"Hmm, benar."Firdaus menganggukkan kepalanya, lalu melambaikan tangannya dan berkata, "Kalian! Hajar dulu bocah ini sampai babak belur."Setelah mendengar perintah dari Firdaus, ketua petugas keamanan segera membawa beberapa orang maju. "Sobat, sejak Starindum dibeli oleh bos kami, semua orang tahu nggak boleh membuat keributan di Starindum.""Jadi, paling nggak sebelum hari ini, nggak ada yang berani datang membuat keributan. Kamu adalah orang yang pertama. Akhirnya, keberadaanku sebagai ketua petugas keamanan sudah bisa sedikit berguna."Ketiga petugas keamanan itu menatap Ardika dengan tatapan tajam. Sambil berbicara, dia berjalan ke arah Ardika.Ardika berkata dengan ekspresi acuh tak acuh, "Apa kamu yakin mau menyerangku? Aku harap kamu jangan menyesal nanti.""Pfffttt!"Ririn langsung tertawa dan berkata dengan nada meremehkan, "Seorang menantu benalu yang hanya bisa mengandalkan istri, mengapa begitu pandai berakting? Apakah kamu ingin membuatku ketawa setengah mati?!""Bocah,
Bahkan Ririn pernah membayangkan setelah putranya tumbuh dewasa dan menikahi Livy, jangankan Starindum, bahkan perusahaan Elsy akan menjadi milik keluarga mereka."Aku nggak mau main! Paman, Bibi, kalian telah menindas ayah angkatku! Kalian adalah orang jahat!"Siapa sangka, Livy yang sebelumnya selalu bersikap sopan, kali ini malah memalingkan wajahnya dan berbicara dengan nada marah."Menindas ayah angkatmu? Ayah angkatmu adalah?"Firdaus dan Ririn tertegun sejenak, tidak menyadari siapa ayah angkat yang dimaksud oleh bocah perempuan itu."Ayah!"Tepat pada saat ini, Livy meninggalkan mereka begitu saja, lalu berlari-lari kecil dan melemparkan dirinya ke dalam pelukan Ardika."Muah!"Setelah Ardika menggendongnya, bocah perempuan itu langsung memeluk leher Ardika dengan erat dan mencium wajahnya.Dalam lubuk hati bocah perempuan itu, tentu saja dia bisa membedakan dengan jelas siapa yang lebih dekat dengannya."Eh ... ini ...."Ekspresi Firdaus dan Ririn langsung berubah drastis. Mer
Melihat Firdaus yang berlutut di bawah kaki Ardika seperti seekor anjing, sekujur tubuh Ririn sampai gemetaran saking kesalnya.Namun, mengingat situasi yang mereka hadapi saat ini, kalau tidak tunduk, suaminya bahkan akan kehilangan pekerjaan. Jadi, dia tidak punya pilihan lain selain menelan sendiri kekesalannya.Ririn menarik napas dalam-dalam, lalu melangkah maju dan berkata sambil tersenyum, "Tuan Ardika, aku juga meminta maaf pada Tuan, Bu Luna, serta dua tetua kalian.""Hentikan omong kosongmu. Aku nggak ingin mendengar kata-kata yang nggak ada artinya itu. Cepat urus pengembalian barang."Ardika yang sedang menggendong Livy, tidak melirik wanita itu sama sekali.Kalau bukan karena Livy berada di sini dan tidak ingin memberikan pengaruh buruk pada anak kecil, dia pasti akan langsung menginstruksikan para petugas keamanan untuk menampar wajah wanita itu hingga rusak.Bagaimanapun juga, tadi wanita itu benar-benar arogan di hadapannya, bahkan berani mengatakan akan menampar wajahn
