Semua Bab Istri Tawanan Duda Tampan: Bab 71 - Bab 80

118 Bab

Ketidakpercayaan

Malam harinya. Seperti biasa, Elena hari ini menemani Ezekiel dan membacakan dongeng pengantar tidur untuknya. Dia ingin cepat anak itu terlelap, tapi sepertinya, ada yang salah dengan Ezekiel. Mata anak itu tidak kunjung tertutup dan malah menatapnya waspada, seperti sedang memikirkan sesuatu. Merasa bingung sekaligus penasaran, Elena akhirnya menutup buku dongengnya dan menatap lekat Ezekiel. "Ada apa? Kamu tidak bisa tidur?""Tidak.""Lalu? Kenapa kamu menatap Tante seperti itu? Apa ada yang mengganggu pikiranmu, Ezekiel?"Terlihat keragu-raguan di wajah bocah manis yang Elena sayangi itu. Ekspresi Ezekiel tentu membuatnya semakin penasaran. "Kamu bisa cerita sama Tante. Siapa tahu, Tante bisa bantu.""Tante, Iel mau tanya, Tante sayang tidak sama Iel?""Apa?"Elena terkejut dan terdiam sesaat ketika mendengar pertanyaan tak terduga dari Ezekiel. "Maksudmu bagaimana, Ezekiel? Kenapa kamu bertanya begitu?""Iel cuma penasaran, Tante sayang Iel atau tidak? Atau Tante sayang Ayah?"
Baca selengkapnya

Haruskah Menyingkirkan Dia?

Darryl membuang napas kasar dan menyandarkan tubuhnya di sofa. Dia menatap datar semua orang. Dia tidak bersemangat sekarang. Darryl tidak bisa menyingkirkan bayangan Elena yang marah padanya sampai mengusirnya dari kamarnya sendiri, dan sekarang dia malah duduk di sini. Kelab malam miliknya dengan segelas whiskey. Sementara di sebelahnya ada Mike yang sedang menyesap cerutunya. "Kau, setiap ada masalah pasti menghubungiku. Kali ini apalagi? Bertengkar lagi?" Mike berseloroh sambil melirik temannya. "Dia menolak dan mengusirku.""Apa? Ditolak? Kau?"Mike menatap Darryl tak percaya, tapi kemudian dia tertawa renyah melihat wajah kecut itu. "Seorang Darryl ditolak, sulit dipercaya. Kenapa kau tidak mengikat dan memaksanya saja?"Mata Darryl menyipit. "Kau bilang aku tidak boleh bersikap seperti itu lagi jika ingin mendapatkannya.""Oh, kupikir kau bukan orang yang akan mendengarkan perkataan orang lain dengan mudah."Darryl mendengkus. Perkataan Mike terdengar seperti sebuah sindiran
Baca selengkapnya

Kecemburuan Elena

Pagi itu, Elena terbangun lebih awal dan tidak melihat kehadiran Darryl sama sekali. Dia ingat, dia memang telah mengusirnya semalam karena Darryl terus membela Kathleen. Entah di mana pria itu berada, yang jelas sekarang perasaannya terasa kacau. Elena mulai merasa aneh saat dia melihat Darryl begitu peduli pada Kathleen. Padahal dia adalah calon istrinya. Walau begitu, Elena berusaha menepis semuanya dan segera berpakaian rapi. Hari ini dia bangun agak kesiangan, sudah pasti semua sedang menunggu. Tak mau merusak pagi hari yang cerah di akhir pekan, Elena dengan cepat keluar dari kamarnya dan turun ke lantai bawah. Dia mencari keberadaan semua orang. Namun anehnya, dia tidak melihat kehadiran seorang pun di ruang tengah yang kosong. Ezekiel juga tidak ada, padahal saat dia tadi melihat ke kamar anak itu, dia tidak menemukan keberadaannya sama sekali. Hingga saat Elena kebingungan, dia tak sengaja melihat Emma melintas. Seketika, Elena pun menyapanya. "Emma, selamat pagi. Kamu mau
Baca selengkapnya

