Home / Romansa / Pernikahan Paksa Pewaris Arogan / 100. Tolong Selamatkan Istriku!

Share

100. Tolong Selamatkan Istriku!

Author: Runayanti
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56
Afgan masih membahas urusan kerjanya pada saat mendengar suara teriakan dari salah seorang pelayan.

Achmed dan Afgan saling bertatapan untuk menyakinkan bahwa mereka memang mendengar teriakan panik dari salah seorang penghuni mansion tersebut.

"Apa yang terjadi?"

Afgan menaikkan bahunya menanggapi pertanyaan sang ayah. Pria itu segera menghampiri jendela di mana suara terdengar lebih jelas.

"Adelia?"

Dengan bergegas, Afgan keluar dari ruangan kerja sang ayah. Bersama-sama mereka menghampiri asal suara tersebut.

Kanya juga keluar dari kamarnya dan mereka berpapasan di jalan menuju ke ruangan Adelia.

Pintu dibuka dan tampak pelayan kecil sedang berusaha menahan agar tubuh Adelia tetap dalam posisi terduduk di ranjang.

"Apa yang terjadi?" tanya Afgan dengan panik lalu membantu menahan tubuh sang istri yang sudah memerah seluruhnya.

"Dia alergi!" pekik Kanya menyadarkan semua orang yang berada di sana.

"Cepat panggil Dokter!" perintah Achmed dengan rasa terkejut yang besar.

Seme
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Pernikahan Paksa Pewaris Arogan   101. Kelembutan seorang Afgan bisa menarik hatiku!

    Adelia terbangun dengan perut yang lapar. Dengan kepala yang masih terhuyung, Adelia melirik Afgan tertidur di sampingnya. "Sepertinya dia kelelahan menungguiku. Aku akan ke dapur untuk mencari sedikit makanan," gumam Adelia lalu pelan-pelan duduk di tepi ranjang. Baru saja wanita itu hendak berdiri sambil memegang tongkat infusnya, terdengar suara bariton dari Afgan yang merasakan pergerakkan kecil di ranjang. "Mau ke mana?" Adelia segera menoleh. "Aku mau ke kamar mandi." Dengan langkah malas, Afgan berdiri lalu melangkah ke sisi lain dari ranjang, memegang tongkat sambil menguap. "Jalan ... " perintahnya. Adelia sebenarnya hanya beralasan ingin ke kamar mandi, padahal dia sangat kelaparan karena hanya sempat mengisi perut dengan semangkuk bubur tadi pagi. Dengan langkah terpaksa, Adelia menuju ke kamar mandi. "Kamu ikut juga?" Adelia melotot dan merasa tidak senang. Bagaimana dia bisa melakukan ritual pribadinya bila Afgan ikut serta? "Memangnya saya tidak pernah melihat se

  • Pernikahan Paksa Pewaris Arogan   102. Hubungan yang canggung.

    Adelia sama sekali tidak tahu bahwa Afgan masuk kembali ke kamar beberapa jam kemudian. Dengan tubuh yang lelah, Afgan membaringkan dirinya ke sebelah Adelia lalu tertidur. Sebelumnya, Afgan memberikan kecupan penuh kasih sayang kepada Adelia. Afgan memandang wajah istrinya yang sudah lelap dalam tidurnya. Ada sebuah desiran yang sungguh tidak dapat dia sangkal. Sebuah perasaan ingin menyayangi wanita yang berbaring di sampingnya tersebut. Afgan lalu menatap langit-langit kamar dan merenung cukup lama sebelum akhirnya tertidur. *** Samar-sama, Adelia merasa terganggu atas dering ponsel Afgan. Walau pun deringan sudah diatur supaya kecil suaranya, tetapi suara berisik itu sungguh menganggu. Dengan mata masih berat dan mengantuk, Adelia menggerutu. "Angkatlah ponsel yang berdering ini? Siapa yang suka kali menganggu tidurku!" Afgan tersadar bahwa itu adalah ponselnya. Dengan langkah malas, Afgan berdiri lalu mengangkat ponselnya. "Hmmm." "Aku masih mengantuk." "Tidak kerja har

  • Pernikahan Paksa Pewaris Arogan   103. Sebuah liontin yang istimewa untukmu.