Seolah-olah menemukan sosok penyelamatnya, Ririn menggenggam lengan Elsen dengan erat, seakan-akan tidak ingin melepaskan lengan pria itu lagi."Pak Elsen, kebetulan sekali kamu datang.""Dengan mengandalkan identitasnya sebagai bos Starindum, Ardika mau menyegel toko kita, bahkan memukuli staf kita. Kamu harus menuntut keadilan untuk kami!"Ririn berkata sambil terisak. Ekspresi menyedihkannya itu membuat Elsen merasa simpati padanya.Mengingat betapa memesona dan liarnya wanita itu saat di ranjang, api amarah dalam hati Elsen makin bergejolak. Dia melemparkan sorot mata dingin ke arah Ardika."Bos Starindum? Memangnya dia sudah sangat hebat?!""Sebagai merek pakaian mewah terkenal berskala internasional, Kanadan Gosteo memiliki jumlah toko yang nggak terhitung jumlahnya di Negara Nusantara. Kala itu, saat kami menguji coba pasar di tempat kecil seperti Kota Banyuli ini, bos Starindum yang memohon pada kami untuk membuka toko di sini.""Aku dengar-dengar bos Starindum sudah ganti oran
Ardika mengibaskan tangannya dengan santai, lalu berkata dengan acuh tak acuh, "Bagaimana rasanya?""Apakah sekarang kamu sudah merasa aku seperti seorang pria?"Ririn tertegun cukup lama sebelum berteriak dengan suara melengking, "Ahhhh! Dasar bajingan! Berani-beraninya kamu memukulku! Aku akan menghabisimu!"Wanita itu benar-benar sudah menggila setelah mendengar kata-kata Ardika.Dia tidak menyangka Ardika masih berani memukulnya tepat di hadapan Elsen.Terlebih lagi, pukulan pria itu sangat keras dan kejam.Pria itu telah mempermalukannya tepat di hadapan begitu banyak orang!Sementara itu, saat ini raut wajah Elsen yang berdiri di belakang juga sudah berubah menjadi sangat muram. Dia berkata dengan gigi terkatup rapat, "Anak muda, nyalimu benar-benar besar, ya! Berani-beraninya kamu memukul orang tepat di hadapanku!"Ardika tersenyum dan berkata, "Pak Elsen, 'kan? Kalau kamu terus berlagak hebat di hadapanku, aku juga akan membuatmu merasakan sensasi tamparanku."Saat berbicara, t
"Aku juga nggak takut memberi tahu Bu Luna. Walau Kanadan Gosteo baru mulai memasuki pasar Provinsi Denpapan dan fondasi kami belum kokoh, paling nggak kami sudah memiliki sedikit relasi.""Contohnya saja, Asosiasi Dagang Polam bekerja sama dalam banyak proyek dengan kami.""Apa Bu Luna yakin ingin melawan kami?"Kalau dibandingkan dengan Ririn, Elsen masih terbilang jujur. Dia mengakui secara terang-terangan bahwa fondasi Kanadan Gosteo di Provinsi Denpapan masih belum kokoh.Namun, dia bisa langsung menyebut Asosiasi Dagang Polam dengan santai, asosiasi tersebut adalah sebuah keberadaan yang luar biasa.Kepercayaan diri yang tiada taranya mengiringi kejujurannya.Dengan memasang ekspresi serius, Luna berkata, "Asosiasi Dagang Polam nggak ada hubungannya denganku. Pak Elsen nggak perlu membawa-bawa mereka untuk menekanku.""Lagi pula, kalau sebagai konsumen, kami hanya ingin menuntut keadilan dengan normal saja dianggap sebagai bentuk permusuhan dan perlawanan.""Maka, Pak Elsen diper
"Mengapa? Bu Luna, apakah kamu sudah mulai takut?"Melihat perubahan ekspresi Luna, Elsen pun tertawa dan berkata, "Kalau pada akhirnya kamu merasa takut juga, mengapa tadi kamu malah melawanku?""Begini saja, selagi perwakilan Shiro belum datang, selama kamu meminta suamimu untuk berlutut meminta maaf di hadapanku.""Selain itu, juga memberi kompensasi sebesar 200 miliar atas kerugian Kanadan Gosteo, serta menyerahkan properti Starindum ini padaku, masalah ini akan kubiarkan berlalu begitu saja.""Kalau persyaratanku ini nggak disetujui, hehe.""Setelah perwakilan Shiro datang nanti, sulit untuk dikatakan apa yang akan terjadi.""Bagaimanapun juga, meminta orang Keluarga Sudibya untuk datang secara pribadi, maka tentu saja permasalahan nggak bisa diselesaikan hanya dengan berlutut meminta maaf dan memberikan kompensasi sebesar 200 miliar saja."Elsen melontarkan kata-kata tersebut pada Luna dengan nada bicara arogan. Dia bahkan tidak melirik Ardika sama sekali.Di matanya, pengambil k
