi musuh Ardika lagi. Karena itulah, mereka segera memanfaatkan kesempatan ini untuk berdamai dengan Ardika.Kalangan para nona dan tuan muda ini paling nyata.Sejak kecil, mereka sudah mempelajari cara untuk menghadapi orang-orang dari keluarga mereka. Cara ini sudah membekas dalam benak mereka. Pada saat bersamaan, mereka paling ahli dalam melihat situasi, mengikuti alur.Orang-orang ini adalah tipe orang yang bersedia menjalin hubungan sahabat denganmu karena kamu memiliki latar bela
"Hmm ... itu ... apa Tuan benar-benar nggak mempertimbangkan untuk menerima murid?""Aku bisa memberikan bayaran, semua uang yang kuhasilkan akan kuberikan padamu ...."Berdiri di hadapan Ardika, Wilfred melontarkan kata-kata itu sambil tersenyum.Heboh!Melihat pemandangan tersebut, suasana di tempat itu langsung heboh.Mereka tidak peduli apa yang dikatakan oleh Wilfred terhadap Ardika, bahkan mereka tidak bisa mendengar terlalu jelas.Namun, semua orang bisa melihat dengan jelas, Wilfred bersikap hormat pada Ardika, bahkan tidak menunjukkan sikap layaknya seorang profesor terkenal, melainkan seperti bocah ingusan yang tengah mengganggu Ardika, menginginkan sesuatu dari Ardika.Sebenarnya apa latar belakang si Ardika itu?Bahkan Wilfred, sosok profesor yang disambut hangat oleh orang-orang kaya dan berkuasa di Kota Jewo, juga memperlakukannya seperti itu.Rosa juga tercengang, tidak mengerti apa yang sedang terjadi.Ardika menggelengkan kepalanya dan berkata, "Sudah kubilang berkali-
Mengingat saat di rumah Jace, ekspresi Rosa langsung sedikit berubah.Dia baru teringat Ardika juga berada di sini. Kalau sampai Wilfred melihat Ardika, pasti akan menimbulkan kesalahpahaman. Saat itu tiba, kejadian tidak menyenangkan akan terjadi lagi."Pergilah, persilakan Ardika pergi untuk sementara waktu. Usahakan lakukan dengan sikap yang baik, jangan sampai menyinggung dia. Katakan saja ada sedikit hal yang perlu didiskusikan dengannya."Rosa segera melambaikan tangannya pada seorang anak buahnya, memberi instruksi pada anak buahnya itu.Setelah dua kali berinteraksi dengan Ardika, dia juga sudah mengenal baik temperamen buruk Ardika.Bocah yang satu itu tidak takut pada apa pun, pada siapa pun. Kalau makin memaksakan kekerasan padanya, maka bocah tersebut akan makin menentang.Anak buah itu segera mengangguk. Kemudian, dia berjalan menghampiri Ardika, lalu menyampaikan ucapan Rosa pada Ardika.Ardika tidak tahu permainan seperti apa yang ingin dimainkan oleh wanita itu. Dia ber