Semua Bab Pernikahan Paksa Pewaris Arogan: Bab 271 - Bab 280

365 Bab

271. Afgan melemah

"Huek ... Huek .... "Afgan memuntahkan d*rah dari mulutnya karena obat penekan kesadaran yang sudah berlebihan. Nancy, perawat yang ditugaskan menjaga dan merawat pria itu segera berlari masuk ke dalam kamar Afgan."T-tuan ...," panggilnya dengan panik pada saat melihat kondisi Afgan.Afgan merasa dunia berputar dengan cepat di sekelilingnya saat ia terjaga dari efek obat penenang yang berlebihan. Setiap napasnya terasa berat dan tersengal, dan rasa mual yang menyiksa mulai menghantuinya. Ketika dia mencoba duduk, tangannya masih dalam kondisi terikat sehingga dia tidak mungkin bisa duduk.Tiba-tiba, dia merasakan sesuatu yang tidak beres dalam perutnya, dan dengan mengerikan, dia mulai muntah darah sekali lagi. Muntahan kedua bercampur dengan makanan yang belum selesai diolah dalam perutnya."Tuan ... "Dengan panik, Nancy segera berlari keluar dan mencari pertolongan."Kakak senior, tolong dulu Tu-tuan Afgan, dia ..."Merasa
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-03-11
Baca selengkapnya

272. Adelia tiba di Indonesia

Dokter itu mengangguk, menunjukkan bahwa dia memahami ketegangan yang dirasakan Melinda. "Kondisinya stabil untuk saat ini. Kami telah memberikan perawatan yang diperlukan, dan dia sedang dalam tahap pemulihan. Tapi dia masih butuh istirahat dan pengawasan ketat.""Sepertinya dia memiliki luka dalam ususnya, saat ini sudah malam, saya sudah memberikan obat antibiotik. Besok pagi dia harus menjalani usg untuk melihat seberapa besar luka yang ada."Relief yang besar melanda Melinda saat dia mendengar berita itu. Meskipun masih penuh kekhawatiran, setidaknya dia tahu bahwa Afgan masih hidup dan ada harapan untuknya."Terima kasih, dokter. Tolong pastikan dia mendapatkan perawatan terbaik," ucap Melinda dengan suara yang penuh terima kasih."Untuk sementara, dia tidak boleh diberikan obat penenang lagi!"Melinda menatap tajam ke arah sang dokter, sambil mempertimbangkan perkataan Dokter tersebut dengan hati-hati. Namun, belum sempat Melinda mengatakan
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-03-11
Baca selengkapnya

273. Drama Melinda

Ketika mobil berhenti di depan mansion Afgan, Adelia merasa detak jantungnya semakin cepat. Sebuah penghunian yang penuh dengan kenangan manis sekaligus pahit.Adelia menghela napas dalam-dalam, mempersiapkan dirinya untuk menghadapi segala kemungkinan. Edward yang mengetahui pergolakkan pikiran wanita cantik itu segera menggenggam tangannya dengan erat."Kamu lapar?" tanya Edward dengan lembut pada saat berada di dalam mobil.Adelia menggelengkan kepalanya pelan sembari memegang perutnya. Walaupun merasa lapar, Adelia merasa tidak ingin menghabiskan waktu lebih banyak. Dia ingin sekali mengetahui kondisi Afgan pada saat ini juga.Mobil yang ditumpangi mereka sampai di mansion satu jam kemudian. Edward segera keluar dari mobil dan menuntun Adelia keluar.Dengan langkah mantap, Adelia menghampiri sekuriti yang berjaga di depan pintu pagar besi yang kokoh dan tinggi mansion tersebut. Tak lama kemudian, petugas sekuriti keluar, dan dia disambut oleh s
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-03-12
Baca selengkapnya

