Home / Romansa / Istri Tawanan Duda Tampan / Chapter 81 - Chapter 90

All Chapters of Istri Tawanan Duda Tampan: Chapter 81 - Chapter 90

118 Chapters

Tertangkap Basah

Malam harinya. Hubungan Elena dan Darryl semakin lengket. Elena tidak bisa berhenti tersenyum di kamarnya. Dia masih mengingat pernyataan cinta pria itu. Elena tidak bisa mempercayainya, tapi dia juga tidak bisa tidak merasa senang. Apa yang diucapkan Darryl terus terngiang di kepalanya. "Tidak-tidak, ini bukan saatnya aku begini. Dia pasti tidak tahu apa yang diucapkannya." Elena bergumam sambil menampar wajahnya. Dia menggelengkan kepalanya berulang kali. Menyingkirkan semua apa yang dikatakannya. Sampai setelah tenang, Elena kini bangkit dari ranjang dan berjalan menuju keluar kamar. Dia hendak makan malam.Elena berjalan dengan tenang seperti biasa sembari melihat ke kamar Ezekiel. Dia memeriksanya, tapi kemudian menyadari kamar itu kosong. Sepertinya Ezekiel telah berada di lantai bawah. Elena yang semangat, langsung turun. Dia tentu saja senang karena berpikir, kali ini makan malamnya akan lebih menyenangkan tanpa Kathleen. Walau dia masih kesal karena wanita itu membuatnya ter
Read more

Pria Berengsek

'Aku mencintaimu, Elena.'Elena diam. Dia duduk sambil menyantap makan malamnya tanpa bersuara sedikit pun. Tampak air matanya sudah dihapus. Tangannya sedikit gemetar saat dia menyuapkan makanan ke dalam mulutnya dan sialnya, itu menjadi perhatian bagi Ezekiel. Anak kecil itu menyadari sikap aneh Elena yang kembali setelah katanya mau menjemput sang ayah. "Tante, kok diam saja? Tante tidak kenapa-kenapa? Kenapa Ayah juga belum datang?"Elena menggeleng dan tersenyum lemah. Dia menahan air matanya agar tidak tumpah. "Tidak, makanlah, Sayang. Ayahmu akan segera datang, tunggu saja."Ezekiel mengangguk dan menyantap makan malamnya dengan tenang, tapi perhatiannya tidak luput dari perhatian Elena. Hingga tak lama mereka menikmati makan malam, pintu ruang makan terbuka dan menampilkan Darryl serta Kathleen yang berjalan santai bersama. Perhatian Elena dan Ezekiel seketika teralihkan. Ezekiel tampak biasa saja, berbeda dengan Elena yang tampak terkejut dan langsung memerhatikan penampila
Read more

Sebuah Rahasia

Keesokan harinya. "Aku akan kembali dalam tiga hari. Diamlah di rumah seperti biasa."Cup. Elena diam ketika Darryl mengecup keningnya dan berpamitan untuk melakukan perjalanan bisnis. Ada masalah urgent yang begitu mendadak sampai hari ini, Darryl harus pergi ke luar kota. Elena tidak tahu apakah ini berhubungan dengan perusahaan milik Darryl atau hal lain. Dia tidak pernah tahu. Namun ini mungkin waktu yang pas untuk menenangkan hatinya yang kacau akibat kejadian semalam. "Ya, hati-hati.""Hmm." Darryl tersenyum, lalu perhatiannya tertuju pada Ezekiel. "Kamu jaga Tante. Jangan nakal.""Kapan Iel nakal? Iel selalu baik kok."Darryl menggeleng saat mendengar jawaban anaknya. Dia kemudian berbalik dan hendak melangkah masuk ke dalam mobilnya, tapi sebelum itu terjadi, suara teriakan terdengar. Seseorang dari dalam rumah muncul. "Kak Darryl, tunggu! Aku membawakan bekal untuk Kakak! Kakak harus makan, Kakak belum sempat sarapan." Kathleen berlari dari dalam rumah dan mendekati Darryl
Read more

Pergi atau Tetap Bertahan?

