Share

Benar-benar Pergi

Penulis: Koran Meikarta
last update Terakhir Diperbarui: 2024-02-27 00:29:13

Keesokan harinya.

"Tante? Tante! Tante Elena!"

Suara teriakan terdengar menggema di rumah besar bak istana itu, saat Ezekiel yang baru bangun tidur langsung turun dan mencari-cari Elena. Wajahnya tampak panik ketika dia tidak mendapati kehadiran Elena di sampingnya dan tidak ditemukannya di kamar sang ayah.

Tentu saja, tujuan selanjutnya adalah ruang tengah di lantai bawah. Namun sekali lagi, Ezekiel tidak mendapati kehadiran Elena di sana. Dia berusaha tidak panik dan berjalan ke arah dapur, yang dipikirnya ada Elena di sana. Sayangnya, di sana hanya ada Emma. Tanpa basa-basi, Ezekiel langsung menarik rok Ema.

"Bi, Bibi lihat Tante Elena tidak?"

"Eh, Tuan Muda." Emma menoleh dan refleks terkejut saat melihat Ezekiel memegangi roknya. Dia juga melihat wajah cemasnya. "Tante Elena? Tidak, sepertinya belum bangun. Dari tadi Bibi sendiri."

"Belum bangun? Tidak mungkin, Bi. Tante tidak ada di kamar." Ezekiel melepaskan genggaman tangannya dan menatap Emma dengan wajah pucat. Matanya be
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Istri Tawanan Duda Tampan   Dipermainkan

    "Makan dan minumlah, Elena."Marcell menyodorkan sepiring makanan dan gelas minum di meja, tepat di depan mata Elena. Lalu dirinya ikut bergabung dan duduk tepat di sebelahnya dengan makanan yang sama. Marcell sesekali mengamati ekspresi wajah Elena yang pagi ini terlihat seperti banyak pikiran. Lalu perhatiannya tertuju pada lengan Elena yang terluka dan sudah dibalut olehnya. Tanpa sadar, Marcell menyentuh lengan Elena dan membuat wanita itu tersentak kaget. "Maafkan aku. Apa lukanya masih sakit?""Tidak, Kak, aku sudah baik-baik saja. Ini tidak sakit.""Sungguh? Aku sangat mengkhawatirkanmu, Elena. Kau terlihat pucat." Marcell mengulurkan tangannya dan menyentuh pipi Elena dengan lembut. Dia menunjukkan kekhawatirannya. Elena membiarkannya dan hanya tersenyum. "Terima kasih, tapi aku baik-baik saja.""Baiklah, makanlah dulu kalau begitu. Kita akan bicara setelah ini."Elena hanya mengangguk tanpa banyak bicara. Dia juga langsung menyantap sarapan paginya dalam keheningan. Sama sep

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-27
  • Istri Tawanan Duda Tampan   Membawa Kembali

    Di rumah Darryl, Ezekiel siang ini masih menangis di kamarnya setelah kepergian Elena. Dia tidak mau keluar meski dibujuk Emma maupun Kathleen. Ayahnya sudah dihubungi dan berkata akan segera pulang, tapi itu tidak membuat Ezekiel langsung tenang. Dia tetap berbaring di ranjang sambil memegang foto ibunya. "Bunda, Tante Elena sudah pergi. Tante Elena meninggalkan Iel. Gimana ini, Bunda? Iel sedih sekali. Iel mau Tante Elena," ucapnya pada foto Kayleen yang berada dalam pigura. Air matanya tampak menetes. Menangisi dirinya yang kehilangan sosok Elena. "Iel kesepian."Ezekiel terus menangis sampai hidungnya terlihat memerah. Namun tentu dia tidak akan menyerah. Dia akan meminta ayahnya untuk mencari Elena dan membawanya kembali. Ezekiel tidak peduli bagaimana caranya. Sampai setelah puas menangis, Ezekiel mendengar ketukan di pintu kamarnya. "Tuan Muda, ini sudah waktunya makan siang. Ayo turun, Tuan Muda. Anda tidak boleh mengurung diri terus."Itu adalah suara Emma. Ezekiel mengusap

