Home / Romansa / Pernikahan Paksa Pewaris Arogan / Chapter 91 - Chapter 100

All Chapters of Pernikahan Paksa Pewaris Arogan: Chapter 91 - Chapter 100

365 Chapters

91. Afgan, aku mencintaimu!

Malam panas kembali terjadi, napas kedua insan itu menderu-deru. Afgan, dalam kesadarannya menikmati titik-titik sensitif pada tubuh Adelia, membuat Adelia mendesah tanpa sadar. Dalam pikiran mereka terlintas sebuah malam yang pernah mereka alami tanpa sadar. Sesekali, Afgan mengernyitkan alisnya, tetapi setiap dia menghentikan gerakannya, Adelia akan membimbingnya kembali ke dalam gairah yang aneh. "Tidak, ini salah!" seru Afgan tiba-tiba. Sementara Adelia masih meracau tidak jelas karena tubuhnya masih terasa panas walau sudah mandi air dingin. "Adelia, kita tidak bisa berhubungan seperti ini. Kita akan menjalani ... " Perkataan Afgan terhenti, melihat Adelia yang menatapnya dengan mata berair. Wanita itu tahu, apa yang ingin pria itu katakan. Sebuah perceraian! Adelia menarik selimut untuk menutupi tubuhnya yang kelelahan. Malam panas yang sudah hampir terjadi pun batal. Adelia memutar tubuhnya membelakangi Afgan. Perkataan pria itu tergiang dalam telinganya. "Dalam kondisi mab
last updateLast Updated : 2023-11-29
Read more

92. Bukankah kamu baru membeli tas baru seminggu yang lalu?

Bab 93 Sinar matahari merambat masuk melalui celah-celah tirai yang tertiup angin pantai, suara deru ombak yang menyapa membuat Adelia merasa nyaman sekali dalam tidurnya. Wanita itu tersenyum dan memeluk bantalnya dengan sebuah kepuasan yang maksimal dirasakannya. Sepertinya dia bermimpi sedang memadu kasih dan kembali menjalani malam panas dengan pria misterius yang pernah merenggut kehormatannya. "Nyaman sekali, seolah-olah bukan mimpi," gumam Adelia sambil mengelus dada bidang milik Afgan dalam pelukannya. Tiba-tiba Adelia mengelus lebih tubuh pria yang dirasakannya begitu nyata dan sedang dipeluknya dalam tidur. "Mengapa terasa sangat nyata? lekuk dada bidang dan perut berkotak." gumam Adelia dalam hati, masih dengan mata terpejam. "Sudah cukup kamu merabaku? Jangan memancing lagi, biasanya pria tidak akan bisa menahan gairah terutama pagi hari," suara bariton nan arogan milik Afgan terdengar sangat jelas dan dekat. Adelia segera terduduk di ranjang dan melihat ke arah Afga
last updateLast Updated : 2023-11-30
Read more

93. Tamu terhormat ?

Sampai di rumah, Adelia ingin sekali membaringkan tubuhnya yang lelah, tetapi dia mendapatkan panggilan di ponselnya. Layar ponsel menunjukkan nama Mrs. Smith-CEO hotel. Dengan malas, Adelia mengangkat panggilan dari Mrs. Smith. ["Ya, Mrs. Smith. Ada apa?] ["Apa yang kau lakukan? Mengapa tidak datang bekerja hari ini? Bukankah jatah cutimu sudah habis?"] Adelia menjauhkan telinganya karena suara Mrs. Smith yang keras itu memekakkan telinganya. "Aku ... aku sakit," jawab Adelia berbohong. ["Sakit? Kamu berbohong, ada yang melihatmu sedang berjalan-jalan dengan tamu kita, Edward Ofel. Kalian mengarah ke pantai!"] Suara Mrs. Smith membuat Adelia semakin kesal lalu mematikan panggilan. "Edward? siapa yang mengatakannya?" tanya Adelia dengan bingung. Bagaimana bisa dia memiliki pengutit padahal dia tidak pernah merasa penting. Namun, ponselnya kembali berdering. ["Pokoknya kamu harus ke kantor hari ini juga, ada tamu terhormat yang harus kamu urus."] Click! Panggilan terputus se
last updateLast Updated : 2023-12-01
Read more

