Home / Romansa / Pernikahan Paksa Pewaris Arogan / Chapter 101 - Chapter 110

All Chapters of Pernikahan Paksa Pewaris Arogan: Chapter 101 - Chapter 110

365 Chapters

101. Kelembutan seorang Afgan bisa menarik hatiku!

Adelia terbangun dengan perut yang lapar. Dengan kepala yang masih terhuyung, Adelia melirik Afgan tertidur di sampingnya. "Sepertinya dia kelelahan menungguiku. Aku akan ke dapur untuk mencari sedikit makanan," gumam Adelia lalu pelan-pelan duduk di tepi ranjang. Baru saja wanita itu hendak berdiri sambil memegang tongkat infusnya, terdengar suara bariton dari Afgan yang merasakan pergerakkan kecil di ranjang. "Mau ke mana?" Adelia segera menoleh. "Aku mau ke kamar mandi." Dengan langkah malas, Afgan berdiri lalu melangkah ke sisi lain dari ranjang, memegang tongkat sambil menguap. "Jalan ... " perintahnya. Adelia sebenarnya hanya beralasan ingin ke kamar mandi, padahal dia sangat kelaparan karena hanya sempat mengisi perut dengan semangkuk bubur tadi pagi. Dengan langkah terpaksa, Adelia menuju ke kamar mandi. "Kamu ikut juga?" Adelia melotot dan merasa tidak senang. Bagaimana dia bisa melakukan ritual pribadinya bila Afgan ikut serta? "Memangnya saya tidak pernah melihat se
last updateLast Updated : 2023-12-09
Read more

102. Hubungan yang canggung.

Adelia sama sekali tidak tahu bahwa Afgan masuk kembali ke kamar beberapa jam kemudian. Dengan tubuh yang lelah, Afgan membaringkan dirinya ke sebelah Adelia lalu tertidur. Sebelumnya, Afgan memberikan kecupan penuh kasih sayang kepada Adelia. Afgan memandang wajah istrinya yang sudah lelap dalam tidurnya. Ada sebuah desiran yang sungguh tidak dapat dia sangkal. Sebuah perasaan ingin menyayangi wanita yang berbaring di sampingnya tersebut. Afgan lalu menatap langit-langit kamar dan merenung cukup lama sebelum akhirnya tertidur. *** Samar-sama, Adelia merasa terganggu atas dering ponsel Afgan. Walau pun deringan sudah diatur supaya kecil suaranya, tetapi suara berisik itu sungguh menganggu. Dengan mata masih berat dan mengantuk, Adelia menggerutu. "Angkatlah ponsel yang berdering ini? Siapa yang suka kali menganggu tidurku!" Afgan tersadar bahwa itu adalah ponselnya. Dengan langkah malas, Afgan berdiri lalu mengangkat ponselnya. "Hmmm." "Aku masih mengantuk." "Tidak kerja har
last updateLast Updated : 2023-12-10
Read more

103. Sebuah liontin yang istimewa untukmu.

"Aku sudah siap," ucap Adelia pelan. Dengan masih menahan rasa malu, dia hanya berhasil memakai handuk untuk membungkus tubuhnya. Tiang infus yang tersambung dengan jarum infus pada tangannya membuat dia kesulitan untuk memakai pakaian. Afgan segera masuk ke kamar mandi dan membantu menarik tiang infus, mereka berjalan perlahan menuju ke ranjang dan Adelia lalu duduk di atasnya. "Kamu jangan berpakaian dulu, biarkan aku mengoleskan salep." Dengan telaten, Afgan mengoleskan salep anti gatal di bagian yang tampak pada kulit putih nan lembut milik Adelia. Afgan berulang kali menelan salivanya karena sebagai pria normal, Adelia terlihat sangat menawan di matanya. Kulit yang putih mulus berbarengan dengan beberapa bagian yang terpapar reaksi alergi berwarna merah muda. Dalam pikiran Afgan, wanita yang berada di sampingnya ini termasuk sangat cantik sekali. Afgan merasa pasti akan bisa menyayangi istrinya secara penuh bila tidak teringat malam naas yang aneh bagi dia dan juga Adelia.
last updateLast Updated : 2023-12-11
Read more