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-28
  • Istri Tawanan Duda Tampan   Terbongkar

    "Sepertinya Elena tidak mau menikah denganmu, Kak," ucap Kathleen pada Darryl yang kini membaca surat yang ditinggalkan Elena untuk Ezekiel. Mereka saat ini sedang duduk di ruang tengah dengan raut wajah Darryl yang begitu kusut. Kathleen tersenyum saat menyadari pria itu marah. Dia puas. "Bagaimana dia bisa melarikan diri?" Tanya Darryl sambil meremas kertas di tangannya, lalu dia menatap Emma yang kini berdiri di depannya. "Kau ... bagaimana bisa kau membiarkannya keluar? Bukankah aku sudah memberikan kunci rumah ini padamu?""Maafkan saya, Tuan, saya tidak tahu bagaimana Nona Elena pergi. Saya juga sudah mengunci semua pintunya." Emma tertunduk penuh rasa takut. Dia merasa tidak nyaman dan khawatir akan dihukum. Emma sendiri bingung bagaimana caranya Elena melarikan diri. Sampai akhirnya dia teringat sesuatu dan refleks melirik Kathleen. "Tapi, Tuan, sebenarnya kuncinya itu ....""Kenapa kuncinya?""Anu, Tuan, semalam Nona Kathleen sempat meminjam kunci dari saya. ""Apa?" Darryl

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-02
  • Istri Tawanan Duda Tampan   Sangat Berarti

    "Elena, keluarlah, ini sudah waktunya makan siang. Kau tidak boleh diam di kamar tanpa makan."Marcell mengetuk pintu kamar Elena dengan agak keras. Dia membawa nampan berisi makan siang untuk wanita itu. Menantikan jawabannya. Sampai beberapa saat kemudian, terdengar suara pintu kamar dibuka dan terlihatlah Elena. "Kak Marcell.""Aku membawakan makan siang untukmu. Bolehkah aku masuk?"Elena hanya mengangguk tanpa banyak bicara. Perasaannya masih begitu buruk. Elena juga merasa agak pusing, hingga saat masuk kembali, dia duduk di pinggir ranjang. Menatap Marcell yang meletakkannya meja di depannya dengan makanannya. "Makanlah, kau tidak keluar dari tadi.""Hmm, terima kasih." Elena mengangguk dan mengambil makanan yang dibawakan oleh Marcell. Dia langsung menyantapnya. "Tapi, Kak, Kakak tidak perlu melakukan ini. Aku tidak mau merepotkan.""Apanya yang merepotkan? Aku ini Kakak sepupumu dan aku sangat mengkhawatirkanmu."Elena tersenyum. "Aku baik-baik saja. Kak Marcell jangan khaw

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-04
  • Istri Tawanan Duda Tampan   Sakit atau Hamil?

    Pagi hari berikutnya. Elena yang mengawali hari keduanya bersama Marcell, pagi ini tiba-tiba membuat kegaduhan ketika dia muntah-muntah di kamar mandi. Suaranya yang cukup keras, terdengar oleh Marcell yang memiliki kamar tepat di sebelah Elena. Hingga tanpa basa-basi, pria itu dengan cepat langsung menuju pintu kamar Elena dan mengetuknya. "Elena? Elena kau tidak apa-apa? Bolehkah aku masuk?"Elena yang berada di kamar mandi, bisa mendengar ketukan pintu dan suara Marcell. Namun karena Elena masih terus muntah-muntah, dia jadi mengabaikan semua itu. Elena berusaha menenangkan diri dan memegang wastafel. Tubuhnya terasa lemas dan dia muntah tanpa sebab. Tidur paginya juga terganggu karena ini. Elena yakin, ini bukan keracunan makanan, karena dia bahkan belum makan sedikit pun dan hanya cairan yang keluar. Apa yang terjadi dengannya? Tok-tok-tok. "Elena? Kau mendengarku? Buka pintunya atau aku akan mendobraknya sekarang."Suara Marcell terdengar semakin cemas saat Elena tidak kunj

