Home / CEO / Terjebak Gairah Paman Billionaire / Chapter 41 - Chapter 50

All Chapters of Terjebak Gairah Paman Billionaire: Chapter 41 - Chapter 50

279 Chapters

Bab 41 : Harus Pergi

Oriaga mengakhiri panggilannya tanpa mendengarkan dengan baik penjelasan dari orang yang dia hubungi. Dia memasukkan ponselnya lagi ke dalam kantong celana lalu memandang Shanaya yang sepertinya syok melihat betapa arogan dirinya ke orang lain. Padahal jelas ini bukan kali pertama gadis itu melihat."Aku hanya sedang memberi kritik, lagipula ini juga demi kebaikan perusahaannya. Aku sudah menyelamatkannya dari kehancuran,” ujar Oriaga dengan sangat jemawa. Shanaya yang terlalu terkejut hanya mengangguk-angguk, dia pasrah saja saat Oriaga kembali melangkah. Shanaya tidak ingin membahas gunjingan dua pelayan toko perhiasan tadi, karena pasti akan memperburuk suasana hati sang suami.“Em … apa ini kencan pertama kita?” Shanaya bertingkah ceria, bahkan berjalan ke depan Oriaga sambil memulas senyuman menawan. Oriaga menghentikan ayunan kaki. Dia sendiri tidak sedikitpun memiliki pikiran semacam itu. Namun, karena Shanaya membahas, Oriaga pun menjawab dengan gelengan kepala. “Bukan?” Sh
last updateLast Updated : 2023-11-18
Read more

Bab 42 : Tiga Penjelasan

“Pak Wira sudah menyiapkan baju untuk, Oom.” Shanaya baru saja masuk ke kamar dan langsung menuju kamar ganti. Awalnya dia ingin menyiapkan pakaian yang akan dibawa Oriaga pergi. Namun, akhirnya memutar tumit melihat sebuah koper sudah berada di dekat meja penyimpanan. Shanaya mencoba menunjukkan bahwa dirinya baik-baik saja, tapi ekspresi wajahnya jelas tak bisa mengelabuhi Oriaga. Shanaya seolah tak peduli dengan Oriaga yang sejak tadi memandang padanya. Dia memilih mendekat ke meja belajar, mengangkat tas berisi buku-buku yang baru saja Oriaga belikan lalu mulai menyusun rapi di sana. Oriaga sendiri setelah menutup pintu hanya bisa diam melihat tingkah Shanaya, sampai beberapa saat kemudian dia menyadari gadis itu sedang tidak baik-baik saja karena terdengar menghela napas berkali-kali. “Apa kamu pikir aku tidak akan pulang?” Tanya Oriaga. “Kenapa bicara seperti itu?” Shanaya marah, bibirnya mengerucut tapi tak lama dia bersikap biasa karena takut Oriaga kesal. “Sejak tahu aku
last updateLast Updated : 2023-11-18
Read more

Bab 43 : Ternyata Malam Itu Seharusnya

Pagi itu Shanaya merasa dirinya akan kikuk, karena untuk pertama kalinya akan makan bersama keluarga Oriaga tanpa kehadiran pria itu. Namun, ternyata Kirana mengajaknya mengobrol seperti biasa sehingga kecemasannya itu tak terbukti. "Kamu tahu? Uncle Isaak itu sahabat baik Paman. Mereka dulu kuliah di jurusan yang sama di Inggris. Uncle Isaak juga pernah tinggal di Indonesia saat SMA karena ayahnya orang sini." Kirana menceritakan tentang sosok sahabat Oriaga tanpa Shanaya tanya lebih dulu. Mendengar itu Shanaya pun hanya merespon dengan anggukan kepala sambil menyantap sarapannya."Kirana, jangan banyak bicara! Kamu membuat bibimu tidak bisa makan dengan tenang," sela Masayu. Ekspresinya yang dingin membuat Shanaya merasa tak enak hati. Dia berpikir Masayu pasti bersikap seperti itu karena dirinyalah Arumi mendapat hukuman dari Oriaga. "Kapan lagi bisa bicara sebebas ini di meja makan?" Balas Kirana. "Hidupku di rumah utama penuh aturan, bisa tidak selama Paman di Belanda tidak per
last updateLast Updated : 2023-11-19
Read more

