Home / Romansa / Dinikahi Berondong Bucin / Chapter 71 - Chapter 80

All Chapters of Dinikahi Berondong Bucin: Chapter 71 - Chapter 80

100 Chapters

71

"Bunda! Bunda! Ada yang mengaku jadi ayahku." Rai menggoyangkan kardigan yang Mentari kenakan.Mentari yang sedang membuat adonan bolu untuk pesanan tetangga seketika menunduk, menatap putranya. "Apa?"Rai mengangguk cepat. "Om-om yang waktu di TK."Perempuan itu membelalak. Refleks dia mengatakan, "Ranggi?""Iya! Om Ranggi. Nama depan om itu mirip kayak nama aku. Katanya dia juga yang kasih aku nama. Benar, Bunda?"Mentari menelan ludah. Ranggi sudah tahu? Apa ingatannya sudah kembali? Mentari mendadak gemetar. Entah dia harus merasa sedih atau bagaimana."Ka-kapan om itu bilang ke kamu?" tanyanya."Barusan. Omnya juga ada di depan."Mentari lekas mencuci tangan, kemudian memakai kerudung. Dia nyaris terjatuh karena menginjak ujung rok yang dia kenakan akibat berjalan terlalu cepat. Namun, begitu tiba di depan pintu, Mentari mendadak bergeming.Perempuan itu mengatur napas. Dia dan Ranggi sudah bukan pasangan suami istri lagi. Mentari harus bisa mengendalikan diri. Ada batasan-batasa
last updateLast Updated : 2024-01-07
Read more

72

"Beraninya kamu bertindak tanpa sepengetahuanku, Van! Apa maksudnya kamu menyebarkan masa lalu Mbak Tari ke orang tua anak TK?" tanya Ranggi marah."Aku cuma mau mereka berhati-hati agar kejadian yang menimpa Kak Suri tidak terjadi lagi," sahut Vanya.Ranggi sontak mengetatkan rahang. "Manusia seperti kamu inilah yang membuat orang-orang tidak jadi bertaubat! Mau disebut anak buah iblis kamu? Kayak sendirinya paling suci saja."Vanya melebarkan mata. "Kamu tega banget bilang aku seperti itu.""Terus apa?" Ranggi sama sekali tidak merasa bersalah karena sudah berkata cukup kasar. Dia benar-benar kesal karena tindakan Vanya berdampak juga pada Rai."Kenapa Om membela pelakor itu sampai segininya?" Reta yang memang sedang di rumah Ranggi segera melibatkan diri."Rai dijauhi anak-anak lain karena Vanya!" Ranggi sampai menunjuk perempuan itu saking tidak bisa menahan emosi. "Bagaimana jika psikis Rai terganggu?""Bukan karena Kak Vanya, tapi karena pelakor itu sendiri. Psikisku juga tergan
last updateLast Updated : 2024-01-10
Read more

73

"Mari kita membuka lembaran baru, Mbak, menjauhi hal-hal yang hanya menghalangi kita bahagia."Ucapan Ranggi masih terngiang dengan jelas. Tampaknya memang menggiurkan. Mengasingkan diri bersama ke suatu tempat yang jauh. Mungkin tidak akan ada lagi pengganggu. Namun, hal itu hanya bisa dilakukan jika Ranggi tidak memiliki Vanya dan anaknya yang lain. Terlepas dari perasaan pria itu kepada Vanya, kedudukan seorang istri jelas jauh lebih utama daripada Mentari yang sudah bukan siapa-siapa.Mentari tidak ingin mengulangi kisah yang sama, meskipun kasus yang dia hadapi saat ini berbeda. Cukup Reta yang dia ubah menjadi seorang pendendam. Jangan ada anak lain."Bun.""Bundaaaa."Ah! Mentari seketika terperanjat. Dia lantas menoleh putrinya yang sedang menatap sambil menggeleng pelan."Pasti Bunda melamunkan Om Ranggi," ucap Sasi.Mentari tersenyum simpul. "Ada apa, Bulanku?""Cuma mau mengingatkan kalau besok kita harus mengirim orderan Bu Lova yang fruit honey mousse cream.""Oh, iya, b
last updateLast Updated : 2024-01-13
Read more