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-07
  • Istri Tawanan Duda Tampan   Menjadi Ayah Anakmu

    "Aku sering berhubungan dengan Darryl," ucap Elena sambil menatap serius kakak sepupunya. Setelah pemeriksaan di rumah sakit, yang diketahui jika dia memang hamil, Elena tidak bisa merasa senang atau sedih. Termasuk Marcell sendiri. Elena menyadari kakak sepupunya sangat syok, bahkan tidak berkata apa pun sepanjang perjalanan pulang mereka. Kini, detik ini, di ruang tengah yang sederhana dan dengan saling berhadapan, Elena akan menceritakan semuanya. Sesuai dengan janjinya pada Marcell. "A-apa? Kau sering—""Maafkan aku. Aku tahu itu salah, Kak."Kepala Elena tertunduk. Dia merasa sedih saat melihat tatapan tak percaya dari Marcell. Namun di sisi lain, dia juga tidak bisa menampik kenyataan yang sebenarnya. Kenyataan bahwa dia dan Darryl memang sering melakukannya. Jadi kehamilan ini, bukanlah sesuatu yang aneh. "Kenapa?"Marcell mendesis dan refleks memegang kepalanya yang berdenyut. Dia menggelengkan kepalanya, tidak mau percaya dengan kenyataan yang menyakitkan itu. Berhubungan

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-10
  • Istri Tawanan Duda Tampan   Mencoba Merayu Darryl

    "Yah, kapan Ayah bawa Tante Elena kembali? Apa masih belum ketemu?"Darryl baru saja pulang kantor dan sedang berbaring di ranjang kamarnya, saat dia mendengar suara sang anak serta kemunculannya tiba-tiba. Membuat perhatiannya teralihkan. "Ezekiel."Ezekiel mendekat dan berdiri di samping Darryl. Wajahnya tampak masih murung, walau kali ini, dia terlihat lebih tenang dan tidak mengurung diri di kamar lagi. "Ayah, Iel mau Tante Elena kembali.""Kemarilah!"Darryl mengulurkan tangannya sembari mengubah posisinya menjadi duduk. Dia menarik putra satu-satunya untuk duduk di sebelahnya dan mengusap lembut kepalanya. Rasa lelah dan pusing yang dirasakannya setelah menghilangnya Elena dan pekerjaan yang menumpuk, tidak membuatnya mengabaikan sang anak. Darryl teringat kata-kata Elena yang selalu menyuruhnya memberi perhatian pada Ezekiel. "Tante Elena pasti akan kembali. Ayah sudah berusaha. Jadi tolong tunggulah. Beri Ayah waktu.""Berapa lama, Ayah? Memangnya sulit, ya? Bukannya Tante Ka

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-14
  • Istri Tawanan Duda Tampan   Umur Bukan Masalah

    Satu minggu berlalu. "Apa belum ada kabar soal Elena?"Darryl meletakkan gelas whisky miliknya tanpa minat dan menatap lekat Mike. Dia sekarang sedang berada di kasino. Tepatnya di ruangan miliknya. Sudah hampir satu minggu sejak Elena pergi meninggalkan rumah sampai dengan hari ini, kabar baik belum kunjung datang. Darryl tidak tahu ke mana wanita itu pergi. "Belum, sulit mencarinya. Sepertinya ada yang menyembunyikannya."Darryl mendesah kesal mendengar jawaban dari Mike. Seseorang yang menyembunyikannya? Siapa? Apakah itu Kathleen? Tapi tidak mungkin, wanita itu tidak mungkin menyembunyikannya setelah mencoba membunuh Elena. Darryl berpikir keras tentang siapa yang menyembunyikan Elena, sampai dia kemudian menyadari sesuatu. Sebuah nama yang hampir dilupakannya. "Marcell. Sialan!""Marcell? Ada apa dengannya?" tanya Mike yang penasaran. "Aku melupakan dia. Aku baru ingat kalau sebelumnya orang yang kuperintahkan mengikutinya diserang seseorang dan terluka. Aku belum menyelidiki

