Ekspresi Ririn langsung berubah menjadi dingin. Dia berkata dengan dingin sekaligus tegas, "Siapa kamu? Berani-beraninya kamu berbicara seperti itu padaku!""Bu Ririn, ini adalah Ardika, suamiku. Memangnya identitasmu begitu terhormat? Mengapa suamiku nggak boleh berbicara seperti itu padamu?"Begitu melihat kedatangan Ardika, tidak tahu mengapa Luna langsung diselimuti kepercayaan diri. Dia langsung membalas ucapan Ririn tanpa sungkan."Ternyata suami Bu Luna, menantu benalu itu?"Ririn melirik Ardika, lalu berkata dengan ekspresi jijik, "Kenapa? Kamu juga datang membuat keributan seperti istrimu?""Aku beri tahu kamu, setelah produk kami meninggalkan toko kami, maka nggak bisa dikembalikan lagi. Ketentuan ini tercantum secara tertulis dari kantor pusat. Ibu mertuamu sudah menandatangani ketentuan itu.""Ingin mengembalikan barang? Buat saja keributan di kantor pusat sana!"Nada bicara mengejek terdengar jelas dalam ucapan Ririn.Kanadan Gosteo adalah perusahaan besar berskala interna
Saat Ririn sedang berbicara, panggilan teleponnya sudah terhubung."Firdaus, ada orang yang datang membuat keributan di tokoku, bahkan memukul orangku! Cepat panggil petugas keamanan kemari! Aku mau menampar bajingan itu sampai mati!"Selesai berbicara, tanpa menunggu tanggapan dari orang di ujung telepon, Ririn langsung memutuskan sambungan teleponnya."Eh, bajingan, aku sudah memanggil orang kemari!""Kamu bukannya lihat dulu wilayah kekuasaan siapa ini! Berani-beraninya kamu berlagak hebat di hadapanku! Hari ini aku akan memberimu pelajaran, agar kamu tahu diri!"Saat ini, dua orang staf toko yang sebelumnya ditampar oleh Ardika juga memelototi Ardika dengan penuh kebencian sambil menutupi wajah mereka."Eh, Ardika, apa kamu tahu siapa yang dihubungi oleh Bu Ririn? Suaminya! Manajer umum Starindum!""Kalian bukan hanya sudah membuat keributan di toko Kanadan Gosteo, bahkan memukul orang! Hari ini, kalau kamu dan istrimu memberikan kompensasi sampai bangkrut dan nggak punya apa-apa,
"Apa bosmu tahu kamu begitu arogan?"Ardika menggelengkan kepalanya, lalu mengeluarkan ponselnya untuk menghubungi Elsy."Manajer umum Starindum bernama Firdaus, ya? Sepertinya istrinya sangat arogan, kata wanita itu dia memanggil suaminya untuk memerintahkan petugas keamanan untuk menampar wajahku hingga rusak.""Aku nggak tahu apakah Firdaus juga bermaksud seperti itu, kamu lihat dan tangani saja sendiri."Selesai berbicara, Ardika langsung memutuskan panggilan teleponnya.Dia membeli Starindum sebagai hadiah untuk Livy, ini adalah pertama kalinya dia mendatangi tempat ini setelah membelinya.Baru beberapa hari berlalu, manajer umum yang baru saja menjabat sudah menjadi penguasa di sini, bahkan mengizinkan merek yang menindas pelanggan seperti Kanadan Gosteo untuk berbisnis di sini.Ardika sedang memikirkan untuk mengganti manajer umum tempat ini.Namun, bagi Ririn, Ardika hanya sedang berlagak hebat dengan melakukan panggilan telepon itu."Hehe, kamu hanyalah seorang pria yang bisa
"Hmm, benar."Firdaus menganggukkan kepalanya, lalu melambaikan tangannya dan berkata, "Kalian! Hajar dulu bocah ini sampai babak belur."Setelah mendengar perintah dari Firdaus, ketua petugas keamanan segera membawa beberapa orang maju. "Sobat, sejak Starindum dibeli oleh bos kami, semua orang tahu nggak boleh membuat keributan di Starindum.""Jadi, paling nggak sebelum hari ini, nggak ada yang berani datang membuat keributan. Kamu adalah orang yang pertama. Akhirnya, keberadaanku sebagai ketua petugas keamanan sudah bisa sedikit berguna."Ketiga petugas keamanan itu menatap Ardika dengan tatapan tajam. Sambil berbicara, dia berjalan ke arah Ardika.Ardika berkata dengan ekspresi acuh tak acuh, "Apa kamu yakin mau menyerangku? Aku harap kamu jangan menyesal nanti.""Pfffttt!"Ririn langsung tertawa dan berkata dengan nada meremehkan, "Seorang menantu benalu yang hanya bisa mengandalkan istri, mengapa begitu pandai berakting? Apakah kamu ingin membuatku ketawa setengah mati?!""Bocah,