274. Tamu tidak diundang

"Di mana dia sekarang? Bawa kami untuk melihat dan menanyakannya secara langsung."Melinda menatap Adelia dengan ekspresi yang dingin. "Kamu bisa percaya apa pun yang kamu inginkan," ucapnya dengan suara rendah. "Tetapi fakta tetap fakta.""Saat ini, dia sedang tidak berdaya," lanjut Melinda."Maksudmu?" Adelia menatap ke arah Edward. Edward, yang duduk di sebelah Adelia, merasa semakin tertekan oleh ketegangan di ruangan itu. Dia bisa merasakan energi tegang yang tercipta antara kedua wanita itu, seolah-olah udara di sekitarnya menjadi lebih berat.Edward menggenggam sebelah tangan Adelia dengan kuat seolah-olah sedang memberikan dukungan."Dia terkena stroke ringan yang membuat dirinya mengalami kehilangan kesadaran dan juga daya gerak," kata Melinda sambil sesekali menyeka ingusnya yang mengalir akibat menelan cabai rawit sebelum menghadapi Adelia. Wanita itu ingin membuat suasana duka dengan wajah memerah dan bermain seolah-olah dirinya adalah
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-03-12
Baca selengkapnya

275. Jebakan untuk Melinda

Adelia menatap amplop itu dengan penuh perasaan campur aduk. Dia merasa jantungnya berdegup kencang, karena dia menyadari bahwa apa pun yang ada di dalamnya bisa mengubah segalanya."Dengan izin Anda,"  pengacara itu, "saya ingin Anda membuka amplop ini dan mengevaluasi bukti yang ada di dalamnya."Adelia menarik napas dalam-dalam dan mengangguk. Dengan gemetar, dia membuka amplop itu dan mengeluarkan selembar kertas yang berisi bukti yang cukup kuat untuk merubah segalanya."Saya telah memeriksa bukti ini dengan seksama," ucap pengacara itu. "Dan saya yakin bahwa ini akan membuktikan apa yang sebenarnya terjadi dengan Afgan."Dalam keheningan yang hening, Adelia, Melinda, dan Edward membaca bukti yang disajikan oleh pengacara itu dengan mata yang penuh perhatian. Setelah beberapa saat, wajah mereka mencerminkan kejutan, penyesalan, dan kemarahan."Pernyataan ini ditanda tangani oleh seorang perawat bernama Nancy. Dia memang sempat mengambil b
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-03-12
Baca selengkapnya

276. Pertemuan dengan Afgan

Edward, yang diam selama ini, akhirnya menyuarakan pikirannya. "Kami akan kooperatif dalam proses ini dan mencari kebenaran, kami akan melakukan apa yang kami bisa dan menyerahkan semua informasi yang kami tahu," katanya dengan mantap."Saat ini, di manakah Afgan? Kami ingin mengunjunginya," lanjut Adelia dengan penuh harap."Dia masih berada di Rumah Sakit ... " Pengacara itu menundukkan kepalanya dan memedam rasa simpati dalam hatinya sebelum melanjutkan kalimat, "Dia ... masih dalam kondisi hilang kesadaran."Suasana ruangan tetap tegang setelah pengungkapan tersebut, dan pertemuan pun berakhir dengan ketidakpastian tentang apa yang akan terjadi.Adelia dan Edward bergegas menuju ke Rumah Sakit untuk melihat kondisi Afgan saat ini.Adelia merasa sangat gelisah sementara Edward tetap fokus membawa mobilnya dengan laju kecepatan yang stabil.Sementara Melinda memilih diam di rumah dan menatap kosong keluar kaca jendela, memikirkan tindakan
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-03-13
Baca selengkapnya

277. Tolong, bangunlah

"Afgan?" panggil Adelia dengan kedua mata membulat sempurna. Kedua orang itu melangkah masuk mendekati ranjang.Suasana di dalam kamar terasa hening, hanya dipecah oleh desiran suara napas mesin yang membantu pompa jantung dan gemericik jatuhnya air dari rakitan oksigen yang mengalir perlahan.Tubuh Afgan terbujur kaku di atas ranjang rumah sakit, seperti sedang terbawa dalam tidurnya yang tanpa akhir. Pria itu terlelap dalam keadaan koma, wajahnya pucat dan terangkat oleh helaan napas yang berat.Sekelilingnya dipenuhi oleh alat monitor yang menampilkan detak jantung dan tekanan darah yang lemah, sementara infus dan selang-selang terhubung dengan tubuhnya, menjadi tautan hidupnya yang rapuh.Adelia menahan napasnya saat melangkah masuk, hatinya berdegup semakin kencang melihat kondisi Afgan yang rapuh di depannya."Afgan ...," panggilnya pelan dengan suara serak.Dia merasakan kepedihan yang mendalam melihat sosok yang pernah menjadi bagian
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-03-13
Baca selengkapnya