    "Aku sudah siap," ucap Adelia pelan. Dengan masih menahan rasa malu, dia hanya berhasil memakai handuk untuk membungkus tubuhnya. Tiang infus yang tersambung dengan jarum infus pada tangannya membuat dia kesulitan untuk memakai pakaian. Afgan segera masuk ke kamar mandi dan membantu menarik tiang infus, mereka berjalan perlahan menuju ke ranjang dan Adelia lalu duduk di atasnya. "Kamu jangan berpakaian dulu, biarkan aku mengoleskan salep." Dengan telaten, Afgan mengoleskan salep anti gatal di bagian yang tampak pada kulit putih nan lembut milik Adelia. Afgan berulang kali menelan salivanya karena sebagai pria normal, Adelia terlihat sangat menawan di matanya. Kulit yang putih mulus berbarengan dengan beberapa bagian yang terpapar reaksi alergi berwarna merah muda. Dalam pikiran Afgan, wanita yang berada di sampingnya ini termasuk sangat cantik sekali. Afgan merasa pasti akan bisa menyayangi istrinya secara penuh bila tidak teringat malam naas yang aneh bagi dia dan juga Adelia.

  • Pernikahan Paksa Pewaris Arogan   104. Aku tahu, kamu sangat menyayanginya

    Afgan menatap ponselnya dengan wajah penuh kebingungan. Adelia memperhatikan reaksi Afgan dan bertanya, "Siapa itu, Afgan?" Padahal dia sudah tahu dengan jelas bahwa Melinda yang sudah menghubungi Afgan beberapa kali dan menganggu kebersamaan mereka dari tadi. Afgan menjawab dengan suara terbata, "Ini Melinda. Dia tiba-tiba datang ke kota ini." Adelia merasa hatinya berdebar. "Apa yang dia inginkan?" "Aku tidak yakin. Dia bilang dia sudah sampai di bandara," jawab Afgan sambil menyusun kata-kata untuk menghadapi situasi yang tak terduga ini. Afgan melirik Adelia yang tiba-tiba diam. "Adelia, apakah kau baik-baik saja?" tanya Afgan mulai khawatir. Adelia mengangguk, mencoba menenangkan Afgan. "Ya, aku baik-baik saja. Kita lihat saja apa yang dia inginkan. Ini mungkin hanya kebetulan." Mereka memutuskan untuk melanjutkan perjalanan mereka di pusat perbelanjaan, meskipun atmosfer kebahagiaan sebelumnya agak terganggu. Afgan mencoba memusatkan perhatiannya pada Adelia, tetapi bayang

  • Pernikahan Paksa Pewaris Arogan   105. Kamu tetap murahan dan tidak berubah!

    Saat Adelia tengah merenung di taman, tiba-tiba dia merasa diawasi. Dia menoleh ke sekitarnya dan melihat sekumpulan pria yang berdiri tidak jauh dari tempatnya duduk. Sorot mata mereka penuh dengan keingintahuan yang tidak diinginkan, dan tawa mereka terdengar di udara malam. "Kemarilah cantik, di sini banyak teman untuk curhat!" Suara pria itu terdengar mengerikan bagi Adelia. Adelia merasa tidak nyaman dan segera mencoba mengabaikan mereka, fokus pada pikirannya yang sedang kacau. Namun, kelompok pria itu mendekat dengan sikap yang semakin mengganggu. Mereka mulai berbisik-bisik dan tertawa keras, menimbulkan ketidaknyamanan yang semakin membesar di dalam Adelia. Merasa terganggu, Adelia berdiri dan mencoba untuk menjauhi mereka. Namun, kelompok pria itu terus mengikuti dan mengelilinginya dengan nada bicara yang semakin kasar. Adelia merasa takut dan tidak tahu harus berbuat apa. Saat situasi semakin memanas, tiba-tiba seseorang muncul dari kegelapan taman. Edward, yang melaca

  • Pernikahan Paksa Pewaris Arogan   106. Tidak ada yang perlu dijelaskan! Sudah cukup!