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-17

Bab terbaru

  • Istri Tawanan Duda Tampan   Cinta Terakhir (END)

    Beberapa bulan kemudian. Perut Elena sudah semakin besar dan hari ini, dia sudah bersiap untuk melahirkan. Elena sudah berada di rumah sakit, tepatnya di kamar persalinan karena sejak kemarin, dia terus mengalami kontraksi. Darryl pun berada di sana untuk menemaninya. Darryl kalut dan khawatir. Dia bahkan memilih untuk tidak masuk kantor hari ini karena ingin menemani Elena melahirkan. Ezekiel sendiri berada di rumah dan tidak dia izinkan ikut, meski anak itu terus merengek dari semalam. “Makanlah! Aku tahu kau khawatir.”Sebuah suara terdengar. Mengalihkan perhatian Darryl dari lamunannya. Dia mendongak, menatap seorang lelaki yang tidak lain adalah Marcell. Ya, lelaki itu memang ada di sana dan menemaninya sejak semalam. Semua karena dia yang kalut, langsung menghubungi Marcell tanpa pikir panjang. Tentu saja Marcell mengomel dan membentaknya, tapi saat dia mengatakan Elena akan melahirkan, lelaki itu langsung datang dan membantunya membawa ke rumah sakit.Darryl pun sontak melir

  • Istri Tawanan Duda Tampan   Menahan Diri

    Satu minggu kemudian. Elena melenguh dalam tidurnya. Dia menguap sebelum akhirnya membuka mata. Elena berkedip menatap langit-langit kamar. Dia masih mengumpulkan semua kesadarannya, sebelum kemudian melirik jam di sebelahnya yang menunjukkan pukul empat sore. Elena terdiam, sampai matanya membulat dan dia langsung duduk. Dia menyadari kalau dirinya sekarang berada di kamar, padahal seingatnya dia tadi sedang duduk menonton film di ruang tengah. Apa yang terjadi? Siapa yang memindahkannya? Elena kembali melirik jam dan matanya sontak membulat ketika dia teringat jika ini sudah sore. Suaminya sudah pasti pulang. "Darryl?"Elena berpikir Darryl mungkin sudah pulang, seketika dia langsung memanggil. Elena juga akhirnya bangun dan berjalan keluar kamar dengan hati-hati. Perutnya yang sudah semakin besar, membuat dia menjadi cepat lelah dan jalannya jadi lebih lambat. Untunglah, rumah ini memiliki lift, jadi dia tidak perlu kelelahan naik turun tangga ke lantai bawah. "Darryl?" Elena k

  • Istri Tawanan Duda Tampan   Hari Pernikahan

    Hari pernikahan tiba. Setelah menunggu selama seminggu, akhirnya hari pernikahan Elena dan Darryl terjadi hari ini. Sebuah gaun indah telah dipakainya. Gaun itu membungkus tubuh dan perutnya yang besar dengan sempurna. Kehamilan Elena terlihat, tapi tentu saja gaun itu tidak membuatnya sesak. Riasan sederhana dengan rambut yang ditata sedemikian rupa, membuatnya terlihat sangat sempurna. Dia berdiri di depan pintu masuk aula pernikahan. Elena tidak sendirian, ada Marcell yang telah bersamanya dengan pakaian yang sangat rapi. Lelaki itu tampak menunjukkan kesedihan yang mendalam. Matanya memerah seperti habis menangis. Penampilannya yang rupawan, tidak menutupi wajahnya yang berantakan. "Kau siap?" Marcell menoleh ke arah Elena. Dia berusaha untuk tidak menangis dan memerhatikan betapa cantiknya wanita itu. Sayangnya, wanita itu akan segera menjadi milik orang lain. "Ya, Kak." Senyum Elena tampak merah. Dia seolah menjadi orang paling bahagia saat ini. Meski ekspresinya telah m