94. Jangan katakan kalian masih belum sekamar!

Belum sempat Adelia menjawab pertanyaan dari kedua mertuanya, terdengar gedoran keras dari luar pintu. Achmed mengernyitkan alisnya lalu berkata, "Siapa yang berani kurang ajar seperti itu?" Untuk mencegah agar kemarahan kedua mertuanya tidak semakin meningkat, Adelia segera menaikkan kedua tangannya. "Aku akan membuka pintunya, mungkin ada sesuatu yang penting," ucap Adelia sambil melangkah menuju ke arah pintu. Betapa terkejutnya Adelia saat membuka pintu tersebut, karena yang berada di depan pintu adalah Afgan yang sudah memasang wajah dengan aura pembunuh. "Afg ... " Afgan mendorong tubuh Adelia dengan kasar hingga tubuh Adelia mundur ke belakang sambil berkata dengan suara tinggi, "Siapa tamu terhormat yang kau layani sekarang, dasar wanita m... " Perkataan Afgan terputus karena kedua matanya melihat keberadaan kedua orang tuanya yang juga menatapnya dengan wajah heran. "Daa, Dad ... Mom ...," teriak Afgan lalu melangkah memeluk sang ibunda dengan gaya seolah-olah tidak be
last updateLast Updated : 2023-12-02
Read more

95. Sekamar

Adelia dan Afgan terdiam di dalam mobil mewah berbentuk persegi itu. Tidak ada yang bisa mereka lakukan karena Ayah dan Ibunda Afgan yang memegang kendali saat ini. Afgan saja harus menurut apabila ibundanya sudah bersikeras terhadap segala sesuatu, sama seperti malam ini. "Kami akan menikmati liburan kami bersama dengan kalian, kuharap kalian bisa meluangkan waktu walau hanya seminggu," ucap Kanya sambil menepuk-nepuk punggung tangan Adelia dengan senyuman hangat di wajahnya yang berbinar-binar karena merasa senang, sementara Adelia duduk di samping Afgan. Achemed duduk di depan, di samping kursi supir. Mereka berbincang-bincang dengan ramah kecuali Afgan dan Adelia yang lebih memilih untuk diam. "Bagaimana bila kita pergi ke bioskop malam ini, Mom ingin melihat serial action terbaru," ucap Kanya tiba-tiba. "Tidak usah, bukankah di dalam mansion juga ada ruang movie? Papa memiliki banyak pekerjaan, kalian bisa menonton di mansion sementara Afgan dan Papa bisa membahas beberapa ma
last updateLast Updated : 2023-12-03
Read more

96. Kamu bahkan tidak bisa menjadi seorang pria sejati!

Bab 97 Kamar yang dihiasi dengan bunga-bunga segar dan aroma lilin yang harum menciptakan suasana romantis. Adelia dan Afgan duduk di ujung tempat tidur, wajah mereka mencerminkan kecanggungan. Dalam hati, mereka mempertanyakan bagaimana kamar mereka seperti sengaja dipersiapkan dengan indah seperti layaknya untuk pasangan yang akan menjalani malam pertama. Adelia duduk di tepi ranjang yang mewah itu dengan nada kesal lalu berkata, "Ini sungguh tidak masuk akal, Afgan. Mengapa kita harus dinikahkan begitu saja? Kita bahkan tidak saling mencintai." Afgan coba menenangkan Adelia dengan duduk di sampingnya. "Kita bisa membuat ini berjalan dengan baik. Mungkin kita akan menemukan kesamaan di antara perbedaan kita," ucap Afgan lalu menatap kedua mata bening Adelia dalam-dalam. Mereka saling menatap cukup lama sebelum akhirnya Adelia mendengkus dan mengerutkan kening karena teringat dengan panggilan ponsel Afgan yang membelikan tas mewah untuk Melinda, sementara dia tidak pernah membeli
last updateLast Updated : 2023-12-04
Read more

97. Pertengkaran tidak dapat dicegah

Afgan mendekatkan diri dan mencengkram leher kemeja Adelia, "Kamu tahu apa, Adelia? Kamu tidak mengerti sepenuhnya apa yang terjadi di hidupku. Kamu tidak tahu bagaimana aku berjuang untuk mencapai ini." "Berjuang? Kamu hanya membuat alasan. Kamu tidak bisa memberikan apa-apa yang aku butuhkan dari seorang suami." "Lepaskan!" teriak Adelia. Afgan buru-buru melepaskan tangannya. Afgan mengernyitkan alisnya lalu bertanya. "Memangnya, apa yang kau butuhkan dari seorang suami?" Adelia terdiam dan merasa pria di hadapannya itu sangat bodoh. Dia terlalu sibuk memberikan semuanya kepada Melinda, sementara dia tidak pernah memperhatikannya sebagai seorang istri. Afgan berusaha tenang lalu berkata, "Jika kamu memberiku kesempatan, mungkin kita bisa memahami satu sama lain. Jangan membuat kesimpulan terlalu cepat." Adelia mencibir, "Tidak ada kesempatan yang bisa mengubah kenyataan, Afgan. Kamu hanyalah penyesalan besar dalam hidupku." Atmosfer kamar semakin tegang. Pertengkaran mencapai
last updateLast Updated : 2023-12-05
Read more

