Semua Bab BUKIT TENGKORAK : Bab 21 - Bab 30

92 Bab

Bimbang

Kenanga menelisik penampilan wanita yang terluka di hadapannya. Wanita itu memiliki beberapa luka bekas di pipinya, meski samar gadis bisu itu tahu itu bekas goresan senjata tajam. Wanita berbaju merah tersebut terus menerus mengaduh, bahkan kini menggenggam jemari Alif walau pemuda itu terlihat enggan. Sang tabib menggulung kain bajunya, mencoba memeriksa tangan wanita itu, ia mencari asal bau racun itu. Namun, gadis bisu tersebut menemukan satu tanda di kulitnya, sebuah huruf yang tak ia kenali dengan lambang tengkorak di atasnya.“Cepatlah, Ken. Kau tak lihat darahnya terus mengucur?” perintah Alif padanya. Gadis bisu itu beranjak, ia tak menjawab dengan bahasa isyarat sama sekali. Kenanga menarik tangan Akbar agak menjauh dari tempat wanita tersebut terluka. Ia mengambil ranting kayu dan menuliskan beberapa pesan dengan huruf Arab Melayu di tanah. “Hati-hati, sepertinya dia bukan orang biasa.” Kenanga kemudian terus berjalan tanpa tahu ke mana arah yang akan ia tuju. Akbar me
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-12-08
Baca selengkapnya

Menggenggam Angin

Satu batang jarum beracun menancap tepat di leher Mantili. Wanita itu terdiam, ia meraba bagian tubuhnya yang terasa perih sampai ke mata, tangannya mencabut jarum beracun yang melukai dirinya sendiri. Alif melihat ke arah Kenanga terus berlari, ia mengabaikan lawannya yang sekarang duduk bersimpuh di tanah. Pembunuh bayaran itu meraba pinggangnya, membuka batang bambu lain berusaha meminum penangkal dari jarum beracun tersebut. Gemetar tangannya memegang benda hijau itu, Mantili tak mau mati terlalu cepat, ia masih ingin menagih janji Adrian yang akan menjadikannya salah satu nyonya di dalam istananya. Batang bambu itu ia arahkan ke mulutnya dengan tangan gemetar. Namun, penawar itu tumpah dan sesaat kemudian tubuhnya roboh, terbaring di tanah. Perlahan-lahan bibirnya membiru dan kantong matanya berubah warna menjadi hitam pekat, ia mati dengan mata tak terpejam. ***Alif membantu Ridwan yang terlihat kesusahan melumpuhkan lawannya. Lelaki ulebalang itu mengambil pisau Mantili yan
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-12-09
Baca selengkapnya

Rawa Berhantu

Dua pemuda pesisir itu hanya diam melihat bahasa isyarat Kenanga. Mereka paham jika situasi yang ditempuh sekarang sangat berat, tetapi hal itu bukanlah keinginan Alif dan Ridwan. “Kita tetap jalan bertiga. Bersama saja kita mati satu per satu, apalagi jika kami meninggalkanmu seorang diri,” jawab Alif. Tak ada perubahan air muka gadis bisu itu, ia mengambil langkah ke arah kanan tetap pada pendiriannya. Akbar dan Alif hanya mengikuti dari belakang. Bagi dua pemuda pesisir tersebut, membiarkan seorang wanita berjalan seorang diri dalam keadaan perang seperti sekarang bukanlah tindakan seorang lelaki sejati.Kenanga tahu jika ia diikuti, meski dua lelaki itu menjaga jarak beberapa puluh langkah darinya. Namun, ia tak ingin melarang, gadis itu hanya mencoba mencari jalan sendiri, sebab telah banyak purnama yang ia lewati dan Cempaka tak kunjung ia temukan. Gadis itu terdiam beberapa saat, telapak kakinya perih tertusuk duri. Sejak benda pusaka pemberian Datok Panglima dimusnahkan Ali
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-12-09
Baca selengkapnya

