Semua Bab Gadis Bucin Incaran Presdir Dingin: Bab 61 - Bab 70

95 Bab

61. Sementara Bahagia

Pemandangan asing di depan mata membuat tubuh tak bergeming. Mulut yang terbuka karena rasa terkejut tidak lagi peduli dengan perut yang lapar. Febi, gadis itu masih terdiam berusaha untuk tenang. Apa yang ia lihat saat ini membuat perasaannya campur aduk. Bahkan menurut Febi tujuh keajaiban dunia tidak ada apa-apanya dari pemandangan yang ada di depan mata. Di sofa ruang tengah villa mereka, Febi bisa melihat dua orang tengah tertidur pulas sambil berpelukan. Mereka adalah Cia dan Agam. Febi pikir Cia tidak ada di sampingnya karena bangun terlebih dulu untuk menikmati udara segar. Namun ternyata sahabatnya itu justru menikmati pelukan dari seorang Agam. Febi tidak pernah berpikir sebelumnya jika akan melihat pemandangan ini. Baginya, Agam adalah sosok yang dingin dan tak tersentuh. Namun apa yang ada di lihat saat ini seolah menghempaskan semua pikiran negatifnya. Ternyata seorang Agam Mahawira memiliki sisi hangat yang tak bisa dinikmati oleh banyak orang. Febi masih berdir
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-11-23
Baca selengkapnya

62. Tak Ada Rahasia

Hari Senin kembali datang menguji adrenalin. Liburan singkat akhir pekan kemarin tidak membuat ketenangan Cia terjamin. Dia kembali merasakan gelisah yang menyerang dengan rajin. Rasa pusing membuatnya sedikit membutuhkan kafein. "Kak Dika mau kopi? Aku mau ke pantri." "Nggak usah, Ci. Terima kasih." Cia berdiri dari kursinya. Ia sudah tidak kuat lagi menahan rasa berat di kepala. Dalam hati ia berdoa, agar sakit tidak menyerang tubuhnya. Baru saja ia bersenang-senang kemarin, lucu jika dia harus tumbang hari ini. Sepertinya perasaannya sangat peka dengan situasi yang sedang tidak baik saat ini. Selagi mengaduk kopi instannya, Cia membuka isi lemari pendingin. Dia mengecek makanan ringan milik Agam yang sudah tinggal sedikit. Ingatkan dia untuk memesannya pada pramukantor nanti. Sambil menghirup aroma kopi, Cia berjalan kembali ke mejanya. Namun langkahnya terhenti saat melihat wanita yang ia kenal. Tante Nana, wanita itu berkunjung ke kantor untuk yang kesekian kalinya. B
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-11-23
Baca selengkapnya

63. Gosip Menyakitkan

Pagi ini Cia datang sedikit lebih lambat. Selain karena tidak bersemangat, tubuhnya juga belum sepenuhnya sehat. Ternyata dia memang terserang demam sehingga harus mengonsumsi obat. Jika bukan karena Agam, mungkin Cia tidak akan berpikir untuk berobat. Haruskah ia berterima kasih pada Agam? Karena jujur saja Cia sedang marah pada pria itu. Agam melupakan janjinya. Semalam pria itu tidak datang untuk menemaninya. Agam hanya mengirim banyak makanan yang berakhir di lemari pendingin. Cia tidak memakannya sama sekali. Rasa sakit serta kecewa telah melebur menjadi satu. Sebut saja dia manja. Cia membenarkannya karena yang ia butuhkan saat ini adalah sosok Agam di sampingnya. Cia butuh seseorang untuk bersandar. Harusnya Agam bisa melakukan itu untuknya. Sepatu berhak setinggi tujuh senti membuat Cia berjalan dengan hati-hati. Dia tidak mau terjatuh di tengah kondisi tubuhnya yang sedang tidak baik. Meskipun sedang sakit, tetapi Cia memilih untuk tetap bekerja. Selain karena tida
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-11-25
Baca selengkapnya