98. Kita bertemu di hotel tempatmu bekerja besok?

Melihat Adelia yang melangkah ke kamar mandi, Afgan merasakan frustasi yang memuncak seiring pertengkaran yang semakin intens. Dia memutuskan untuk mengambil nafas segar dan tidur di kamar lain, berharap jeda sejenak bisa membantu meredakan ketegangan. Afgan mengambil bantal dan bersiap-siap untuk membuka pintu, tetapi di saat yang sama, dia melihat ayahnya berdiri tak jauh dari pintu. Achmed mencari minuman segar dan tanpa sengaja berpapasan dengan kehadiran Afgan yang memeluk bantal. Dengan sorot mata penuh kecurgiaan Achmed membuka suara, "Afgan, ada apa denganmu? Mengapa kamu memeluk bantal dan selimut? Apakah ini menandakan kamu hendak tidur di kamar lain?" Afgan tertegun, tidak menyangka bahwa ayahnya ada di sana. Tatapannya yang tajam seakan-akan membaca setiap ketegangan yang dirasakannya. Afgan menghela nafas, "Tidak, bantal dan selimut ini jumlahnya terlalu banyak. Aku sekalian keluar hanya butuh waktu sendiri untuk mencari minuman segar." Achmed menyodorkan sebotol minum
last updateLast Updated : 2023-12-06
Read more

99. Serba canggung.

Kebersamaan dalam sarapan adalah sesuatu yang membuat Adelia canggung. Selama ini, dia selalu sarapan sendiri di hotel. Jadwal yang padat dan harus menerima pekerjaan sampingan, membuat dia juga sering lupa sarapan. Adelia duduk di samping Afgan, berhadapan dengan seberangnya adalah Kanya, sementara Achmed duduk di tengah-tengah mereka. "Ambillah yang kamu mau, tidak usah malu-malu," ucap Kanya dengan lembut. "Kamu harus makan banyak agar sehat dan cepat bisa memberikan cucu kepada kami, ayo ..." ajak Kanya. Adelia menelusuri meja mewah yang ada di hadapannya, roti dengan selai. Bubur kacang hijau, kacang merah, bihun goreng dan berbagai macam menu sarapan lainnya. Adelia heran bagaimana bisa menghabiskan semua ini, sementara mereka hanya berempat. "Aku minta bubur saja, Mom." Kanya mengangguk lalu menjulurkan semangkuk besar bubur ke hadapan Adelia yang malu-malu. Achmed juga segera memberikan ikan teri goreng dan kacang goreng sebagai cemilan di atas bubur. Walau pun di atas
last updateLast Updated : 2023-12-07
Read more

100. Tolong Selamatkan Istriku!

Afgan masih membahas urusan kerjanya pada saat mendengar suara teriakan dari salah seorang pelayan. Achmed dan Afgan saling bertatapan untuk menyakinkan bahwa mereka memang mendengar teriakan panik dari salah seorang penghuni mansion tersebut. "Apa yang terjadi?" Afgan menaikkan bahunya menanggapi pertanyaan sang ayah. Pria itu segera menghampiri jendela di mana suara terdengar lebih jelas. "Adelia?" Dengan bergegas, Afgan keluar dari ruangan kerja sang ayah. Bersama-sama mereka menghampiri asal suara tersebut. Kanya juga keluar dari kamarnya dan mereka berpapasan di jalan menuju ke ruangan Adelia. Pintu dibuka dan tampak pelayan kecil sedang berusaha menahan agar tubuh Adelia tetap dalam posisi terduduk di ranjang. "Apa yang terjadi?" tanya Afgan dengan panik lalu membantu menahan tubuh sang istri yang sudah memerah seluruhnya. "Dia alergi!" pekik Kanya menyadarkan semua orang yang berada di sana. "Cepat panggil Dokter!" perintah Achmed dengan rasa terkejut yang besar. Seme
last updateLast Updated : 2023-12-08
Read more
PREV
1
...
89101112
...
37
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status