Home / Romansa / Pernikahan Paksa Pewaris Arogan / Chapter 291 - Chapter 300

All Chapters of Pernikahan Paksa Pewaris Arogan: Chapter 291 - Chapter 300

365 Chapters

291. Pertemuan dengan Maya.

Joanne dan Lucas berjalan di antara pepohonan yang rimbun, diiringi oleh pelayan yang setia mengawasi mereka dengan cermat. Mereka melangkah dengan penuh kegembiraan, mata mereka bersinar-sinar ketika mereka melihat berbagai bunga dan tanaman eksotis yang tumbuh di sepanjang jalan.Saat mereka mendekati taman, mereka melihat seorang wanita tua dengan penuh semangat membersihkan beberapa tanaman yang mulai menguning.Wanita beranbut putih itu terlihat begitu lekat dengan alam di sekitarnya, seperti bagian yang tak terpisahkan dari keindahan yang ada di taman itu."Siapa dia?" tanya Lucas dengan rasa ingin tahu yang besar, matanya terpaku pada wanita itu.Pelayan yang mengiringi langkah mereka tersenyum lembut. "Itu adalah Maya, Nenek kalian," jawabnya dengan penuh kasih. "Dia adalah wanita yang paling mencintai kebun ini, dan dia selalu menjaganya dengan penuh kasih sayang."Joanne dan Lucas terpesona oleh keteguhan Maya. Mereka ingin tahu lebih ban
last updateLast Updated : 2024-03-18
Read more

292. Kecemburuan Silvia

Silvia menatap tajam ke arah neneknya, bibirnya sedikit bergetar. Dia merasa marah dan terkhianati oleh pengakuan neneknya tentang cucu baru.Lucas dan Joanne juga terdiam, tidak tahu apa yang harus mereka katakan atau lakukan di tengah kebingungan yang menyelimuti mereka.Lucas mendekati Maya dan menggengam sebelah tangannya. "Maaf, Nenek. Kami tidak tahu ada cucu lain, apakah kita boleh saling berkenalan, " tanya Lucas dengan suara terbata-bata, mencoba menjelaskan keadaan.Joanne menambahkan, "Kedatangan kami berdua hanya ingin mengenal Anda, Nenek. Kami tidak bermaksud merepotkan siapa pun."Silvia menatap tajam ke arah mereka. "Jadi mereka adalah cucu kandungmu, mereka berhak untuk mengenal keluarga ini, sama seperti kita semua."Gadis kecil itu menaikkan sudut bibirnya lalu menatap Lucas dan Joanne bergantian."Perkenalkan, saya adalah cucu yang paling disayangi oleh Kakek dan Nenek, tentunya sebelum kalian datang dan kemungkinan akan
last updateLast Updated : 2024-03-18
Read more

293. Tamparan untuk Silvia

Maya merenung sejenak sebelum akhirnya menjawab, "Aku mengerti, sayang. Aku akan mencoba lebih baik lagi untuk membuatmu merasa dihargai. Kita akan bicarakan ini lebih lanjut di lain waktu."Sementara itu, Joanne hanya bisa menatap ke bawah dengan wajah yang sedih, terluka oleh perlakuan Silvia. Dia merasa tidak mengerti apa yang telah dilakukannya untuk membuat Silvia begitu marah padanya."Tunggu sebentar," ucap Maya sesaat kemudian. Maya segera menghampiri Joanne dan memeriksa lukanya, sementara Lucas membalas dengan mendorong SilviaLucas mendorong Silvia sampai gadis kecil itu terduduk di lantais, ekspresi kesal tergambar jelas di wajahnya. "Kenapa kamu melakukan itu, Silvia? Apa yang salah denganmu?""Eh?" Maya berusaha menarik Silvia yang ingin menaikkan sebelah tangannya dan melakukan perlawanan terhadap apa yang dilakukan Lucas.Silvia menatap Lucas dengan tajam, masih penuh dengan kemarahan. "Apa yang salah? Yang salah adalah kenyataan bahwa nenek menganggap kalian sebagai
last updateLast Updated : 2024-03-18
Read more