"Hehe, perwakilan Shiro sudah tiba. Ardika, sekarang kamu sudah nggak punya kesempatan untuk bernegosiasi denganku lagi.""Jangan salahkan aku! Kamu sendiri yang nggak menghargai kesempatan dengan baik!"Selesai berbicara, Elsen melambaikan tangannya pada anak buah di belakangnya dan berkata, "Suruh para pengunjung itu buka jalan, aku akan pergi menyambut kedatangan perwakilan Keluarga Sudibya."Setelah mendapat instruksi darinya, beberapa anak buah yang dibawanya kemari langsung mulai mengusir para pengunjung yang berada di sekitar tempat itu. Tanpa butuh waktu lama, sebuah area sudah dikosongkan."Pak Elsen, perwakilan Keluarga Sudibya sudah tiba."Tak lama kemudian, seorang anak buahnya yang keluar untuk melihat situasi segera melapor padanya.Elsen menganggukkan kepalanya, merapikan pakaiannya, lalu segera membawa semua anak buahnya keluar untuk menyambut kedatangan perwakilan Keluarga Sudibya itu. Tak lama kemudian, sekelompok orang tampak menaiki lift dan kedua belah pihak pun be
Dikenal sebagai orang ganas yang tidak takut pada apa pun, menghadapi Timnu saat ini, Lisman bersikap sangat sopan layaknya seekor anjing penjilat. Dia bahkan tidak berani berdiri dengan tegak."Ada apa lagi ini?"Timnu mengerutkan keningnya dengan agak kesal.Sedikit keterkejutan terlihat di mata Lisman. Dia berusaha mengendalikan dirinya agar tetap tenang, lalu berkata dengan suara dalam, "Penjual berlian yang kamu suruh aku cari itu, sudah kutemukan!""Bawa dia masuk!"Lisman berbalik, melambaikan tangannya. Saat itu juga, beberapa orang petarung membawa seorang pria dan seorang wanita memasuki ruangan."Sialan! Kalian berdua ini, dasar penipu!"Begitu melihat seorang pria dan seorang wanita itu, secara naluriah Werdi langsung melompat bangkit.Mulai dari tadi malam hingga sekarang, dia sudah menghabisi kedua orang itu berkali-kali dalam hatinya.Si pria adalah penjual berlian tersebut. Sementara itu, si wanita yang terlihat lebih tua dan memancarkan aura elegan dengan mengenakan ka
"Kak Timnu, semua ini salahku! Aku ini bodoh, aku adalah pecundang!""Tapi orang yang sudah mati nggak bisa hidup kembali. Sekarang Sofian sudah mati, kamu memakiku seperti apa pun, nggak akan ada gunanya!""Tolong selamatkan aku, Kak Timnu!"Werdi bersujud di lantai tanpa henti, bahkan kepalanya sudah berdarah. "Dengan mempertimbangkan hubungan persaudaraan yang terjalin antara kita selama ini, tolong selamatkan aku untuk terakhir kalinya, Kak Timnu!"Dia benar-benar ketakutan setengah mati. Untungnya, begitu menyadari situasi tidak memungkinkan, dia segera melarikan diri ke Hainiken. Kalau tidak, dia pasti sudah dihabisi oleh orang-orang Organisasi Snakei sebelum bisa keluar dari Sekolah Bela Diri Sopran.Bahkan sekarang, juga sudah ada banyak murid Organisasi Snakei yang mengepung luar Hainiken.Kalau dia berani melangkahkan kakinya keluar sekarang, begitu dia menginjakkan kakinya keluar dari pintu utama Hainiken, dia pasti akan langsung ditangkap, lalu ditenggelamkan ke sungai."Me