Bahkan Ririn pernah membayangkan setelah putranya tumbuh dewasa dan menikahi Livy, jangankan Starindum, bahkan perusahaan Elsy akan menjadi milik keluarga mereka."Aku nggak mau main! Paman, Bibi, kalian telah menindas ayah angkatku! Kalian adalah orang jahat!"Siapa sangka, Livy yang sebelumnya selalu bersikap sopan, kali ini malah memalingkan wajahnya dan berbicara dengan nada marah."Menindas ayah angkatmu? Ayah angkatmu adalah?"Firdaus dan Ririn tertegun sejenak, tidak menyadari siapa ayah angkat yang dimaksud oleh bocah perempuan itu."Ayah!"Tepat pada saat ini, Livy meninggalkan mereka begitu saja, lalu berlari-lari kecil dan melemparkan dirinya ke dalam pelukan Ardika."Muah!"Setelah Ardika menggendongnya, bocah perempuan itu langsung memeluk leher Ardika dengan erat dan mencium wajahnya.Dalam lubuk hati bocah perempuan itu, tentu saja dia bisa membedakan dengan jelas siapa yang lebih dekat dengannya."Eh ... ini ...."Ekspresi Firdaus dan Ririn langsung berubah drastis. Mer
Melihat Firdaus yang berlutut di bawah kaki Ardika seperti seekor anjing, sekujur tubuh Ririn sampai gemetaran saking kesalnya.Namun, mengingat situasi yang mereka hadapi saat ini, kalau tidak tunduk, suaminya bahkan akan kehilangan pekerjaan. Jadi, dia tidak punya pilihan lain selain menelan sendiri kekesalannya.Ririn menarik napas dalam-dalam, lalu melangkah maju dan berkata sambil tersenyum, "Tuan Ardika, aku juga meminta maaf pada Tuan, Bu Luna, serta dua tetua kalian.""Hentikan omong kosongmu. Aku nggak ingin mendengar kata-kata yang nggak ada artinya itu. Cepat urus pengembalian barang."Ardika yang sedang menggendong Livy, tidak melirik wanita itu sama sekali.Kalau bukan karena Livy berada di sini dan tidak ingin memberikan pengaruh buruk pada anak kecil, dia pasti akan langsung menginstruksikan para petugas keamanan untuk menampar wajah wanita itu hingga rusak.Bagaimanapun juga, tadi wanita itu benar-benar arogan di hadapannya, bahkan berani mengatakan akan menampar wajahn
Seolah-olah menemukan sosok penyelamatnya, Ririn menggenggam lengan Elsen dengan erat, seakan-akan tidak ingin melepaskan lengan pria itu lagi."Pak Elsen, kebetulan sekali kamu datang.""Dengan mengandalkan identitasnya sebagai bos Starindum, Ardika mau menyegel toko kita, bahkan memukuli staf kita. Kamu harus menuntut keadilan untuk kami!"Ririn berkata sambil terisak. Ekspresi menyedihkannya itu membuat Elsen merasa simpati padanya.Mengingat betapa memesona dan liarnya wanita itu saat di ranjang, api amarah dalam hati Elsen makin bergejolak. Dia melemparkan sorot mata dingin ke arah Ardika."Bos Starindum? Memangnya dia sudah sangat hebat?!""Sebagai merek pakaian mewah terkenal berskala internasional, Kanadan Gosteo memiliki jumlah toko yang nggak terhitung jumlahnya di Negara Nusantara. Kala itu, saat kami menguji coba pasar di tempat kecil seperti Kota Banyuli ini, bos Starindum yang memohon pada kami untuk membuka toko di sini.""Aku dengar-dengar bos Starindum sudah ganti oran
Ardika mengibaskan tangannya dengan santai, lalu berkata dengan acuh tak acuh, "Bagaimana rasanya?""Apakah sekarang kamu sudah merasa aku seperti seorang pria?"Ririn tertegun cukup lama sebelum berteriak dengan suara melengking, "Ahhhh! Dasar bajingan! Berani-beraninya kamu memukulku! Aku akan menghabisimu!"Wanita itu benar-benar sudah menggila setelah mendengar kata-kata Ardika.Dia tidak menyangka Ardika masih berani memukulnya tepat di hadapan Elsen.Terlebih lagi, pukulan pria itu sangat keras dan kejam.Pria itu telah mempermalukannya tepat di hadapan begitu banyak orang!Sementara itu, saat ini raut wajah Elsen yang berdiri di belakang juga sudah berubah menjadi sangat muram. Dia berkata dengan gigi terkatup rapat, "Anak muda, nyalimu benar-benar besar, ya! Berani-beraninya kamu memukul orang tepat di hadapanku!"Ardika tersenyum dan berkata, "Pak Elsen, 'kan? Kalau kamu terus berlagak hebat di hadapanku, aku juga akan membuatmu merasakan sensasi tamparanku."Saat berbicara, t