104. Aku tahu, kamu sangat menyayanginya

Afgan menatap ponselnya dengan wajah penuh kebingungan. Adelia memperhatikan reaksi Afgan dan bertanya, "Siapa itu, Afgan?" Padahal dia sudah tahu dengan jelas bahwa Melinda yang sudah menghubungi Afgan beberapa kali dan menganggu kebersamaan mereka dari tadi. Afgan menjawab dengan suara terbata, "Ini Melinda. Dia tiba-tiba datang ke kota ini." Adelia merasa hatinya berdebar. "Apa yang dia inginkan?" "Aku tidak yakin. Dia bilang dia sudah sampai di bandara," jawab Afgan sambil menyusun kata-kata untuk menghadapi situasi yang tak terduga ini. Afgan melirik Adelia yang tiba-tiba diam. "Adelia, apakah kau baik-baik saja?" tanya Afgan mulai khawatir. Adelia mengangguk, mencoba menenangkan Afgan. "Ya, aku baik-baik saja. Kita lihat saja apa yang dia inginkan. Ini mungkin hanya kebetulan." Mereka memutuskan untuk melanjutkan perjalanan mereka di pusat perbelanjaan, meskipun atmosfer kebahagiaan sebelumnya agak terganggu. Afgan mencoba memusatkan perhatiannya pada Adelia, tetapi bayang
last updateLast Updated : 2023-12-13
Read more

105. Kamu tetap murahan dan tidak berubah!

Saat Adelia tengah merenung di taman, tiba-tiba dia merasa diawasi. Dia menoleh ke sekitarnya dan melihat sekumpulan pria yang berdiri tidak jauh dari tempatnya duduk. Sorot mata mereka penuh dengan keingintahuan yang tidak diinginkan, dan tawa mereka terdengar di udara malam. "Kemarilah cantik, di sini banyak teman untuk curhat!" Suara pria itu terdengar mengerikan bagi Adelia. Adelia merasa tidak nyaman dan segera mencoba mengabaikan mereka, fokus pada pikirannya yang sedang kacau. Namun, kelompok pria itu mendekat dengan sikap yang semakin mengganggu. Mereka mulai berbisik-bisik dan tertawa keras, menimbulkan ketidaknyamanan yang semakin membesar di dalam Adelia. Merasa terganggu, Adelia berdiri dan mencoba untuk menjauhi mereka. Namun, kelompok pria itu terus mengikuti dan mengelilinginya dengan nada bicara yang semakin kasar. Adelia merasa takut dan tidak tahu harus berbuat apa. Saat situasi semakin memanas, tiba-tiba seseorang muncul dari kegelapan taman. Edward, yang melaca
last updateLast Updated : 2023-12-13
Read more

106. Tidak ada yang perlu dijelaskan! Sudah cukup!

Afgan tidak memberikan kesempatan untuk Adelia menanggapi. Sebaliknya, Adelia membalasnya dengan pertanyaan yang membuat suasana semakin tegang, "Dan kamu boleh menemani wanita lain di hotel itu juga?" Afgan terdiam dan menolehkan wajahnya ke arah lain. Tidak sudi melihat ke arah Adelia. Dia sendiri menyadari bahwa dia sedang bertemu dengan Melinda dan makan malam bersama tanpa mengingat tentang Adelia sama sekali. Adelia, yang sudah merasa hancur dan kecewa, mencoba untuk menjelaskan, "Afgan, aku tidak tahu bahwa kamu akan ada di sana. Edward hanya membantu aku setelah kejadian di taman." Afgan hanya menggelengkan kepala dengan sinis, "Tidak ada yang perlu dijelaskan. Sudah cukup." Pria arogan itu merasa tidak ingin dijerumuskan dengan kesalahan yang dia merasa tidak diperbuatnya sama sekali. Dia merasa dengan Melinda, dia hanya berusaha beramah tamah dan menganggap makan malam bersama seorang teman. Tidak melakukan hal aneh apa pun yang bisa dikategorikan sebagai sebuah pengkhia
last updateLast Updated : 2023-12-14
Read more

107. Saya tidak berselingkuh, ini semua salah paham!

Namun, Afgan tidak bersedia mendengarkan penjelasan lebih lanjut. Dia menunjukkan rasa kecewanya yang mendalam dan melangkah keluar dari ruang keluarga, meninggalkan Adelia yang terduduk dengan penuh kesedihan dan penyesalan. Ayah Afgan mencoba meredakan konflik, tetapi rasa kecewa dan pengkhianatan tampaknya telah mengukir kesenjangan yang dalam di antara anggota keluarga tersebut. Sementara Kanya, Ibunda Afgan hanya bisa menelan saliva berkali-kali. Dia tetap diam dan memandang kecewa ke arah Afgan juga Adelia. Adelia, yang merasa marah dan terhina karena tidak dipercayai oleh Afgan, akhirnya memutuskan untuk memberikan kebenaran yang sebenarnya. Adelia menyusul langkah Afgan sebelum pria arogan itu keluar dari kamar dan menepuk bahunya lalu berbicara dengan nada yang tajam, "Afgan, jika itu yang kau inginkan, maka dengarkan. Setelah kau meninggalkan aku di pusat perbelanjaan tadi, kau pergi menemui Melinda. Kau yang memilih untuk bertemu dengannya!" Afgan mengerutkan kening, me
last updateLast Updated : 2023-12-14
Read more