    Afgan tidak memberikan kesempatan untuk Adelia menanggapi. Sebaliknya, Adelia membalasnya dengan pertanyaan yang membuat suasana semakin tegang, "Dan kamu boleh menemani wanita lain di hotel itu juga?" Afgan terdiam dan menolehkan wajahnya ke arah lain. Tidak sudi melihat ke arah Adelia. Dia sendiri menyadari bahwa dia sedang bertemu dengan Melinda dan makan malam bersama tanpa mengingat tentang Adelia sama sekali. Adelia, yang sudah merasa hancur dan kecewa, mencoba untuk menjelaskan, "Afgan, aku tidak tahu bahwa kamu akan ada di sana. Edward hanya membantu aku setelah kejadian di taman." Afgan hanya menggelengkan kepala dengan sinis, "Tidak ada yang perlu dijelaskan. Sudah cukup." Pria arogan itu merasa tidak ingin dijerumuskan dengan kesalahan yang dia merasa tidak diperbuatnya sama sekali. Dia merasa dengan Melinda, dia hanya berusaha beramah tamah dan menganggap makan malam bersama seorang teman. Tidak melakukan hal aneh apa pun yang bisa dikategorikan sebagai sebuah pengkhia

  • Pernikahan Paksa Pewaris Arogan   107. Saya tidak berselingkuh, ini semua salah paham!

    Namun, Afgan tidak bersedia mendengarkan penjelasan lebih lanjut. Dia menunjukkan rasa kecewanya yang mendalam dan melangkah keluar dari ruang keluarga, meninggalkan Adelia yang terduduk dengan penuh kesedihan dan penyesalan. Ayah Afgan mencoba meredakan konflik, tetapi rasa kecewa dan pengkhianatan tampaknya telah mengukir kesenjangan yang dalam di antara anggota keluarga tersebut. Sementara Kanya, Ibunda Afgan hanya bisa menelan saliva berkali-kali. Dia tetap diam dan memandang kecewa ke arah Afgan juga Adelia. Adelia, yang merasa marah dan terhina karena tidak dipercayai oleh Afgan, akhirnya memutuskan untuk memberikan kebenaran yang sebenarnya. Adelia menyusul langkah Afgan sebelum pria arogan itu keluar dari kamar dan menepuk bahunya lalu berbicara dengan nada yang tajam, "Afgan, jika itu yang kau inginkan, maka dengarkan. Setelah kau meninggalkan aku di pusat perbelanjaan tadi, kau pergi menemui Melinda. Kau yang memilih untuk bertemu dengannya!" Afgan mengerutkan kening, me

  • Pernikahan Paksa Pewaris Arogan   108. Sambutan hangat karena Ofel adalah tamu yang tidak biasa

    Bab 109. Afgan terlelap dalam tidurnya, bersembunyi di dunia mimpi yang tak terduga. Suasana damai seketika tergantikan oleh kekacauan. Suara gemuruh, nyala api, dan jeritan meresap ke dalam mimpi Afgan. "Tidak, jangan! Bik Minah!" teriak Afgan dengan suara gemetar, mencoba menyuarakan ketakutan yang memenuhi hatinya. Namun, di dunia mimpi ini, tidak ada yang mendengarkan atau merespon. Afgan merasakan panas yang menusuk dari nyala api yang tak terkendali. Adelia terbangun dengan terkejut karena teriakan Afgan yang menggema di seluruh ruangan. Langkahnya yang terburu-buru membawanya mendekati sofa tempat Afgan tertidur. Adelia mencoba dengan lembut membangunkan Afgan, tetapi reaksi pria itu tak terduga membuatnya terkesiap. Afgan memukul tanpa arah. "Dah, mimpi saja rusuh!" geram Adelia dengan sedikit frustrasi. Dia merasakan sentuhan keras Afgan ketika mencoba membangunkannya. Adelia memilih untuk tidak terlalu memperpanjang insiden tersebut, memahami bahwa Afgan mungkin masih dal