74

Danta memiliki intoleransi laktosa yang membuatnya tidak memakan atau minum produk-produk olahan susu. Namun, pagi tadi, Vanya teledor membiarkannya mencoba salad buah dengan campuran mayones, yoghurt, dan keju. Kontan saja hal itu mengakibatkan Danta diare, sampai muntah.Tanpa berpikir panjang Ranggi langsung membawa Danta ke rumah sakit. Sekarang dia sudah diobati. Akan tetapi, tidak ingin Ranggi tinggal pergi. Memang seperti itu jika Danta sedang sakit.Ranggi menghela napas resah. Hari sudah semakin siang. Rai pasti menunggunya."Sudah tahu anak tidak bisa makan olahan susu, masih dikasih juga," gerutu Ranggi.Vanya yang berada di sisi lain langsung menyahut, "Namanya juga lupa," ucapnya tidak terima disalahkan. "Kamu kayak tidak pernah bikin salah saja."Kronologi sebenarnya, Vanya yang sedang memakan salad buah itu. Danta kemudian ingin mencicipi. Vanya yang katanya lupa soal kondisi Danta, justru membiarkan anak itu memakannya. Karena suka, Danta menyantap salad sampai habis. V
last updateLast Updated : 2024-01-14
Read more

75

"Calon istri? Serius?" Reta ikut pergi dari kedai es krim tersebut bersama Emir dan Khaira."Serius." Khaira yang menjawab."Sebaiknya kamu pikirkan lagi, Emir. Kamu tidak tahu siapa dia dan keluarganya," ucap Reta.Perihal perjodohan tidak pernah dibahas lagi di rumah. Lagi pula, hal itu hanya candaan Chloe kakak sepupu Emir. Dia sendiri terkejut saat Khaira memanggil Sasi sebagai calon istrinya. Namun, mendengar ucapan Reta, pria itu jadi penasaran."Memangnya siapa mereka?" tanya Emir."Ibunya itu pelakor," jawab Reta. Sorot matanya menajam menyiratkan kebencian."Pelakor itu apa?" Khaira menyeletuk.Emir membelalak, tersadar masih bersama keponakannya. "Petani pakai kolor," sahut Emir asal.Anak itu mengangguk. "Oh.""Kalau kamu mau tahu lebih lanjut soal keluarga mereka, aku tidak keberatan menjelaskan," kata Reta.Emir sebetulnya bukan tipe orang yang suka mencampuri urusan orang lain. Akan tetapi, entah kenapa, sejak mendengar Bentala menyebut Reta seorang psikopat, Emir sediki
last updateLast Updated : 2024-01-18
Read more

76

"Aku kangen Bundaaa," teriak Rai sambil berlari kecil dan membentangkan kedua tangan. Dia langsung memeluk erat Mentari.Mentari menghela napas lega saat Ranggi mengantar Rai pulang padanya. Pria itu memang sudah meminta izin akan membawa Rai menemui Danta. Mentari tidak melarang. Namun, dia tidak menyangka akan sampai malam.Mentari sempat berpikir Rai hendak menginap, makanya dia khawatir. Selain Rai yang sulit tidur di tempat asing, di sana juga ada Vanya yang pasti tidak menyukai keberadaan anak itu."Bunda juga kangen kamu, Rai," balas Mentari seraya mengusap bagian belakang kepala anak itu.Perhatian Mentari kemudian beralih pada Ranggi yang menenteng tas mungil milik Rai. "Rai merengek ingin pulang, padahal aku dan Danta berharap dia bermalam di sana," ujar pria itu, "Danta senang punya saudara.""Aku tidak bisa tidur tanpa Bunda," kata Rai. Pelukannya pada pinggang Mentari semakin erat.Rai memang masih tidur dengan Mentari. Jika usianya sudah menginjak tujuh tahun dan masuk S
last updateLast Updated : 2024-01-23
Read more

77

Mentari senantiasa menasihati Sasi agar menolak secara baik-baik lelaki yang menyatakan cinta kepadanya. Sasi menurut. Gadis itu sering beralasan belum ingin berhubungan asmara dengan siapa pun karena memprioritaskan pendidikan. Cara ini biasanya efektif memukul mundur tanpa harus menyinggung apalagi merendahkan mereka yang mengajak Sasi pacaran. Namun, akan selalu ada pengecualian."Jawaban klise," ucap seorang pria yang mengaku bernama Jaki. Katanya dia senior Sasi di kampus. Entahlah. Sasi sama sekali tidak mengenalnya."Kalau kamu memang tidak suka, bilang saja tidak suka," sambung Jaki sedikit sinis."Aku memang tidak menyukaimu," batin Sasi. Sasi bahkan baru melihatnya hari ini. Bagaimana mungkin Sasi menerimanya?Sasi menghela napas. Jangan sampai dia terpancing emosi. "Aku memang tidak tertarik pacaran, Kak. Masih banyak hal yang harus diutamakan," sahut Sasi, berusaha sesantai mungkin."Halah! Aku tahu kamu jual mahal karena sok cantik. Merasa laku kamu, ya?" Jaki malah menud
last updateLast Updated : 2024-01-26
Read more