64. Surat Cinta

Kehilangan semangat hidup memang menyedihkan. Itu yang Cia rasakan saat ini. Sebut saja ia berlebihan, Cia tidak peduli. Dia merasa berada di titik paling rendah dalam hidupnya. Yang lebih menyedihkannya lagi, Cia hanya sendiri. Terpuruk meratapi nasibnya yang seolah dihantam oleh masalah bertubi-tubi. Belum selesai dengan rencana perjodohan Agam, kemudian muncul gosip yang menyesakkan, lalu ditambah lagi dengan permintaan Tante Nana yang di luar dugaan. Wanita itu sudah mengetahui semuanya. Mengetahui jika Cia menjalin hubungan dengan anaknya. Setelah pembicaraan siang tadi, Cia pulang dengan air mata. Tidak peduli jika orang-orang akan menganggapnya gila. Selama makan siang berlangsung, Cia sudah berusaha menahan diri. Setelah terbebas, dia tidak bisa menahannya lagi. Air mata yang ia tahan pun tumpah. Bagaimana ia bisa tenang jika Tante Nana sendiri yang memintanya melepas Agam? Mengingat betapa baiknya wanita itu, rasa sungkan mulai menguasai hati Cia. Bahkan Tante Nana me
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-11-25
Baca selengkapnya

65. Lawan Terkuat

Mata tajam itu menatap ponsel di tangannya dengan tatapan menerawang. Dari sorot matanya, terlihat jelas jika pria itu sama sekali tidak tenang. Terjebak pada pilihan yang tidak ia suka membuatnya bimbang. Situasi ini sontak membuatnya berang. Agam, pria itu sudah terbangun sejak subuh. Setelah melaksanakan kewajibannya, dia ke dapur untuk membuat minuman hangat. Setelah itu, Agam memilih untuk duduk di sofa sambil menunggu matahari terbit. Namun sayangnya ketenangannya sirna setelah membaca pesan dari adiknya. Kabar buruk. Agam mendapat kabar jika ayahnya masuk rumah sakit semalam. Dia memang sengaja mematikan ponselnya dari semalam demi menghindari panggilan dari keluarganya. Lalu pagi ini, setelah dia menyalakan ponselnya, banyak pesan masuk memberi kabar. Sedih? Tentu saja. Terkejut? Tentu saja. Namun itu tidak membuatnya segera bergegas untuk pergi. Ada seseorang yang tengah Agam jaga di sini. Seorang gadis yang ia cintai, gadis yang masih tertidur pulas di dalam ka
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-11-25
Baca selengkapnya

66. Sudah Terlalu Jauh

Dengan membawa tumpukan berkas di pelukannya, Cia menunggu lift untuk terbuka. Sebenarnya dia bisa menggunakan lift khusus direksi seperti biasa, tetapi dia tidak mau melakukannya untuk saat ini. Cia tidak mau gosip yang beredar tentangnya semakin berkembang. Orang-orang memang tidak lagi menatapnya aneh, tetapi Cia tahu jika gosip tentangnya belum benar-benar mereda. "Mau gue bantu?" Cia menoleh dan tersenyum melihat keberadaan Ridho. "Nggak usah, terima kasih. Dari mana lo?" "Dari lobi ketemu Mama." Pintu lift terbuka dan mereka masuk. Beruntung tidak ada orang di sekitar mereka membuat Cia merasa nyaman dan aman. "Kenapa Nyokap lo ke sini?" Ridho menunjukkan cengiran konyolnya. "Anter vitamin. Gue lupa bawa tadi pagi." Cia meringis mendengarnya. Dia sudah terbiasa dengan hubungan anak dan ibu yang luar biasa itu. Bahkan kadang Cia merasa iri karena tidak merasakan perhatian yang sama karena ia begitu jauh dengan ibunya. "Gimana hari ini? Aman?" Cia paham maksud
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-11-26
Baca selengkapnya

67. Kemarahan Agam

Sepertinya kesabaran Agam benar-benar diuji akhir-akhir ini. Yang lebih menyakitkan lagi, orang tuanya ikut berperan untuk memberikan beban berat di punggungnya. Sudah cukup Agam dibuat gila dengan permasalahan perusahaan. Namun sepertinya orang tuanya tidak mengerti dan kembali membebaninya dengan perjodohan konyol. Andai saja Pak Dandung tidak bercanda mengenai perjodohan, mungkin hal ini tidak akan terjadi. Jujur, Agam selalu menghindari konflik. Sialnya kali ini dia yang terjebak di dalamnya. Yang lebih menyedihkan, orang tuanya sendiri yang menempatkannya dalam posisi seperti ini. "Ada apa, Gam? Kenapa kamu datang malam-malam?" Suara lembut itu membuat Agam mendongak. Di tengah temaram cahaya lampu, Agam bisa melihat ibunya tengah menuruni tangga. Piyama panjang yang melekat menjadi tanda jika wanita itu bersiap untuk tidur atau bahkan sudah tidur. Agam sengaja meminta Bibi Ajeng untuk membangunkan orang tuanya. Agam tidak bisa menunggu pagi untuk bertemu mereka. Dia ti
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-11-26
Baca selengkapnya