278. Kondisi Afgan

Edward tetap berdiri di sampingnya tanpa daya, menyaksikan momen yang menyentuh hati ini dengan perasaan campuran antara sedih dan haru. Dia memeluk Adelia lebih erat, mencoba memberikan kehangatan dan ketenangan di tengah badai emosi yang sedang mereka hadapi."Dia mendengarkanmu, sayang," ucap Edward dengan penuh keyakinan. "Kamu memberikan kekuatan padanya dengan kata-katamu yang penuh cinta. Percayalah, kita akan melalui ini bersama-sama."Adelia menoleh ke arah Edward, matanya masih berkaca-kaca oleh air mata.Dengan penuh rasa kasih dalam dirinya, Edward menghapus air mata di pipi Adelia dengan jempolnya. "Terasa hangat dan menghancurkan hatiku," gumam Edward dalam hati.Dia merasakan kehadiran dan dukungan yang tak tergantikan dari pria yang dicintainya itu, dan itu memberinya sedikit kelegaan di tengah kegelapan yang melanda."Terima kasih, Edward," ucap Adelia dengan suara yang lembut, menghargai setiap kata dan sentuhan dari pria itu.
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-03-13
Baca selengkapnya

279. Menangislah

"Tolong, beri kami jarak. Kami harus menolongnya saat ini juga. Mohon pengertiannya!" seru perawat itu dengan tegas."Kami mohon maaf! Dokter perlu bekerja untuk menyelamatkan pasien," lanjutnya sambil membungkukkan tubuhnya sedikit untuk menunjukkan rasa hormat miliknya."B-baik," ucap Adelia dengan suara bergetar.Adelia yang terdorong mundur segera mengangguk dan memberikan jarak. Menatap mereka dari sudut kamar dengan hati was-was dan panik.Edward menaikan bahunya karena dia sendiri tidak mungkin jujur dalam perkataannya kepada Adelia.Dengan cermat, para perawat mulai melakukan langkah-langkah darurat untuk menstabilkan kondisi Afgan. Meskipun pria itu masih dalam keadaan tidak sadar, tubuhnya menunjukkan reaksi yang tidak terduga, mencerminkan emosi yang kuat yang mungkin tengah berkecamuk di dalam pikirannya yang terganggu.Beberapa injeksi diberikan sementara Adelia menatap dengan gelisah, menyaksikan upaya penyelamatan yang sedang
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-03-14
Baca selengkapnya

280. Menunggu

Setelah membahas dengan beberapa dokter senior, Akhirnya Dokter yang menangani Afgan memutuskan untuk melakukan operasi.Ketika Afgan ditarik keluar dari kamar, Adelia merasa dunianya hancur. Tangisannya menjadi semakin histeris, rasanya seperti semua dinding emosional yang dia bangun runtuh seketika. Dia merasa hampa, takut akan apa yang mungkin terjadi pada pria yang dia cintai begitu dalam."Maaf, kami harus segera melakukan operasi. Sepertinya dia mengalami pecahnya pembuluh darah pada otaknya. Maaf, silakan beri jalan," ucap dokter tersebut dengan langkah terburu-buru.Edward segera mendekati Adelia yang terisak semakin kencang,  merangkulnya erat-erat dalam usahanya yang putus asa untuk menghibur dan menenangkan Adelia. Dia mencoba menenangkan perasaannya sendiri yang juga kacau-balau, tetapi di saat seperti ini, fokusnya sepenuhnya pada Adelia."Afgan, jangan ... kumohon! Aku sudah datang! Afgan!" teriak Adelia dengan panik dan mulai histeris
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-03-14
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
2627282930
...
37
DMCA.com Protection Status