Berhasil Ditaklukkan

Elena menggerutu sepanjang hari. Darryl benar-benar membuat perasaannya kacau saat pria itu menghabiskan banyak waktu dengan Kathleen. Pria itu melakukannya dengan sengaja, bahkan saat dia sedang bermain dengan Ezekiel, Darryl dan Kathleen justru menghabiskan waktu bersama. "Dasar bajingan sialan," gumam Elena saat menatap Darryl yang tengah bicara bersama Kathleen di gazebo. Sementara dia sedang bersama Ezekiel melakukan piknik sambil menatap bunga di taman. Entah sengaja atau tidak, tapi dia merasa kesal. "Bajingan? Siapa Tante?""Ah, apa?"Elena menoleh. Dia menatap ke arah Ezekiel yang bertanya. Elena kaget karena anak itu ternyata mendengar umpatannya. "Ti-tidak, bukan apa-apa.""Tante lagi kesal sama Ayah, ya?"Elena terkejut mendengar pertanyaan Ezekiel. "Kenapa kamu berpikir begitu?""Soalnya dari tadi Tante lihat Ayah kayak mau bunuh Ayah."Ezekiel dengan polos menunjuk ke arah gazebo. Dia menyadari ayahnya sedang berbincang dengan Kathleen. Ezekiel juga tahu Elena terus me
Baca selengkapnya

Elena Terluka

"Dasar bajingan ... ah ... aku harus menemani Ezekiel."Elena mengerang. Kedua tangannya mencengkeram lengan Darryl saat pria itu menggoyangkan pinggulnya dan memasukinya dengan kasar. Elena terengah-engah. Wajahnya memerah antara gairah dan kesal. Dia jengkel karena Darryl benar-benar menyeretnya ke kamar saat dia sedang bersembunyi di perpustakaan. "Ah ... diamlah, Elena, aku tahu kau menikmatinya."Darryl mengangkat kedua kaki Elena dan meletakkannya di bahunya tanpa berhenti bergerak. Suara erotis mereka kini terdengar di seluruh kamar saat Darryl semakin mempercepat gerakan pinggulnya. Elena sampai menjerit dan mengerang. "Sial, ketat sekali. Jangan mencengkeramnya terlalu kencang, Elena. Aku bisa keluar.""Ah ... berisik!"Wajah Elena semakin memerah. Dia merasa malu mendengar kata-kata Darryl, tapi entah mengapa hatinya justru berdebar. Bukannya ingin berhenti, Elena merasa semakin bergairah melihat tubuh telanjang Darryl dan keringat yang menetes di wajah pria itu. Darryl san
Baca selengkapnya

Lepas Kendali

Darryl menggerutu sepanjang jalan menuju pusat kota. Dia tidak bisa tidak kesal karena Mike mengganggunya yang sedang bermesraan dengan Elena. Ya, Mike mengganggunya. Pria itu menghubunginya melalui telepon rumah yang kebetulan diangkat Kathleen karena Darryl mematikan ponselnya. Jika bukan hal penting yang dibicarakan, dia akan benar-benar marah pada orang itu. Darryl tiba di depan rumah Mike. Dia pun meminta security untuk membukakan gerbang. Tentu saja kehadirannya sudah dikenali dan tidak butuh waktu lama baginya untuk bisa masuk ke halaman rumah Mike. Darryl memarkirkan mobilnya dan turun dari mobilnya. Dia baru saja mengeluarkan ponselnya untuk menghubungi Mike, saat pintu utama sudah terbuka lebih dulu. "Darryl, akhirnya kau datang." Mike berjalan mendekati Darryl dengan cepat saat melihatnya. Raut wajahnya tampak serius. "Ada apa kau sampai menyuruhku ke sini? Kau mengganggu akhir pekanku.""Masuklah dulu! Aku ingin bicara serius denganmu."Darryl berdecak tak senang menden
Baca selengkapnya

Siapa Kau?

"Emma, apa kau melihat Kathleen?"Darryl berjalan ke arah dapur. Dia menghampiri Emma yang sedang mencuci piring. Setelah bicara dengan Elena, dia kini berniat mencari Kathleen untuk meminta penjelasan atas apa yang terjadi. "Tuan, ah, apa Anda tidak tahu? Nona Kathleen katanya pergi.""Pergi?"Darryl mengernyit bingung mendengar ucapan Emma. "Apa maksudmu? Pergi ke mana dia? Dia tidak bilang padaku.""Katanya, masalah pekerjaan. Ada masalah urgent dan Nona mungkin tidak akan pulang ke sini dulu.""Di akhir pekan? Dia benar-benar tidak memberitahuku."Darryl menggeleng. Dia tidak mengerti kenapa Kathleen tidak memberitahunya sama sekali. Padahal biasanya wanita itu selalu memberitahunya. "Kapan dia pergi?""Tidak lama setelah Anda pergi, Tuan.""Lalu, apa kau tahu kalau Elena dan Kathleen sempat bertengkar?"Emma diam. Dia mengerutkan dahinya lalu menggelengkan kepalanya. "Maaf, Nona Kathleen dan Nona Elena bertengkar? Saya tidak tahu, Tuan."Tidak tahu. Darryl mendesis dan mengurut
Baca selengkapnya

