Home / Romansa / Pernikahan Paksa Pewaris Arogan / Chapter 111 - Chapter 120

All Chapters of Pernikahan Paksa Pewaris Arogan: Chapter 111 - Chapter 120

365 Chapters

111. Rahasia Melinda.

Bayu menatap Melinda dengan wajah tidak percaya. "Apakah kamu sekejam itu?" Melinda sama sekali tidak berniat untuk menjawab pertanyaan pria yang berada di hadapannya saat ini. "Apakah kita tidak memiliki hubungan yang berharga untuk di perjuangkan?" Bayu melanjutkan kalimatnya, tetapi Melinda tetap diam dan bersikukuh dengan pendirian bahwa dia akan mencari Afgan daripada mengharapkan pria yang tidak memiliki apa-apa. "Melinda?" Melinda menoleh ke arah Bayu dengan tatapan merendahkan. "Masa depan seperti apa yang bisa kuharapkan dari kamu? Pekerjaan saja masih tidak menentu. Sanggupkah kau membayar barang mewah yang kuinginkan?" Bayu menundukkan kepalanya dengan lesu, mendengar pertanyaan Melinda yang sangat menusuk tajam ke lubuk hatinya. "Pergilah dari hidupku, Bayu. Kembalilah hanya pada saat kamu merasa yakin bahwa kau sudah bisa memberikan kehidupan bertaraf tinggi yang kuimpikan." Melinda berdiri dan meninggalkan Bayu di kamar hotel itu. Wanita itu merasa tidak perlu ber
last updateLast Updated : 2023-12-16
Read more

112. Adelia kalah telak

"Melinda?" Adelia membulatkan kedua matanya dan memandang Melinda yang bersikeras untuk masuk dengan wajah arogan. Melinda masih berada di luar pintu gerbang besi. Pihak sekurity tidak berani memberikan izin masuk apabila majikannya belum memberi kode. Mendengar suara ribut-ribut Achmed dan Kanya juga berjalan mendekati gerbang untuk mengecek keadaan. Melinda melirik Adelia lalu melirik Achmed dan Kanya dengan mata merendahkan. "Pergi sana! Panggil Afgan sekarang juga!" perintahnya kepada kedua orang tua itu. Achmed dan Kanya sedang membersihkan taman pada saat itu sehingga wajah mereka kotor dan pakaian mereka sangat tidak mendukung status mereka. Tidak akan ada yang mempercayai bahwa mereka adalah orang tuan Afgan. Tak terkecuali Melinda yang belum pernah melihat mereka. "Maaf, Anda siapa?" tanya Kanya dengan penasaran, demikian juga Achmed yang masih memegang sendok semen di tangannya. Kanya memandang ke arah Melinda dengan wajah tidak suka. "Saya adalah Nyonya Muda kalian na
last updateLast Updated : 2023-12-17
Read more

113. Kesedihan Adelia

Lima jam berlalu dalam keheningan di dalam kamar, Adelia terbangun dengan kepala yang berat, merasa kebingungan dan tidak nyaman. Dia membuka matanya perlahan, dan ketika dia melirik jam di samping tempat tidurnya, keheranan menyergapnya. Jarum jam sudah menunjukkan pukul lima sore. Adelia bergumam sendiri dengan bingung, "apa yang terjadi? Kenapa sudah sore?" Dia meraba-raba ingatan di benaknya, mencoba mencari tahu apa yang mungkin membuatnya tidur begitu lama. Pada awalnya, semuanya terasa samar, dan kemudian, seperti kilat, ingatannya kembali terbentuk. "Melinda dan Afgan, ke mana mereka?" Adelia seolah-olah bertanya kepada dinding kamar. Dengan langkah berat, Adelia berdiri dan melangkah menuju ke balkon untuk memantau keadaan. Tidak jauh dari sana, terlihat bayangan Melinda yang sedang bersenda gurau dengan Afgan, sementara Achmed dan Kanya sedang meneruskan pekerjaan mereka menata kebun. Tatapan Adelia kosong saat itu juga, dia tidak bisa menangis lagi walau hatinya terasa
last updateLast Updated : 2023-12-17
Read more