  • Istri Tawanan Duda Tampan   Hati yang Hancur

    Setelah pembicaraan panjang dan penuh keseriusan, akhirnya Marcell mengizinkan Darryl untuk menikahi Elena. Meski dia sendiri harus hancur. Namun walau begitu, kesepakatan di antara mereka terjadi. Elena akan tetap tinggal bersama dengan Marcell, sampai hari pernikahan. Marcell juga yang akan menjadi walinya. Dia yang akan memastikan Elena baik-baik saja sampai ke tangan Darryl. Darryl pun tidak punya alasan untuk menolak. Dia menyetujui syarat yang diberikan Marcell. "Tante, di perut ini, ada dedeknya Iel, ya?" tanya Ezekiel yang duduk di samping Elena. Keduanya kini berada di ruang tengah saat Darryl dan Marcell sedang bicara. Camilan kesukaan Elena pun terlihat di atas meja. Menemaninya berdua dengan Ezekiel. "Iya, Sayang, ini adalah adikmu. Coba kamu elus." Elena meraih tangan Ezekiel dan meletakkannya di perutnya. "Wah, gerak, Tante!"Mata Ezekiel tampak berbinar senang ketika melihatnya. Dia senang karena dia akhirnya akan memiliki adik. "Iel mau lihat dedeknya Iel. Kapan di

  • Istri Tawanan Duda Tampan   Merelakan

    Elena mengetuk pintu rumahnya dengan gugup. Dia baru pulang saat hari sudah sore dan pasti Marcell telah pulang. Elena takut bertatap muka dengan sepupunya, apalagi tadi dia sudah meninggalkan Marcell begitu saja dan mengikuti Ezekiel. Namun, tetap saja, ini adalah hal yang harus dihadapinya. Dia harus pergi menemui lelaki itu dan mengatakan semuanya. Tak berapa lama setelah dia mengetuk pintu, pintu pun terbuka dan menampilkan Marcell dengan wajah datar. Elena tidak melihat tatapan senang di wajah sepupunya. "Kakak.""Masuklah, ini sudah sore.""Baik." Elena mengangguk. Dia mengikuti langkah Marcell yang mengajaknya masuk ke dalam. Pintu pun ditutupnya dengan cepat. Elena berusaha menyusul langkah Marcell yang tampak terburu-buru. "Kakak, tunggu! Aku ingin bicara sesuatu denganmu."Marcell yang awalnya berjalan lebih dulu, berhenti dan langsung berbalik ke arah Elena. Dia menghela napas kasar. "Aku juga. Ayo duduk!"Tanpa banyak kata, Elena segera duduk di kursi. Berhadapan langsung

  • Istri Tawanan Duda Tampan   Jadi Ayah Anakku

    "Aku harap Ezekiel suka." Elena berjalan bersama dengan Siena menuju ke arah kamar di mana Darryl dirawat. Tangannya menenteng makanan yang dipesannya untuk Ezekiel. Lalu dia menoleh ke arah Siena. "Terima kasih, ya, kamu sudah mau mendengarkan ceritaku.""Ya, Elena, santai saja. Aku mengerti perasaanmu, yang penting sekarang semuanya aman. Lalu, apa kau mau kembali pada Darryl?"Elena terdiam sesaat, tanpa menghentikan langkahnya. Pipinya tampak memerah dan dia mengangguk malu-malu. "Aku tidak bisa melupakannya. Aku sangat mencintainya.""Syukurlah, Elena, aku harap Darryl segera pulih dan kalian bisa bersama lagi.""Terima kasih, Siena."Tidak ada lagi percakapan setelah itu, Elena terus melangkah di lorong rumah sakit sambil memikirkan, bagaimana caranya dia memberitahu Marcell soal keputusannya ini. Dia berharap, kakak sepupunya itu tidak akan marah. Saat berjalan bersama, Elena melihat kamar Darryl ada di depannya. Dia segera mempercepat langkahnya untuk melihat keadaan pria itu