108. Sambutan hangat karena Ofel adalah tamu yang tidak biasa

Bab 109. Afgan terlelap dalam tidurnya, bersembunyi di dunia mimpi yang tak terduga. Suasana damai seketika tergantikan oleh kekacauan. Suara gemuruh, nyala api, dan jeritan meresap ke dalam mimpi Afgan. "Tidak, jangan! Bik Minah!" teriak Afgan dengan suara gemetar, mencoba menyuarakan ketakutan yang memenuhi hatinya. Namun, di dunia mimpi ini, tidak ada yang mendengarkan atau merespon. Afgan merasakan panas yang menusuk dari nyala api yang tak terkendali. Adelia terbangun dengan terkejut karena teriakan Afgan yang menggema di seluruh ruangan. Langkahnya yang terburu-buru membawanya mendekati sofa tempat Afgan tertidur. Adelia mencoba dengan lembut membangunkan Afgan, tetapi reaksi pria itu tak terduga membuatnya terkesiap. Afgan memukul tanpa arah. "Dah, mimpi saja rusuh!" geram Adelia dengan sedikit frustrasi. Dia merasakan sentuhan keras Afgan ketika mencoba membangunkannya. Adelia memilih untuk tidak terlalu memperpanjang insiden tersebut, memahami bahwa Afgan mungkin masih dal
last updateLast Updated : 2023-12-15
Read more

109. Afgan marah!

"Apa yang ingin kau katakan?" Achmed melayangkan tatapan tajam ke arah Afgan lalu mengoleskan selai ke roti yang sedang dipegangnya. "Kamu sudah cemburu buta terhadap Edward selama ini!" Afgan menautkan kedua alisnya dan melihat ke arah Adelia dan Edward bergantian. "Duduklah terlebih dahulu, kamu mau makan apa?" tanya Kanya berusaha menenangkan emosi yang mulai ditunjukkan Afgan. "Kamu sudah salah karena menuduh hal yang tidak pantas dan bahkan tidak dilakukan oleh Adelia." Achmed menghentikan kalimatnya lalu memasukkan roti yang sudah diolesnya dengan sri kaya ke dalam mulutnya. "Edward mengatakan bahwa dia hanya dianggap teman oleh seorang Adelia yang cantik." Achmed memberikan senyuman hangat kepada Edward yang menggangguk sambil menikmati makanan yang disajikan. "Dan kamu menuduh mereka berselingkuh. Sekarang Dad bertanya kepadamu, di manakah kamu pada saat istrimu sedang menghadapi bahaya?" Afgan hampir tersedak dengan pertanyaan dari sang ayah. "Hum, saya sedang makan ma
last updateLast Updated : 2023-12-15
Read more

110. Melinda hamil

Di dalam kamar, Adelia berusaha meronta dan melawan Afgan yang hendak meminta hak atas dirinya. "Sial! Brengsek! Lepaskan aku!" teriak Adelia pada saat Afgan mengigit bagian sensitif miliknya. Adelia memukul kepala Afgan lalu berdiri dan hendak melarikan diri ke kamar mandi, tetapi Afgan segera menangkapnya dan mereka kembali bergulat di lantai. Adelia tidak sengaja menyentuh vas bunga sehingga vas malang itu terjatuh dan pecah. Suara vas yang jatuh pasti terdengar sampai ke bawah, tetapi Adelia tidak mempedulikan hal tersebut. Dengan sekuat tenaga, dia berusaha lari dari Afgan yang masih juga seperti kerasukan dan mencumbunya dengan kasar. "Tidak, Afgan! aku tidak mau! Apa maksudmu melakukan semua ini?" Adelia berhasil meraih sebuah vas bunga lainnya dan bersiap melemparkan ke arah Afgan. Dengan tawa culas dan wajah penuh kelicikkan, Afgan membuka celananya sendiri dan melangkah mendekati Adelia yang sudah setengah polos. "Jangan mendekat! Aku akan melempar vas ini ke arahmu!
last updateLast Updated : 2023-12-16
Read more
PREV
1
...
910111213
...
37
DMCA.com Protection Status