Permintaan Maaf

Keesokan harinya. Darryl bekerja seperti biasa, tapi hari ini dia tidak bisa fokus. Dari pagi sampai siang, pikirannya terus tertuju pada Elena. Wanita itu masih begitu marah dan bahkan enggan melihatnya. Darryl juga tidak bisa menghubungi Kathleen untuk mengklarifikasi apa yang terjadi. Tok-tok-tok. "Masuk!" seru Darryl sambil mengalihkan perhatiannya dan melihat ke arah pintu, lalu tak kemudian sekretarisnya muncul. Seorang wanita cantik berkacamata. "Ada apa?""Saya datang membawa proposal yang Anda minta kemarin.""Baiklah, letakkan."Darryl mengangguk dan mencoba kembali fokus pada laptopnya. Membiarkan sekretarisnya meletakkan proposal di mejanya, tapi kemudian dia tiba-tiba teringat sesuatu dan langsung menahan sekretarisnya yang hendak pergi. "Tunggu!""Ya, Pak?""Apa siang ini ada meeting?" "Tidak ada, Pak.""Baguslah, kalau begitu, jika ada yang mencari saya, tolong kamu katakan saya tidak ada di tempat." Darryl berdiri dari duduknya dan langsung membereskan beberapa pek
Baca selengkapnya

Kau Milikku

"Kudengar Kathleen sedang pergi."Elena menatap Darryl sambil sesekali menyentuh tubuh telanjang pria itu. Mereka kini berada di ranjang, tepatnya di kamar bersama setelah menghabiskan waktu untuk bercinta. Elena tidak bisa menolak fakta kalau dia memang sudah mulai menikmati hubungan ini dan ingin melupakan masa lalunya, termasuk soal dirinya yang dipaksa tinggal di sini. "Dia ada urusan pekerjaan.""Wanita itu sangat kurang ajar! Dia tidak mau bertanggung jawab setelah membuatku seperti ini." Elena mengeluh dengan emosi saat mengingat kembali kelakuan Kathleen. "Apa yang sebenarnya terjadi kemarin? Jika benar, kenapa Kathleen sampai mendorongmu?"Elena mendongak. Dia menatap lekat Darryl, sebelum kemudian mulai menceritakan apa yang terjadi. Dirinya yang difoto telanjang hingga aksi rebut merebut ponsel milik Kathleen dan Elena yang menghancurkannya. Namun dia kemudian didorong oleh Kathleen. "Itu yang terjadi, dia melakukan itu.""Memotretmu? Untuk apa?"Darryl merasa bingung sek
Baca selengkapnya

Bekerja Sama

"Aku tidak percaya ini. Apa aku bisa mempercayainya?"Marcell menatap alamat yang diterimanya dan gedung di depan matanya. Dia tidak langsung masuk dan memilih untuk menghubungi nomor yang tertera di kartu nama di tangannya. Butuh beberapa waktu sampai akhirnya panggilannya diangkat. "Kathleen, aku sampai. Di mana kau sekarang? Turunlah.""Ah, kau Marcell? Cepat sekali. Sebentar lagi, tunggu saja.""Lima menit, jika tidak, aku akan pulang.""Tidak sabaran."Panggilan diakhiri oleh Kathleen dengan cepat saat Marcell bahkan belum sempat membalasnya. Dia berdecak kesal dan mengumpat. Marcell tidak senang dengan sikap arogan wanita itu, tapi dia butuh informasi penting tentang Elena. Setelah pertemuannya kemarin malam dan fakta yang diungkap wanita itu, dia tidak bisa diam saja. Jika itu benar, dia harus membawa Elena segera. Marcell bertahan di luar gedung dan menunggu Kathleen, sampai setelah lima menit, wanita itu keluar. Matanya yang sedang memerhatikan pintu masuk, dapat dengan muda
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
678910
...
12
DMCA.com Protection Status