294. Nenek bukan milik kalian!

"Baiklah, kalau begitu, Nenek temani Silvia pergi ke taman untuk bermain. Apakah Nenek mau?"Maya menatap Silvia dengan penuh belas kasihan. "Tentu saja, Silvia. Ayo pergi ke taman bermain.""Kita ajak Lucas dan Joanne sekalian.""Tidak, aku hanya ingin Nenek pergi bersamaku. Sementara kedua anak itu, mereka boleh kembali ke tempat di mana mereka datang tadi."Maya menatap Silvia lalu bergantian ke arah Lucas dan Joanne."Tidak apa-apa, Nenek. Kami memang sudah cukup bermain, kami akan kembali mencari Kakek Rafael."Maya mengembuskan napasnya dengan hati berat, dia sangat tidak menginginkan perpisahan ini, tetapi dia juga tidak mungkin membuat Silvia merasa tersingkirkan karena sebuah tamparan yang tidak dia sadari."Mari kita berangkat," ucap Nenek lalu menggandeng tangan Silvia.Silvia mengangguk dengan ragu, matanya masih memancarkan ketidakpuasan. "Baiklah, tetapi aku tidak tahu apakah aku bisa bersenang-senang dengan situa
last updateLast Updated : 2024-03-19
Read more

295. Kakek Rafael yang bijak

"Apa maksud kalian? Apa yang terjadi di sini tadi?" Achmed bertanya seraya melirik ke arah pelayan yang mengiringi anak-anak tersebut sedari tadi.Pelayan itu mengangguk lalu menghampiri Achmed dan membisikkan sesuatu di telinga Kakek tua itu dengan sopan.Achmed menganggukkan kepala tanda mengerti."Ohh, kalian salah sangka," ucapnya pelan setelah mengerti mengenai situasi yang sedang terjadi.Dengan senyuman hangat, Achmed mendekati kedua anak kecil itu."Kalian tersinggung dengan kelakuan Silvia?"Joanne mengkerucutkan bibirnya dan menggelengkan kepala, sementara Lucas lebih memilih menjawab dengan jujur."Dia mungkin berpikir bahwa kita ingin merebut Kakek atau Nenek, tapi kami tidak pernah berpikiran untuk itu," ucap Joanne pelan dan berhati-hati."Kemarilah, dan beri Kakek sebuah pelukan," ucap Achmed dengan mata berkaca-kaca.Melihat kedua mata Kakeknya yang terasa sebuah ketulusan nan dalam, Joanne bergerak pelan
last updateLast Updated : 2024-03-19
Read more

296. Mari berperang!

Pria tua itu sudah bekerja puluhan tahun sebagai asisten Achmed, tentu saja dia tahu bagaimana cara kerja Achmed setiap saatnya. Dia paling mengerti sifat Achmed yang keras dan sepak terjang pria itu sepanjang hidupnya.Pria itu menundukkan kepalanya dan merasa kalah telak. Nasib putranya akan berada di tangan Achmed kembali dan perjuangannya mendukung Melinda adalah sebuah tindakan sia-sia."Mengapa kamu memutuskan untuk mengkhianatiku? Apakah hal yang diberikan Melinda lebih baik daripada yang dapat kuberikan sepanjang hidupmu?"Pria bernama Bram itu menundukkan kepalanya lalu menghapus air mata yang membasahi kelopak matanya. Seorang pria tidak boleh menangis walau sudah tua, dengan punggung tangannya, Bram segera menyeka airmatanya."Dia memberikan jabatan kepala cabang kepada putraku. Aku sangat tahu bahwa putraku tidak begitu pintar dalam bekerja, tetapi tangan tua ini tidak mampu membantunya. Kemudian Anda ..."Bram melihat ke arah Achmed un
last updateLast Updated : 2024-03-19
Read more

297. Ketakutan Silvia

"Mama, aku boleh masuk?" Silvia mengetuk pintu sang bunda malam-malam. Melinda merasa tubuh dan pikirannya sangat lelah karena sudah bekerja sepanjang waktu, setiap hari dia mengatasi permasalahan di kantor yang sangat banyak, sementara Afgan tidak mampu mengurus apa pun karena masih koma."Tunggu sebentar." Dengan langkah lesu, dan tubuh yang terasa berat, Melinda bergerak untuk membuka pintu kamarnya.Silvia berdiri di depan pintu kamar dengan memeluk bonek kesayangannya."Mama," sapanya dengan kedua mata berkaca-kaca."Kamu kenapa?" Melinda segera menarik tangan Silvia dan membawanya ke dalam pelukan."Aku begitu takut, Mama.""Kemarilah dan ceritakan!"Melinda menggandeng Silvia masuk ke dalam kamar lalu menutup pintu. Dia menuntun anak gadisnya sampai duduk di tepi ranjang.Melinda melangkah ke bar mini dan menuangkan air hangat lalu menyodorkannya kepada Silvia."Minumlah, baru atur napasmu sebelum bercerita."
last updateLast Updated : 2024-03-20
Read more