"Jadi, apa kamu paham, Ezekiel?""Paham, Bu guru Siena." Ezekiel mengangguk antusias dan membaca tulisan di buku itu, saat Siena memintanya untuk membaca secara keseluruhan buku tersebut. Ezekiel melakukannya dengan agak terbata-bata dan sesekali dibantu Siena. Mereka berdua sibuk belajar. Lain halnya dengan satu orang lagi yang duduk tak jauh dari mereka. Elena. Kegiatan belajar mengajar Ezekiel dan Siena tidak mampu mengganggu Elena yang kini tampak melamun. Wajahnya murung dan terlihat seperti banyak pikiran. Elena terus merasa gelisah dan dadanya sesak sejak tadi pagi. Bukan karena penyakit, tapi karena Kathleen memberitahu sesuatu yang terus menghantuinya sepanjang hari ini. Ya, Elena melamun karena satu orang dan itu Kathleen. Wanita yang mengucapkan sesuatu yang mengganggunya sampai membuat dia kepikiran. Elena tidak bisa bertanya lebih jelas karena Kathleen sudah dengan cepat berangkat. Dia ingin tahu lebih lanjut dan bertanya apa maksud wanita itu sebenarnya. "Elena? Kamu
Read more

Lenyapkan Elena!

"Kesatria gagah itu akhirnya berhasil menyelamatkan tanah airnya dari para penjajah dan dinobatkan sebagai pahlawan. Selesai."Elena menutup buku dongeng yang dibacakan olehnya, yang isinya bercerita tentang kesatria sejati. Seri dongeng yang Ezekiel sukai, yaitu tentang kepahlawanan. "Ini sudah malam, sekarang saatnya kamu tidur, Ezekiel.""Hmm, Tante mau pergi sekarang?"Ezekiel yang merasakan sentuhan ringan tangan Elena di kepalanya, refleks menegang tangan itu dan menatapnya tidak rela. Dia tidak mau ditinggalkan. "Bisakah Tante tidur sama Iel? Ayah 'kan sedang tidak ada. Mau, ya? Iel mau tidur sama Tante.""Eh, tidur sama Tante?" Elena berkedip. Dia sedikit terkejut dengan permintaan dari Ezekiel. "Tapi, kamu sudah besar.""Tante, Iel mohon."Elena terdiam sesaat ketika melihat tatapan memelas dari Ezekiel. Dia tidak bisa menolaknya jika anak itu meminta. Namun, dia juga tidak bisa tidur malam ini. "Baiklah, Tante akan tidur di sini."Setelah pertimbangan singkat, Elena akhirnya
Read more

Masuk Jebakan

"Kejar wanita itu!"Suara teriakan menggelegar di antara banyaknya pepohonan terdengar. Dua pria dewasa mengejar seorang wanita yang berlari ketakutan di jalan setapak dengan wajah panik. Wanita yang dikejar itu adalah Elena. Dia terengah-engah kelelahan saat kakinya terus berlari tanpa arah. Bagaimana ini bisa terjadi? Elena sendiri tidak tahu. Dia hampir mencapai jalan raya ketika dua pria tiba-tiba mengejarnya. Membuatnya mau tak mau berlari ke arah lain, yang membuat Elena sendiri pusing ke mana dirinya. Gelapnya malam, menambah parah keadaan. Elena kesulitan mencari letak jalan utama. Beberapa kali dirinya bahkan harus merasakan sakit ketika kakinya tergores ranting kayu. Ketika dia menoleh, dia pun melihat jaraknya dengan dua pria itu semakin dekat. "TIDAK! TOLONG!" Elena berusaha berteriak keras, berharap ada seseorang yang mendengarnya, tapi dia tahu itu mustahil. Kawasan di sekitar rumah Darryl sangatlah sepi. Hanya ada pepohonan. Jauh dari pemukiman penduduk. Itu membuat E
Read more

Benar-benar Pergi

Keesokan harinya. "Tante? Tante! Tante Elena!"Suara teriakan terdengar menggema di rumah besar bak istana itu, saat Ezekiel yang baru bangun tidur langsung turun dan mencari-cari Elena. Wajahnya tampak panik ketika dia tidak mendapati kehadiran Elena di sampingnya dan tidak ditemukannya di kamar sang ayah. Tentu saja, tujuan selanjutnya adalah ruang tengah di lantai bawah. Namun sekali lagi, Ezekiel tidak mendapati kehadiran Elena di sana. Dia berusaha tidak panik dan berjalan ke arah dapur, yang dipikirnya ada Elena di sana. Sayangnya, di sana hanya ada Emma. Tanpa basa-basi, Ezekiel langsung menarik rok Ema. "Bi, Bibi lihat Tante Elena tidak?""Eh, Tuan Muda." Emma menoleh dan refleks terkejut saat melihat Ezekiel memegangi roknya. Dia juga melihat wajah cemasnya. "Tante Elena? Tidak, sepertinya belum bangun. Dari tadi Bibi sendiri.""Belum bangun? Tidak mungkin, Bi. Tante tidak ada di kamar." Ezekiel melepaskan genggaman tangannya dan menatap Emma dengan wajah pucat. Matanya be
Read more