114. Kesedihan Adelia (lanjut)

Melinda menatap Kanya dengan tulus, "Nyonya Besar, jangan biarkan masa lalu Adelia menghentikan kebahagiaan masa depan Afgan. Kita bisa membantunya menemukan kebahagiaannya di tempat lain. Afgan membutuhkan keluarga yang utuh dan bahagia." Kanya menarik nafas dalam-dalam, mendengar Melinda memanggilnya Nyonya Besar, membuatnya sedikit tersanjung. "Hmm, aku akan berbicara dengan Afgan, tapi aku tidak bisa menjamin apa yang akan terjadi. Adelia adalah bagian dari keluarga kami juga." Melinda tersenyum puas, "Terima kasih, Sayang. Aku yakin kita semua bisa mencapai kebahagiaan bersama." Kanya menarik Achmed agar keluar dari ruangan, meninggalkan Melinda dengan senyum kemenangannya. Dia tahu dia berhasil meyakinkan Kanya, dan sekarang saatnya untuk mengarahkan perasaan Afgan. Malam pun tiba dan suasana di rumah semakin tegang. Afgan memutuskan tidur di kamar lain bersama dengan Melinda. Mendengar hal itu, Adelia mencoba menyembunyikan perasaannya di balik senyuman palsu. Afgan terlih
last updateLast Updated : 2023-12-18
Read more

115. Afgan masih belum berniat menceraikan Adelia!

Setelah menguatkan dirinya dan berulang kali berpikir, Adelia memutuskan menghubungi Afgan untuk menanyakan mengenai liontin yang sudah diberikan kepada Melinda. Namun, sangat mengesalkan bagi Adelia karena Afgan sama sekali tidak menjawab panggilan yang dibuatnya, berapa kali pun dia mencoba untuk menghubungi lewat ponsel. Tidak ada satu pun pesan yang dibalas Afgan. Adelia menghela napas panjang dan menghempaskan dirinya ke ranjang dengan kesal. Tanpa sengaja, ponselnya terjatuh ke lantai. Kretak! Dengan panik, Adelia meraih ponsel yang terantuk cukup keras. "Aihh, retak!" pekik Adelia saat melihat layar ponsel yang sudah retak. Suasana hatinya semakin buruk karena itu. Wanita itu mengembuskan napas dengan kasar. "Belum gajian juga!" Dengan hati yang berat, Adelia meletakkan ponselnya ke nakas. "Hari-hari sedang tidak berjalan dengan baik," gumamnya dengan perasaan yang berat. Adelia kembali membaringkan dirinya yang terasa lelah di atas ranjang dan menatap kosong langit-lang
last updateLast Updated : 2023-12-18
Read more

116. Aku butuh untuk melunasi uang mahar!

Afgan bekerja hingga larut malam dan memutuskan tidur di dalam kamar yang sebelumnya ditempati Adelia. Pria itu terbaring di ranjang Adelia dengan mata menatap ke langit-langit kamar. Tatapannya kosong. Sesekali dia memeluk bantal dan mengenggam selimut milik Adelia dan menarik napas dalam-dalam, berusaha mencium aroma istri murahannya. Afgan merasakan desiran yang aneh karena ternyata dia tidak bisa memungkiri bahwa dia sangat merindukan wanita itu. Sementara di tempat lain, Adelia juga tidak dapat memberi istirahat yang baik kepada kedua matanya. Pikirannya terasa suntuk dan bercabang-cabang. Adelia meratapi takdirnya yang telah berubah begitu cepat. Dia terombang-ambing di antara harapan untuk kebahagiaan masa depan dan kenyataan pahit bahwa Afgan telah mendapatkan kebahagiaannya. Sesekali, Adelia keluar dari kamar untuk mencari angin segar, duduk sendirian di sofa, melihat fotonya bersama Afgan di dinding. Satu-satunya foto yang dimilikinya karena sang ayah yang bersikeras me
last updateLast Updated : 2023-12-19
Read more

117. Lepaskanlah Adelia.

Seusai mengatakan hal tersebut, Adelia segera berlalu dari hadapan mereka. Di luar dugaannya, Afgan menarik tangannya. "Mau ke mana?" tatapan tajam dilayangkan Afgan. "Mengambil barangku dan memindahkannya ke front office. Bukankah selama seminggu ini pekerjaanku adalah berpindah-pindah terus sampai hati kalian puas?" Adelia berkata-kata lalu menepis tangan Afgan. Dengan langkah gusar dan beban hati yang berat, Adelia melangkah pergi sambil menahan air mata yang sudah menumpuk di kedua pelupuk matanya. Samar-samar Adelia mendengar suara manja dari Melinda, "Afgan, anakmu sudah lapar, kita makan apa yang enak hari ini?" *** Hari demi hari berlalu, Adelia terus bekerja sebagai front office di hotel. Meskipun dia berusaha menahan emosinya di tempat kerja, kepedihan dalam hatinya semakin dalam. Setiap kali dia melihat cincin berkilau di jari Melinda, hatinya terasa seperti diremas oleh kehilangan yang terus membesar. Melinda selalu dengan sengaja membuat mereka berpapasan. Sementara
last updateLast Updated : 2023-12-19
Read more