Latest chapter

  • Pernikahan Paksa Pewaris Arogan   TAMAT

    "Selamat ulang tahun, Sayang," ucap Afgan seraya mengecup mesra kening istrinya. Adelia terlihat cantik dalam gaun berwarna merah muda, memancarkan pesona yang memikat semua orang yang hadir. Senyumnya yang menawan membuat suasana semakin hangat dan penuh kebahagiaan.Taman yang indah menjadi latar belakang acara tersebut, dihiasi dengan dekorasi menarik yang dipenuhi balon berwarna-warni. Meja-meja penuh dengan hidangan lokal yang menggugah selera.Afgan sengaja mempersiapkan semua makanan khas lokal Indonesia supaya dapat mencerminkan kekayaan budaya dan rasa yang istimewa. Semua tamu yang diundang tampak menikmati setiap momen, tertawa dan berbincang dalam suasana yang meriah.Afgan sengaja memilih suasana taman ini untuk memberikan kesan alami dan romantis. Cahaya lampu hias yang tergantung di antara pepohonan menambah kehangatan malam itu, menciptakan suasana yang sempurna untuk merayakan ulang tahun Adelia."Tempat ini benar-benar indah, Afgan," kat

  • Pernikahan Paksa Pewaris Arogan   Kamu nakal!

    Nama itu terdengar seperti melodi yang manis di telinganya, dan wajahnya muncul di dalam bayangan gelap di hadapannya.Lima tahun yang lalu, mereka bertemu dalam sebuah acara pesta, di mana keponakannya, Edward, membawa Adelia sebagai pasangan dansa.Adam masih ingat betapa terpesonanya dia saat itu oleh kehadiran Adelia. Wajah dan penampilan wanita itu sangat mirip dengan mendiang istrinya, membuatnya tercengang dan tak bisa berkedip.Adelia, dengan senyum manisnya dan gerakannya yang anggun, menyihirnya dalam sekejap.Dalam kilatan lampu pesta, Adam melihat bayangan istrinya yang telah tiada, dan dia merasakan hatinya tergetar oleh gelombang nostalgia dan kesedihan yang mendalam.Ketika mereka memiliki kesempatan untuk berdansa sebagai pasangan, Adam merasa seperti dia berada di alam semesta yang sama sekali berbeda, di mana waktu berhenti berputar dan kehilangan tidak lagi terasa menyakitkan.Tetapi, seiring malam berakhir, kenyataan kemb

  • Pernikahan Paksa Pewaris Arogan   Adam dan Adelia

    Adam membalas senyuman wanita itu dengan senyuman manis. "Maka aku akan menjadi milikmu."Sekali lagi mereka berciuman dengan penuh gairah. Sarah terhanyut dan merasa tidak berdaya, tetapi dalam ruang kecil hatinya yang tersisa, dia tahu dengan pasti bahwa Adam bukanlah tipe pria yang akan dengan mudah jatuh hati padanya.Dia menyadari bahwa perasaan Adam padanya hanyalah alat yang dimanfaatkannya untuk menyakiti Melinda lebih dalam lagi. Tetapi, meskipun dia sadar akan ini, dia terus menekan perasaannya sendiri, membiarkan dirinya larut dalam penipuan terhadap hatinya.Setiap hari, Sarah merasa semakin terjebak dalam permainan Adam. Dia memberi dirinya alasan bahwa ini adalah cara untuk menjaga Melinda tetap aman, meskipun di lubuk hatinya, dia tahu bahwa ini hanya sebuah pembenaran dari nafsu dan ketakutan akan kehilangan Adam.Saat malam tiba, Adam mengajaknya keluar untuk makan malam romantis, dan Sarah setuju tanpa ragu.Meskipun dia menyadari

  • Pernikahan Paksa Pewaris Arogan   Tunggu Pembalasanku!

