Share

Rawa Berhantu

Dua pemuda pesisir itu hanya diam melihat bahasa isyarat Kenanga. Mereka paham jika situasi yang ditempuh sekarang sangat berat, tetapi hal itu bukanlah keinginan Alif dan Ridwan.

“Kita tetap jalan bertiga. Bersama saja kita mati satu per satu, apalagi jika kami meninggalkanmu seorang diri,” jawab Alif.

Tak ada perubahan air muka gadis bisu itu, ia mengambil langkah ke arah kanan tetap pada pendiriannya. Akbar dan Alif hanya mengikuti dari belakang. Bagi dua pemuda pesisir tersebut, membiarkan seorang wanita berjalan seorang diri dalam keadaan perang seperti sekarang bukanlah tindakan seorang lelaki sejati.

Kenanga tahu jika ia diikuti, meski dua lelaki itu menjaga jarak beberapa puluh langkah darinya. Namun, ia tak ingin melarang, gadis itu hanya mencoba mencari jalan sendiri, sebab telah banyak purnama yang ia lewati dan Cempaka tak kunjung ia temukan.

Gadis itu terdiam beberapa saat, telapak kakinya perih tertusuk duri. Sejak benda pusaka pemberian Datok Panglima dimusnahkan Ali
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status