298. Akankah aku kehilangan Kakek dan Nenek?

Melinda merasakan kelembutan di hatinya saat melihat putrinya yang terguncang. Dia menghampiri Silvia dan meraih tangannya dengan lembut."Tidak, Sayang. Kakek dan nenek tidak akan pernah meninggalkanmu. Kita akan melindungi mereka, bersama-sama. Tapi kita juga harus berhati-hati terhadap siapapun yang berusaha mengganggu kita."Wajah Silvia memancarkan rasa lega, tetapi kekhawatiran masih terlihat di matanya yang berkaca-kaca. "Apa yang akan kita lakukan sekarang, Mama?"Melinda menggenggam tangan Silvia dengan erat. "Kita akan menyelesaikan ini, Sayang. Bersama-sama, kita akan menyelesaikan ini.""Bagaimana menyelesaikannya? tanya Silvia dengan polosMelinda menghela napas dalam-dalam, mencoba merumuskan rencana selanjutnya. "Pertama, kita harus memastikan bahwa siapapun yang mengaku sebagai cucu kandungku benar-benar sah. Kita akan meminta seseorang untuk mencari data keluarga mereka lalu memverifikasi identitas mereka."Silvia mengangguk
last updateLast Updated : 2024-03-20
Read more

299. Bertemu di mall

Dalam kegelisahannya, dia berbisik kepada dirinya sendiri, "Aku takut. Aku takut kehilangan kasih sayang mereka. Apakah mereka akan meninggalkanku karena kedatangan anak-anak itu?"Pikiran-pikiran negatif terus menghantui Silvia, membuatnya semakin gelisah. "Apa yang harus aku lakukan? Bagaimana caranya aku mempertahankan hubungan baik dengan nenek dan kakek?"Namun, di balik air mata dan kekhawatirannya, terbersit juga tekad yang kuat dalam hati Silvia. "Aku tidak boleh menyerah begitu saja. Aku harus berjuang untuk keluargaku. Aku harus menunjukkan bahwa aku layak mendapatkan kasih sayang mereka."Di tengah kegalauannya, Silvia merasakan sebuah kekuatan mengalir dari dalam dirinya. Dia menyadari bahwa dia harus bertindak dan menghadapi situasi ini dengan kepala dingin. Terlepas dari semua rasa takut dan kebimbangan, dia harus tetap berpegang pada kebenaran dan keadilan."Aku tidak boleh menyerah kepada kedua anak yang baru datang itu. Nenek akan tetap m
last updateLast Updated : 2024-03-20
Read more

300. Menunjukkan kekuasaan

"Hai, semuanya. Apa kabar?" kata Joanne dengan ramah. Silvia mengangguk, mencoba tersenyum meskipun hatinya berdegup kencang. "Ya, kami baik," jawabnya dengan suara pelan. "Senang bertemu denganmu, Silvia. Bagaimana bisa kebetulan sekali kita bertemu di sini," kata Joanne sambil tersenyum. Melihat kedua anak itu, Silvia merasa ada sesuatu yang berbeda. Dia melihat kepolosan dan kebaikan di mata mereka, dan dia merasa semakin membenci mereka karena sang nenek selalu tersenyum ramah kepada kedua anak itu. "Sudahkah kamu berkeliling mal?" tanya Kakek Rafael, memecah keheningan. Melinda mengangguk. "Kami baru tiba, tapi kami berencana untuk menjelajahi sekitar." Kakek Rafael tersenyum. Dalam kepala Kakek itu mengingat apa yang dikatakan Achmed mengenai wanita licik yang berada di hadapannya saat ini.  "Baguslah. Kami juga baru saja sampai. Mari kita jelajahi bersama-sama." Silvia merasa sebuah kecemasan yang mendalam saat meli
last updateLast Updated : 2024-03-21
Read more
PREV
1
...
2829303132
...
37
DMCA.com Protection Status