  • Istri Tawanan Duda Tampan   Luluh

    "Jadi begitulah ceritanya. Darryl sangat stress dan menderita ketika kau pergi, Elena. Sebagai temannya, aku merasa tidak sanggup mengatakan ini. Dia memang agak bodoh dalam memahami perasaannya, tapi dia sangat mencintaimu. Aku berani bersumpah."Elena terdiam saat mendengar perkataan Mike soal Darryl. Dia melihat pria yang mengatakan sebagai teman Darryl itu menangis tersedu-sedu. Bahkan mengusap air matanya dengan tisu. Tak dipungkiri dia merasa terkejut mendengar penuturannya. "Dia sakit karena memikirkanmu dan sepertinya dia hilang fokus saat berkendara. Aku sangat mengkhawatirkannya. Tolong kembalilah padanya. Dia itu tidak mencintai Kathleen, dia mencintaimu.""Iya, Tante ..., tolong kembali pada Ayah. Iel selalu lihat Ayah tiap malam cium baju Tante. Ayah rindu Tante," ucap Ezekiel sambil ikut menangis. Dia terisak dan mencoba membujuk Elena agar iba pada kondisi Darryl. "A-apa? Benarkah itu?"Elena yang mendengar pengakuan Ezekiel dan perkataan Mike, tentu saja langsung ter

  • Istri Tawanan Duda Tampan   Jatuh Sakit

    Ezekiel tidak datang lagi. Elena sedang menikmati waktunya sendirian di teras. Dia terus melihat jalanan sejak tadi siang. Menunggu kehadiran anak kecil dan ayahnya yang sudah terhitung hampir setiap hari selalu ke sini. Ezekiel hanya satu hari menginap dan dua hari bermain dengannya sambil diantar Darryl pagi-pagi sekali. Namun hari ini keduanya tidak kunjung menunjukkan batang hidungnya hingga sore tiba. Elena yang sudah agak terbiasa dengan kehadiran dua orang itu, tidak bisa menampik perasaan tidak nyamannya. Dia menjadi gelisah. Terlintas bayangan Darryl tiba-tiba di kepalanya. Apa dia merindukan pria itu? Ataukah anak dalam kandungannya yang merindukannya? Elena merasakan firasat tidak enak tentang pria itu. Perasaan cemas itu, membuat Elena terdiam beberapa saat. Dia melamun di teras sampai tak menyadari suara motor Marcell yang pulang. Pikirannya hanya tertuju pada Darryl dan Ezekiel saja. "Elena, apa yang kau lakukan di sini?" "Darryl—eh, Kakak." Elena menoleh dan menata

  • Istri Tawanan Duda Tampan   Kecelakaan

    "Apa? Apa kau gila, Elena? Kau mau anak itu menginap di rumah ini? Anak bajingan itu?""Jangan keras-keras! Dia punya nama, namanya Ezekiel." Elena berusaha sabar menjelaskan pada Marcell soal keputusannya untuk membiarkan Ezekiel menginap. Mereka berdua saat ini sedang berada di ruang tamu dan Marcell menentang keras idenya. "Lagi pula, ini hanya sehari. Besok Ayahnya akan menjemputnya.""Tidak bisa! Aku tidak suka! Bocah itu bagaimana pun adalah anak bajingan! Aku tidak mau dia tidur di sini!"Elena memejamkan matanya dan mencoba bersabar. "Dia hanya anak kecil yang tidak bersalah. Tolong izinkan, Kak. Ini juga keinginan bayiku. Dia ingin tidur dengan Ezekiel."Rahang Marcell mengeras. Kedua tangannya mengepal kuat. Dia semakin kesal pada Elena yang tampaknya tidak bisa mengabaikan Darryl. Padahal wanita itu sudah berjanji tidak akan kembali. "Aku tidak tetap setuju!""Baiklah! Kalau Kakak tidak setuju, aku pergi saja dari sini! Aku akan tidur di luar!" seru Elena yang mulai jengkel

DMCA.com Protection Status