Dipermainkan

"Makan dan minumlah, Elena."Marcell menyodorkan sepiring makanan dan gelas minum di meja, tepat di depan mata Elena. Lalu dirinya ikut bergabung dan duduk tepat di sebelahnya dengan makanan yang sama. Marcell sesekali mengamati ekspresi wajah Elena yang pagi ini terlihat seperti banyak pikiran. Lalu perhatiannya tertuju pada lengan Elena yang terluka dan sudah dibalut olehnya. Tanpa sadar, Marcell menyentuh lengan Elena dan membuat wanita itu tersentak kaget. "Maafkan aku. Apa lukanya masih sakit?""Tidak, Kak, aku sudah baik-baik saja. Ini tidak sakit.""Sungguh? Aku sangat mengkhawatirkanmu, Elena. Kau terlihat pucat." Marcell mengulurkan tangannya dan menyentuh pipi Elena dengan lembut. Dia menunjukkan kekhawatirannya. Elena membiarkannya dan hanya tersenyum. "Terima kasih, tapi aku baik-baik saja.""Baiklah, makanlah dulu kalau begitu. Kita akan bicara setelah ini."Elena hanya mengangguk tanpa banyak bicara. Dia juga langsung menyantap sarapan paginya dalam keheningan. Sama sep
Read more

Membawa Kembali

Di rumah Darryl, Ezekiel siang ini masih menangis di kamarnya setelah kepergian Elena. Dia tidak mau keluar meski dibujuk Emma maupun Kathleen. Ayahnya sudah dihubungi dan berkata akan segera pulang, tapi itu tidak membuat Ezekiel langsung tenang. Dia tetap berbaring di ranjang sambil memegang foto ibunya. "Bunda, Tante Elena sudah pergi. Tante Elena meninggalkan Iel. Gimana ini, Bunda? Iel sedih sekali. Iel mau Tante Elena," ucapnya pada foto Kayleen yang berada dalam pigura. Air matanya tampak menetes. Menangisi dirinya yang kehilangan sosok Elena. "Iel kesepian."Ezekiel terus menangis sampai hidungnya terlihat memerah. Namun tentu dia tidak akan menyerah. Dia akan meminta ayahnya untuk mencari Elena dan membawanya kembali. Ezekiel tidak peduli bagaimana caranya. Sampai setelah puas menangis, Ezekiel mendengar ketukan di pintu kamarnya. "Tuan Muda, ini sudah waktunya makan siang. Ayo turun, Tuan Muda. Anda tidak boleh mengurung diri terus."Itu adalah suara Emma. Ezekiel mengusap
Read more

Terbongkar

"Sepertinya Elena tidak mau menikah denganmu, Kak," ucap Kathleen pada Darryl yang kini membaca surat yang ditinggalkan Elena untuk Ezekiel. Mereka saat ini sedang duduk di ruang tengah dengan raut wajah Darryl yang begitu kusut. Kathleen tersenyum saat menyadari pria itu marah. Dia puas. "Bagaimana dia bisa melarikan diri?" Tanya Darryl sambil meremas kertas di tangannya, lalu dia menatap Emma yang kini berdiri di depannya. "Kau ... bagaimana bisa kau membiarkannya keluar? Bukankah aku sudah memberikan kunci rumah ini padamu?""Maafkan saya, Tuan, saya tidak tahu bagaimana Nona Elena pergi. Saya juga sudah mengunci semua pintunya." Emma tertunduk penuh rasa takut. Dia merasa tidak nyaman dan khawatir akan dihukum. Emma sendiri bingung bagaimana caranya Elena melarikan diri. Sampai akhirnya dia teringat sesuatu dan refleks melirik Kathleen. "Tapi, Tuan, sebenarnya kuncinya itu ....""Kenapa kuncinya?""Anu, Tuan, semalam Nona Kathleen sempat meminjam kunci dari saya. ""Apa?" Darryl
Read more
PREV
1
...
789101112
DMCA.com Protection Status