Perampok Merah

Salah seorang dari tiga pemuda itu berlarian ke tengah sungai, menahan laju batang pohon yang hanyut oleh air. Lelaki dengan rambut panjang dan diikat rapi, memeriksa tubuh seseorang berpakaian serba hitam yang tak tak melepas pelukannya pada batang pohon itu. “Bagaimana, apa masih hidup?” tanya Razi pada temannya bernama Tandi. “Masih, Bang. Kita bawa saja dia ke peristirahatan kita? Tangannya dingin sekali.” Gegas lelaki itu membawa tubuh Cempaka ke punggungnya. Razi memerintah pada Tandi dan juga Madi, agar membangun tenda satu lagi untuk tempat beristirahat wanita yang mereka temukan. Ia sendiri lebih memilih mencari beberapa kayu bakar tambahan untuk rombongannya. Lelaki yang mahir membuat senjata itu memutuskan untuk bermalam di dalam hutan sampai wanita tadi sadar. Madi berkekas mendirikan tenda tambahan, setelahnya Tandi baringkan tubuh Cempaka di dalamnya dengan beralaskan dedaunan kering. Teman seperjuangan Razi itu menekan perut wanita yang ia jumpai sampai semua air su
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-12-10
Baca selengkapnya

Busur Panah

Adrian---bawahan Daalen yang dikenal bertangan besi, mulai menyebarkan selebaran kertas yang dipasang di pohon, rumah atau di mana saja yang dapat dijangkau oleh banyak orang. Lelaki dengan bekas luka di wajah tersebut ingin mengadu domba pribumi satu dan yang lainnya untuk saling membunuh demi lima puluh lembar gulden, harga masing-masing dari kepala Cempaka, Alif, dan juga Razi. Ia juga merekrut marsose kulit hitam baru untuk menambah jumlah pasukan elitenya, sebab telah banyak serdadunya yang juga tewas dalam peperangan panjang melawan para pejuang. Lelaki Belanda yang mewarisi kekejaman dari buyutnya itu meninggalkan seorang istri dan tiga orang anak di negerinya. Ia sendiri memelihara beberapa perempuan pribumi sebagai penghangatnya di kala rasa dingin melanda. “Tiga kepala kalian setara dengan kenaikan pangkatku sebagai gubernur di wilayah ini.” Lelaki itu melepaskan timah panas ke pohon yang bergambarkan wajah para buronannya.*** Razi membuka kotak kayu yang senantiasa ia
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-12-11
Baca selengkapnya

Pasukan Kelewang

Rawa-rawa tempat Alif dan Kenanga terjebak, mulai bergerak diiringi kabut yang terus menipiskan jarak pandang. Untuk pertama kalinya gadis itu merasa ketakutan. Ia hanya berlatih untuk bertahan hidup di tanah yang keras dan masih bisa ia rasakan getarannya. Namun, tempatnya berpijak sekarang tak ubahnya seperti medan pembantaian baginya. Ia sampai berlindung di balik tubuh Alif. Siulan yang dipantulkan dari satu dahan ke dahan lain semakin menambah seram suasana di dalam rawa. Alif menarik pedang miliknya, ia juga sama tak paham situasi di tengah rawa harus bagaimana, sedangkan lelaki ulebalang itu tumbuh besar di wilayah pesisir pantai yang sinar mataharinya sangat menantang. Rawa itu mengeluarkan beban di dalamnya dengan cepat tanpa mereka berdua sadari, hingga dua buah kelewang nan tajam mengarah ke leher Alif, juga Kenanga. Saat itu juga mereka berdua sadar dua orang tinggi besar dengan tubuh berwarna hitam air rawa sedang mengancam hidup dua orang itu. Perlahan-lahan jumlah ma
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-12-11
Baca selengkapnya

Kerisuan Alif

Bagian 25Kerisauan Alif Teuku Iskandar Sayuti-- paman Alif dari kerajaan pesisir, duduk di dalam Masjid Aya (Hagia) Sophia. Lelaki itu tengah menunggu kedatangan Sultan Hamid II yang amat susah untuk ditemui. Teuku Iskandar membutuhkan bantuan untuk memukul mundur para penjajah yang berasal dari Eropa, musuh yang sama dengan Konstantinopel sekarang. “Aku mohon maaf, Tuan, tetapi aku tak bisa mengirim bantuan pasukan atau persenjataan, terlalu banyak pergerakan rahasia yang harus aku redam. Maaf, aku sangat menyesal. Aku harus memperkuat pertahanan agar warisan para pendahuluku tak musnah begitu saja.” Teuku Iskandar Sayuti menarik napas panjang, ia kecewa atas penolakan yang diberikan Sultan Mahmud II, tetapi ia pun tak menampik jika tempatnya berpijak sekarang juga tak kalah carut-marut seperti kerajaannya. “Baiklah, kalau begitu aku akan kembali ke kerajaanku secepatnya. Tak lama lagi keponakanku akan menikah dengan putri kerajaan yang bisa memperkuat pertahanan kerajaan pesisi
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-12-14
Baca selengkapnya