78

Sasi pamit pulang beberapa detik setelah Reta bergabung bersamanya. Aura permusuhan memang terpancar dari sorot tajam keduanya yang sempat berserobok pandang. Sang pemilik rumah sampai menahan napas karena tegang, khawatir akan ada pertikaian. Namun, beliau bersyukur tidak terjadi apa-apa. Sasi pergi dengan tenang, meskipun wajahnya diliputi kemarahan.Perempuan paruh baya itu lantas beralih pada tamu yang satunya. "Kamu mau menjenguk Emir? Anaknya ada di atas. Mungkih masih tidur," ucap Lova.Akan tetapi, Reta justru merespons hal lain. "Apa yang dia lakukan di sini, Tante?""Maksud kamu Sasi? Dia hanya mengantar dessert," jawab Lova."Aku sudah mengatakan ini ke Emir, kalau kalian sebaiknya berhati-hati kepada dia dan keluarganya."Lova sudah tahu alasan Mentari dan Reta berselisih. Dia sama sekali tidak ingin berkomentar karena bukan urusannya. Emir sendiri mewanti-wanti untuk menjaga jarak agar keluarga mereka tidak terlibat pertikaian. Lova hanya akan bersikap netral."Terima kas
last updateLast Updated : 2024-01-28
Read more

79

Sasi tidak bisa berhenti menangis, apalagi setelah mengetahui kondisi Emir. Pria itu terkena siraman air keras yang membuat sebagian wajahnya terluka cukup parah. Dia memang sempat mendapat pertolongan pertama. Bentala langsung membantunya membasuh area luka dengan air mengalir saat menunggu ambulans. Namun, dampak air keras tersebut tetap merusak paras tampan Emir."Seharusnya aku yang kena," ucap Sasi kepada keluarga Emir. "Kalau Emir tidak menolongku, dia pasti tidak akan seperti ini," sambung gadis itu. Air matanya bertambah deras.Rasa bersalah Sasi memang menganga sangat besar. Emir sama sekali tidak memiliki masalah dengan Jaki. Sejak awal Sasi-lah yang menjadi target pria gila itu."Nak, kamu tidak perlu bersimpuh," kata ayahnya Emir, "Ini musibah kita bersama.""Benar." Kakak pertama Emir yang bernama Almaira ikut berkomentar seraya menarik Sasi agar kembali berdiri. Perempuan itu lantas mengelus punggung Sasi. "Jangan menyalahkan diri sendiri. Kesalahan ada di pelaku.""Tapi
last updateLast Updated : 2024-01-29
Read more

80

"Aku turut berduka, Emir," ucap Reta yang datang menjenguk.Hanya orang-orang tertentu saja yang diperbolehkan menemui Emir tergantung izin darinya. Reta dipersilakan karena Emir yakin Reta tidak akan banyak bicara kepada tentang kondisinya kepada orang lain, apalagi wartawan."Hmmm." Emir hanya merespons berupa gumaman."Kamu seperti ini karena menolong Sasi. Sangat disayangkan," kata Reta."Jangan ingatkan aku tentang hal itu!" Akhirnya Emir bersuara. Emir memang menyesali perbuatan heroiknya. Jika dia tidak menolong Sasi, mungkin sebagian wajah Emir tidak akan rusak yang membuatnya enggan becermin."Keluarga mereka memang pembawa sial," ujar Reta."Tidak ada sesuatu di muka bumi ini yang membawa kesialan, Reta." Sang mama yang memang selalu berada di sisi Emir ikut berkomentar. "Takdir baik dan buruk sudah ada catatannya masing-masing, termasuk apa yang menimpa Emir. Tidak perlu menyalahkan Sasi," sambung beliau.Mamanya memang orang yang terlalu positif. Beliau selalu menasihati E
last updateLast Updated : 2024-01-30
Read more
PREV
1
...
5678910
DMCA.com Protection Status