    Melinda menggelengkan kepala, matanya kosong memandang ke dalam ruangan. "Aku tidak tahu," ucapnya pelan. "Aku merasa seperti semua impianku hancur, seperti tidak ada lagi yang bisa kuinginkan."Sarah merangkulnya lebih erat. "Tetapi, Melinda, kamu masih punya banyak hal di depanmu. Kehidupanmu tidak berakhir di sini."Melinda menatap sahabatnya dengan pandangan yang penuh keraguan. "Tapi bagaimana aku bisa melupakan semua ini? Bagaimana aku bisa mempercayai seseorang lagi setelah ini?""Bagaimana membuktikan kebenaran bahwa aku hanya difitnah oleh Adam? Semua ini adalah jebakannya."Sarah tersenyum lembut. "Kamu mempunyai hak untuk didampingi seorang pengacara hukum, aku akan mengurusnya dan percayalah, tidak semua pria seperti Adam. Semua ini mungkin hanya salah paham."Melinda mengernyitkan alisnya perlahan, mencoba menyerap kata-kata yang diucapkan oleh Sarah. Namun, perjalanan untuk pulih dari luka ini masih terasa sangat jauh baginya dan kebe

  • Pernikahan Paksa Pewaris Arogan   Teman lama atau jebakan baru?

    Adam tersenyum dengan licik lalu melanjutkan kalimatnya di depan microphone yang sedang dipegang."Yayasan Melinda i-care sudah menipu publik dengan penjualan tiket konser di acara pertandingan baseball ini. Seharusnya saya mendapatkan applause untuk keberhasilan menjebak pelaku yang sudah menipu tiket kalian, bukan?"Perkataan Adam mendapat seru riuh dari para penonton. Mereka merasa keadilan sudah ditegakkan untuk mereka.Dua orang polisi wanita segera menarik dan memasangkan borgol ke tangan Melinda yang disatukan di belakang punggungnya."I-ini tidak benar! Kamu jahat sekali!" seru Melinda sambil berusaha meronta, tetapi dua orang yang memegangnya sangat kuat."Kamu juga melakukan hal yang sama terhadap keluarga Al-Futtaim, Sayang. Adelia adalah seorang wanita yang baik. Bila saya arus memilih, maka saya akan memilih Adelia menjadi istri yang layak menggantikan mendiang istriku karena wanita itu memiliki semua yang tidak kamu miliki."Me

  • Pernikahan Paksa Pewaris Arogan   Yayasan apa?

    Melinda merenggangkan lehernya, mencoba untuk melihat lebih jelas ke arah panggung yang sedang disiapkan di tengah lapangan.Ia merasa detak jantungnya semakin kencang seiring dengan lama menunggu. Hari ini adalah hari yang ia tunggu-tunggu dengan penuh harap.Adam Offel, telah memberinya petunjuk bahwa hari ini akan menjadi salah satu yang tak terlupakan. Dia ingin memberikan kesempatan kedua kepada pria itu.Dengan gaun pengantin yang indah melilit tubuhnya, Melinda merasa seperti sang ratu yang siap menerima mahkota kebahagiaan. Tetapi, di tengah kerumunan, ia tidak melihat bayangan Adam yang diharapkannya. Ketidakpastian mulai merayap di dalam pikirannya.Melinda duduk di kursi yang sudah disediakan khusus untuknya. Menyaksikan pertandingan dengan perasaan tidak menentu.Tiba-tiba, lampu-lampu sorot mulai menyala, dan kerumunan berbisik-bisik dengan kegembiraan yang menggelora. Melinda merasakan kegelisahan memenuhi dadanya ketika seseorang mel

