Melihat Firdaus yang berlutut di bawah kaki Ardika seperti seekor anjing, sekujur tubuh Ririn sampai gemetaran saking kesalnya.Namun, mengingat situasi yang mereka hadapi saat ini, kalau tidak tunduk, suaminya bahkan akan kehilangan pekerjaan. Jadi, dia tidak punya pilihan lain selain menelan sendiri kekesalannya.Ririn menarik napas dalam-dalam, lalu melangkah maju dan berkata sambil tersenyum, "Tuan Ardika, aku juga meminta maaf pada Tuan, Bu Luna, serta dua tetua kalian.""Hentikan omong kosongmu. Aku nggak ingin mendengar kata-kata yang nggak ada artinya itu. Cepat urus pengembalian barang."Ardika yang sedang menggendong Livy, tidak melirik wanita itu sama sekali.Kalau bukan karena Livy berada di sini dan tidak ingin memberikan pengaruh buruk pada anak kecil, dia pasti akan langsung menginstruksikan para petugas keamanan untuk menampar wajah wanita itu hingga rusak.Bagaimanapun juga, tadi wanita itu benar-benar arogan di hadapannya, bahkan berani mengatakan akan menampar wajahn
Read more