Ikrar Syahadat

Rombongan perampok merah masih bermukim di tengah hutan tempat Cempaka ditemukan. Atas permintaan gadis itu, para lelaki membuat sebuah kereta kayu untuk tempat para wanita korban nafsu serdadu, sebab sebagian dari mereka mengeluh tubuhnya terasa sakit-sakitan. Para lelaki bergerak cepat termasuk Razi agar perjalanan mereka tak terlalu lama tertunda. Bisa saja mereka tertangkap oleh para marsose yang berkeliaran ke sana kemari. Cempaka, menjadi teman bicara para wanita putus harapan itu. Kakak Kenanga tersebut bahkan membimbing mereka mengucap kalimat syahadat satu per satu, hal yang tak pernah dipikirkan oleh Razi dan teman-temannya. Bagi gadis itu, cukup sudah penderitaan di dunia, jangan lagi menderita di akhirat sebab tak mengakui keberadaan Allah dan Rasul-Nya. Hal pertama yang diajarkan oleh gadis bermata tajam itu ialah mengenai ketauhidan. Hanya Allah satu-satunya yang layak disembah, tidak ada yang sanggup menyamai kekuatan-Nya, apalagi Ilah yang dibawa oleh para penjajah
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-12-14
Baca selengkapnya

Persyaratan

Kenanga masih diam, Ia belum menjawab apa pun tanya Alif. Lelaki itu menanti dengan penuh harap. Jika gadis tersebut menolaknya ia harus angkat kaki dari tempat itu sekarang juga, sebab ia tak sanggup melihatnya bersanding dengan pria lain. Kenanga sendiri meragu, sebab selama ini ia merasa Alif berusaha menghindarinya. Ia juga tak yakin jika lelaki itu betul tulus dengannya, sebab kekurangan pada dirinya. Dengan berhati-hati ia berbicara memakai bahasa isyaratnya agar ulebalang itu mengerti. Sekali lagi Alif meyakinkannya, sebab lelaki itu tak punya siapa-siapa lagi di dunia ini dan ia tak mau juga kehilangan lagi. Dua orang yang sama-sama sebatang kara akan saling menguatkan satu sama lain, begitu pikir Alif. Cukup lama gadis itu merenung, ia memikirkan tentang pencarian Cempaka yang belum menemukan titik terang sama sekali, hingga kembali lelaki itu meyakinkannya agar mencari kakaknya nanti bersama-sama. Diamnya Kenanga tak bisa menjadi jawaban, karena gadis itu memang tak bisa
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-12-14
Baca selengkapnya

Harapan yang Kembali

Kotak kayu berisikan barang-barang penting milik Razi nyaris terjatuh jika tak ditahan oleh pijakan di dalam kereta. Cempaka mendahulukan menyelamatkan para wanita. Kaki kirinya berpijak pada tanah dan kaki kanannya berpijak pada kereta untuk menahan keseimbangan. “Berjalanlah, perlahan-lahan satu demi satu dengan tenang.” perintah Cempaka. Satu per satu dari mereka melangkah dengan pelan walau dengan hati luar biasa risau. Satu demi satu berhasil selamat dari terjalnya jurang yang merenggut nyawa Akbar, hingga kini hanya tersisa Cempaka dan kotak kayu penting itu saja. Razi baru saja tiba ketika gadis bermata tajam itu masih menimbang dua pilihan antara menyelamatkan diri atau mengambil benda yang dicuri dari para marsose. “Jeumpa, sudah, tinggalkan saja kereta dan isinya. Aku bisa mencari biji besi yang lain.” Razi mengulurkan tangannya ingin membantu Cempaka untuk keluar dari keadaan penuh bahaya. Gadis bermata tajam itu tak menjawab, matanya terus menuju pada kotak kayu yang
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-12-18
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
10
DMCA.com Protection Status