"Bam ...."Tubuh Werdi membentur sudut ruangan dengan keras. Dia merasakan tulang di sekujur tubuhnya seperti sudah retak.Namun, sakit yang menjalar di tubuh fisiknya ini juga tidak bisa menandingi perasaan takut yang menyelimuti hatinya saat menghadapi kematian.Sambil menahan rasa sakit luar biasa yang menjalar di tubuhnya, dia mengangkat kedua lengannya untuk menopang tubuhnya, lalu berlutut dan merangkak kembali ke hadapan Timnu.Sepanjang proses ini berlangsung, Werdi muntah darah, organ dalamnya seperti sedang bergejolak.Namun dia tidak peduli.Werdi tahu jelas kali ini dia sudah menimbulkan masalah yang sangat besar. Kalau Timnu tidak menyelamatkannya, maka nyawanya ini akan melayang."Kak Timnu, aku benar-benar nggak sengaja membunuh Sofian!""Awalnya dari awal hingga akhir aku melakukan sesuai instruksi darimu. Tapi, nggak tahu apa yang salah dengan otak si Ardika itu, begitu bertemu Sofian, dia langsung melayangkan satu tamparan ke wajah Sofian!""Hal yang lebih penting lag
Sosok Werdi saat ini bagaikan seorang dewa perang.Dia tampak sangat mengintimidasi.Semua orang dikejutkan oleh aura mengintimidasinya itu, bahkan sampai lupa untuk maju menghentikannya."Pfffttt ...."Kilatan pedang itu melintasi udara. Saat itu juga, bagian tenggorokan Sofian sudah tersayat. Berawal dengan terlihatnya daging berwarna putih, lalu berubah menjadi kemerahan dengan cepat.Darah segar berwarna merah cerah itu langsung muncrat keluar."Uh ... uh ... kamu ...."Sofian mengeluarkan beberapa kata itu dengan tidak jelas. Dia mengangkat lengannya ingin menunjuk Werdi. Akan tetapi, saat itu juga lengannya terkulai lemas, kepalanya miring ke samping. Dia tewas di tempat diliputi dengan perasaan tidak terima.Sebelum ajal menjemputnya, dia masih tidak mengerti mengapa dia bisa mati di tangan seorang pecundang seperti Werdi."Ah ... pembunuhan!"Raina dan beberapa orang wanita berteriak histeris.Sebelum kejadian ini terjadi, Ardika sudah memeluk Futari, membenamkan wajah gadis mu
Sambil menggertakkan giginya dengan emosi, Sofian berusaha keras untuk merangkak bangkit kembali. Ekspresinya sudah tampak sangat muram.Dulu, bagian tulang rusuknya pernah mengalami cedera, masih belum sepenuhnya pulih. Bagian inilah bagian paling rentan di tubuhnya.Biasanya, saat melawan para ahli bela diri, dia akan memperhatikan untuk melindungi bagian tulang rusuknya itu.Namun, hari ini karena menganggap remeh Werdi, dia sama sekali tidak memperhatikan hal itu.Saat pertama kali Werdi menyerang bagian tulang rusuknya, dia juga tidak berpikir banyak. Siapa sangka kali ini di bawah arahan dari Ardika, Werdi kembali menyerang titik kelemahannya itu dengan tepat."Eh, bajingan, tutup mulutmu! Setelah aku melumpuhkan Werdi, akan kuhabisi kamu!"Sofian sudah bertekad untuk melumpuhkan Werdi.Dia tidak akan berhenti sebelum menginjak-injak bocah yang satu ini."Mati kamu!"Sambil mengatupkan giginya dengan rapat, Sofian berteriak dengan keras. Kemudian, dia kembali menerjang ke arah We
"Mati saja sana!"Saat berbicara, Sofian meneriakkan tiga patah kata itu dengan marah. Kemudian, dia langsung menerjang ke arah Werdi. Tinjunya yang besar itu membelah udara, melesat menuju ke dahi Werdi.Sebelum tinju itu mendarat ke sasaran, aura membunuh yang menakutkan sudah menyelimuti target.Saking ketakutannya, jiwa Werdi seperti sudah meninggalkan raganya. Secara naluriah, dia ingin menghindari serangan tersebut.Tepat pada saat ini, suara Ardika tiba-tiba terdengar olehnya. "Mundur selangkah dengan kaki kananmu, lalu pukul bagian tulang rusuknya!"Kata-kata yang singkat, padat dan jelas ini, membuat Werdi bisa langsung memahaminya tanpa harus berpikir lagi.Seolah-olah menemukan penyelamatnya, tubuhnya bergerak mengikuti instruksi Ardika dengan refleks."Plak ...."Tubuh Werdi menghindar ke kanan, kebetulan berhasil menghindari serangan mematikan dari Sofian itu. Pada saat bersamaan, dia melayangkan pukulan yang tepat mengenai bagian tulang rusuk Sofian yang terekspos itu."P