118. Akhir pekan yang kacau.

Adelia tidak menjawab dan tetap menangis sesunggukkan di atas pangkuan Edward yang memeluknya dengan erat. Edward mencium rambut Adelia dari belakang dan tidak berniat melepas wanita yang dicintainya itu. Dirinya sendiri juga sangat bingung dalam menghadapi pernikahan yang akan berlangsung tidak lama lagi. Sebuah pernikahan yang tidak dia inginkan atas jodoh yang dipilih oleh Ibundanya. Hati Edward sedang berperang melawan cinta yang tidak dapat dia berikan secara total kepada wanita yang sedang dipeluknya itu. Demikian juga dengan Adelia. Meskipun Adelia merasa sulit untuk menerima cinta Edward, keberadaan pria itu memberikan harapan kecil di tengah-tengah kegelapan yang melanda. Dia tahu bahwa proses penyembuhan membutuhkan waktu, dan Edward bersedia bersamanya melalui setiap langkahnya. Namun, semua tidak segampang yang ada dalam pikirannya. Waktu terus berjalan, setiap harinya Adelia bekerja seperti biasa dan Edward tetap berada di sisi Adelia, setia mendukungnya melalui setiap
last updateLast Updated : 2023-12-20
Read more

119. Kamu kalah judi lagi? Berapa yang mau kutransfer?

"Mom, aku akan membatalkan pernikahan," ucap Edward pada panggilan jarak jauh yang tersambung dengan Maya Ofel, sang ibunda yang sedang berada di Dubai. "Kamu gila? Karena siapa kamu berkata seperti itu?" Maya merasa kesal dengan perkataan putranya. "Aku tidak mau dijodohkan seperti itu, Mom. Kita tidak akan berbahagia," ucap Edward berusaha membela dirinya. "Jadi apakah menginginkan istri miliik Al-Futtaim adalah sesuatu yang benar menurutmu? Akankah bahagia bila mengambil hak milik orang lain? Edward! Apa yang ada di dalam pikiranmu?" Maya Ofel mengomel panjang lebar sampai akhirnya menarik napas panjang lalu melanjutkan omelannya. "Jangan sampai Dad bertindak! Kamu dan istri milik keluarga Futtaim itu akan kacau!" ancam Maya tanpa berbasa-basi lagi. "Tidak, Mom, justru putra kesayangamu ini menghubungimu karena ingin agar Mom membantu. Kepada siapa lagi anakmu bisa mengadu?" "Come on, Mom ... " "Kamu mau Mom membantumu?" Maya mendeliknya kedua matanya lalu menjawab, "Kamu si
last updateLast Updated : 2023-12-20
Read more

120. Benih yang tidak bersalah.

Afgan mulai sadar bahwa dia mencintai Adelia, daripada menunggu gadis dalam foto yang bahkan tidak dapat dia temukan. "Kamu tahu? Kamu benar. Berikan satu sloki lagi, lalu saya akan segera pulang untuk mendapatkan istriku!" Bartender mengangguk lalu tertawa kecil, "Ternyata dia istrimu, mengapa kamu meributkan foto masa lalu yang buram." Bartender itu berkata-kata sambil meracik minumannya lalu menyodorkannya kepada Afgan. "Foto itu butuh diperbaiki, sehingga bisa dilihat dengan jelas, bukankah ada tukang edit foto yang bisa menunjukkan foto yang bagus walau sudah lama?" Afgan kembali terkejut karena selama ini, dia tidak pernah memikirkan hal tersebut. "Baiklah, saya akan pergi ke tukang edit foto besok," jawabnya lalu meneguk habis sloki yang disodorkan. Di luar dugaan, bartender itu malah tertawa nyaring, "Aku bisa kok edit foto. Menjadi bartender hanya pekerjaan tambahan untuk biaya kuliah." Afgan ragu menyerahkan foto itu ke tangan bartender yang tidak dia kenal. Dia meman
last updateLast Updated : 2023-12-21
Read more
PREV
1
...
1011121314
...
37
DMCA.com Protection Status