  • Pernikahan Paksa Pewaris Arogan   Hari yang ditentukan

    Setelah sampai di sana, Melinda langsung berpura-pura bertanya, mencari informasi, namun tidak ada yang mengetahui acara lain selain acara baseball yang memang setiap akhir pekan dilaksanakan di sana."Besok yang bertanding adalah group banteng dengan group singa. Apakah Anda ingin membeli tiket?" tanya petugas tanpa mencurigai apa pun.Wajah dan reaksinya datar, bahkan dia malas untuk melihat ke arah orang yang menanyakan tiket."Baik, terima kasih, aku sudah punya tiket masuk," sahut Melinda lalu bergerak keluar meninggalkan gedung.Malam harinya, wanita itu tidak bisa tidur. Sama sekali tidak bisa memberi istirahat kepada matanya yang sudah lelah.Sesekali dia mematut dirinya di depan cermin dengan memegang gaun yang indah.Keesokan harinya, Melinda terbangun dengan mata yang terasa berat di bawah kelopaknya. Goresan-goresan hitam di sekitar matanya menandakan betapa dalamnya tidur yang dia alami."Mama?" Silvia masuk ke kama

  • Pernikahan Paksa Pewaris Arogan   Paket misterius

    Bel pintu berbunyi, membuyarkan lamunannya yang dalam. Melinda menghela napas dalam-dalam, merenggangkan otot-ototnya yang tegang, lalu beranjak menuju pintu dengan langkah gontai. Dia menghirup udara dalam-dalam, mencoba menenangkan diri sebelum membuka pintu."Siapa ya yang datang sekarang?" gumamnya pelan.Dengan ragu, ia membuka pintu dan dihadapkan pada seorang pria pengantar paket yang tersenyum ramah di depannya. Paket besar berwarna cokelat muda tergeletak di depan kakinya."Maaf mengganggu, Ma'am. Ini paket untuk Anda," kata pria itu sambil menyodorkan sebuah formulir pengiriman.Melinda mengangguk, mengambil formulir tersebut, dan menandatangani dengan cepat. Pikirannya masih melayang-layang antara rasa penasaran dan kekhawatiran.Pria pengantar itu kemudian menyerahkan paket tersebut kepadanya dengan senyuman hangat sebelum bergegas pergi. Melinda menutup pintu dan kembali ke dalam rumah dengan paket besar yang terasa begitu misterius di tangannya.Dengan hati-hati, ia memb

  • Pernikahan Paksa Pewaris Arogan   Aku harus membalas dendam

    "Maaf, Nyonya Melinda. Kami hendak memberitahukan bahwa bahan material bangunan yang dipesan atas nama Melinda i-care sudah jatuh tempo. Sejumlah satu Milyar!"Hatinya berdegup kencang. Bagaimana mungkin dia berutang sebanyak itu atas sebuah proyek bangunan?"S-saya tidak pernah memesan apa pun," sahut Melinda dengan suara terputus-putus.Melinda berusaha memeriksa ingatannya, mencari-cari jejak apa pun yang bisa menjelaskan situasi ini, tetapi tidak ada yang muncul. Rasanya seperti terjatuh ke dalam jurang tanpa dasar."Maaf, saya tidak yakin tentang hutang ini," ucap Melinda dengan suara gemetar, mencoba menutupi kepanikannya."Seseorang bernama Tuan Adam yang mengurus semuanya," sahut penagih hutang dengan nada tajam. "Dan dia menyatakan bahwa Anda bertanggung jawab atas pembayarannya. Bukankah semua material itu dikirim kepada Melinda i-care?"Melinda menelan salivanya yang terasa pahit, merasa seakan-akan dunianya runtuh sek

DMCA.com Protection Status