Seolah-olah baru tercerahkan, Futari berkata, "Jadi, kamu hanya sedang memanas-manasi situasi, bukan benar-benar ingin membantu mereka, 'kan?"Dia hampir lupa hari ini Werdi dan yang lainnya memanggil Ardika ke Sekolah Bela Diri Sopran, pasti punya niat jahat.Jangankan membantu mereka, Ardika tidak memanfaatkan kesempatan ini untuk menjatuhkan mereka saja, juga sudah cukup "setia kawan"."Kak Ardika, kalau begitu kita mundur saja lebih jauh lagi. Kalau sampai terjadi sesuatu, kita juga bisa lebih cepat kabur!"Futari langsung menarik Ardika mundur menuju ke arah pintu keluar. Dia menyaksikan pertunjukan yang sedang berlangsung itu dengan ekspresi menikmati."Sialan!"Menyaksikan pemandangan ini melalui sudut matanya, Werdi yang sudah babak belur akibat perkelahian itu hampir muntah darah.Hanya menyulut api tanpa bertanggung jawab memadamkan api.Dia pernah melihat orang yang tidak tahu malu, tetapi tidak pernah melihat orang yang begitu tidak tahu malu!Tentu saja Ardika sama sekali
Orang-orang yang bisa mengikuti Sofian, tentu saja adalah anggota-anggota inti Organisasi Snakei cabang Provinsi Denpapan yang memihak pada Wilgo. Masing-masing di antara mereka memiliki kemampuan bela diri yang luar biasa.Di sisi lain, sekelompok tuan muda seperti Werdi juga bukanlah tipe orang yang mudah ditindas.Mereka juga sedikit berkemampuan. Kalau tidak, biarpun ada dukungan dari keluarga mereka, mereka juga tidak berani menantang kelompok Sofian.Dalam sekejap mata, perkelahian sengit antara dua kelompok itu pun dimulai.Namun, sepanjang proses itu berlangsung, kedua belah pihak masih mengendalikan diri mereka. Mereka hanya berkelahi dengan tangan kosong, tidak ada yang mengeluarkan senjata.Bagaimanapun juga, di antara kedua belah pihak ini, keduanya memiliki latar belakang yang cukup kuat.Yang satunya memiliki Organisasi Snakei cabang Provinsi Denpapan sebagai pendukung, sedangkan yang satunya lagi memiliki Timnu, orang kepercayaan Jerfis sebagai pendukung.Berkelahi bukan
Sofian Remax, ahli bela diri yang menempati perangkat pertama di antara generasi muda Organisasi Snakei cabang Provinsi Denpapan.Kekuatan orang ini luar biasa besar, dia sudah memberikan kontribusi besar untuk Wilgo.Dengar-dengar, guru orang ini adalah salah seorang tetua dari Organisasi Snakei cabang Gotawa. Alasan mengapa dia bergabung dengan cabang Provinsi Denpapan adalah untuk mencari pengalaman, agar suatu hari nanti dia bisa menduduki posisi ketua cabang.Juga ada yang mengatakan bahwa kekuatan Sofian sudah bisa mengejar Vita, salah satu dari sepuluh orang berbakat Organisasi Snakei cabang Gotawa.Terlebih lagi, itu adalah situasi satu tahun yang lalu.Kekuatan Sofian sekarang mungkin sudah jauh lebih kuat lagi!Jadi, ada rumor yang beredar bahwa kali ini Wilgo ingin berduel dengan pihak Vita dan Cahdani, perwakilan utamanya adalah Sofian ini.Hal ini juga membuat Sofian menjadi orang yang populer di kalangan kelas atas ibu kota provinsi.Sementara itu, konflik antara Sofian d