68. Cuti Dadakan

Sepertinya Cia sudah lupa bagaimana caranya untuk bernapas. Posisi duduknya yang tegak menjadi bukti jika ia sedang tegang saat ini. Mata cantik itu masih fokus ke arah depan, menatap seorang pria yang tengah merapikan rambutnya dengan gel. Apapun yang pria itu lakukan, tak lekang dari pandangan Cia. Gadis itu terpesona. Lagi-lagi dia kembali dibuat jatuh cinta pada Agam. Pakaian batik telah melekat sempurna di tubuh Agam. Tubuhnya yang proporsional membuatnya terlihat bak model majalah. Karena itu juga Cia dibuat bungkam dengan pesonanya. "Tutup mulut kamu." Cia menutup mulutnya cepat. Dia mengalihkan pandangannya dari Agam. Lamunannya seketika buyar saat pria itu berbicara. Rasa malu langsung menyerangnya. Sepertinya memang lebih baik seorang Agam Mahawira tidak perlu mengeluarkan suara. "Acara mulai jam berapa?" tanya Agam melirik Cia dari cermin. "Jam empat sore." Agam mengangguk dan kembali merapikan penampilannya. Sesekali dia melirik Cia yang duduk di belakangny
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-11-26
Baca selengkapnya

69. Rahasia Tak Terduga

Agam benar-benar mengikutinya. Cia tidak pernah membayangkan jika akan membawa pria itu untuk bertemu keluarganya. Awalnya, Cia tidak berharap banyak. Agam mengizinkan pengajuan cutinya saja dia sudah sangat senang. Namun ternyata Agam memang penuh kejutan. Tanpa memikirkan rasa lelah di tubuh serta kesibukannya di kantor, Agam mengikuti Cia hingga ke rumahnya. Di sinilah mereka, di depan rumah Nenek Cia yang begitu sederhana, tidak besar dan juga tidak kecil. Khas rumah desa yang didominasi kayu dengan halaman yang luas. "Aku deg-degan." Cia mengambil tasnya sambil menyentuh dadanya. "Kenapa?" "Aku harus bilang apa ke Ibuk tentang Kak Agam?" Cia menggigit bibirnya. "Bilang apa yang kamu mau." "Kak Agam nggak deg-degan?" Cia mengerucutkan bibirnya. Tidak mungkin jika hanya dirinya saja yang gugup. Agam yang merupakan orang baru seharusnya merasakan hal yang sama. Sayangnya Cia tidak menemukan ekspresi gugup di wajah pria itu. Agam terlihat begitu tenang seperti genanga
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-11-27
Baca selengkapnya

70. Terjebak Pada Perasaan

Wajah ceria tanpa celah itu tak pernah menghilang barang sedetik. Senyum lebar dengan memperlihatkan gigi putih masih tampak menghiasi. Gadis itu tak peduli jika giginya akan kering, karena suasana hatinya yang baik saat ini lebih penting. "Sepuluh menit lagi studio dibuka." Dika datang dengan membawa dua minuman serta satu popcorn berukuran besar. Gadis di hadapannya dengan senang hati menerimanya. "Kak Dika nggak apa-apa nonton horror?" tanya Febi. Dika mengedikan bahunya, "Nggak masalah. Bukannya kamu suka?" "Tapi Kak Dika nggak suka. Padahal ada film superhero juga." Febi mendadak merasa bersalah. Jangan pernah lupa dengan sikapnya yang hiperbola. "Kakak bisa nonton lain kali." Senyum Febi tiba-tiba kembali merekah. "Nonton sama aku aja. Gantian aku temenin. Gimana? Mau kapan? Besok? Oh, atau habis ini?" Dika tertawa mendengar antusias Febi. Dia tidak menjawab karena sudah dipastikan Febi telah membuat jadwal baru untuk mereka. Saat ini mereka berjalan beriring
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-11-27
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
5678910
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status