Bab 44 : Penipu Ulung

Shanaya masih menunggu jawaban baik dari mulut Aston atau Farah. Namun, dering ponsel dan nama seseorang yang terpampang di layar membuat Shanaya seketika tak peduli lagi pada dua orang itu. Dia meminta izin ke Farah dan Aston untuk menerima panggilan. Bibir Shanaya merekah bak bunga yang mekar di musim semi. Matanya bahkan berkaca-kaca saat suara di seberang sana menyapa. "Apa Oom sudah sampai?" Tanya Shanaya bahkan saat Oriaga baru mengatakan kata hai. Oriaga tersenyum senang, rasa lelah 14 jam penerbangan seketika hilang mendengar suara riang istri kecilnya. "Aku baru menuju hotel, apa kamu sedang pergi berbelanja bersama Aston?" Tanyanya. "Hm... aku menuruti apa kata Oom, ngomong-ngomong apa kamu lelah sekali? Kenapa suaramu begini?" Shanaya cemas, bibirnya mengerucut memikirkan kondisi Oriaga saat ini. "Tenang saja! Aku baik-baik saja, aku pernah melakukan perjalanan lebih ekstrim dari ini, lebih dari 24 jam berada di pesawat hanya untuk melakukan pertemuan kurang dari 3 jam
last updateLast Updated : 2023-11-20
Read more

Bab 45 : Tentang Wanita

Shanaya menggeleng menolak pemberian Ariani karena dia pikir tidak perlu hal semacam itu untuk membuat pria takluk. Namun, sang ibu tiri langsung memasukkan bungkusan yang disebutkan tadi ke dalam kantong celana jeans yang dikenakan Shanaya."Sudah! Coba dulu, apa salahnya sih?" Ariani memaksa. Wajahnya berubah ketus tapi tak lama memulas senyum membuat Shanaya heran. Tak ingin berdebat lagi, Shanaya pun akhirnya diam lantas keluar membawa kudapan dan minuman yang Ariani buat. Mereka mengobrol sampai Shanaya ingat meninggalkan Aston di luar. Dia pun meminta izin menemui sekretaris suaminya itu sambil membawa minuman dingin."Ini! Kenapa masih di sini seharusnya kamu pergi saja. Aku bisa pulang sendiri." Shanaya memasang muka kesal, diam-diam melirik Aston yang minum layaknya orang yang baru saja lari marathon. "Pekerjaan saya hari ini memang menemani Anda," jawab Aston seraya mengembalikan gelas pada Shanaya. "Silahkan Anda lanjutkan berbincang dengan orangtua Anda di dalam, saya sa
last updateLast Updated : 2023-11-21
Read more

Bab 46 : Rumah Penyiksaan

Satu unit sedan mewah tampak terparkir di depan sebuah rumah yang sekelilingnya ditumbuhi pepohonan lebat. Aura seram terpancar membuat siapapun pasti mengira rumah itu tidak berpenghuni. Arumi duduk menekuk kaki di ayunan gantung yang ada di dalam rumah. Dia kesal karena tidak bisa pergi ke mana-mana karena kehabisan bensin. Kartu debit dan kredit yang dia miliki juga tak ada gunanya, tidak ada toko yang mau menerima pembayaran menggunakan kartu-kartunya. "Setelah hukumanku selesai, aku pastikan akan mengambil satu koper uang tunai dan menyimpannya, lihat saja nanti!" Arumi masih belum bisa menghilangkan rasa kesal. Dia bahkan tidak menunjukkan rasa penyesalan atau meminta maaf dan memohon pengampunan Oriaga.Mata Arumi menyipit menatap ponsel miliknya di atas nakas. Dia benci menyadari Shanaya malah memblokir nomornya setelah dia mengirim foto-foto Oriaga yang masih saja memakai jasa kupu-kupu malam meski sudah menikah."Aku akan memberi dia pelajaran! Kak Oriaga milikku, dia milik
last updateLast Updated : 2023-11-21
Read more

Bab 47 : Apa Tidak Rindu?

Hari itu Isaak mengantar Oriaga ke bandara. Mereka berdiri bersisian memandang jet pribadi yang akan membawa Oriaga pulang ke Indonesia dari dalam ruang tunggu khusus. Isaak masih memikirkan nasihat Oriaga soal mencari wanita yang dicintainya juga kemungkinan keberadaan darah dagingnya. “Apa kamu benar-benar tidak mau aku bantu? Aku yakin bisa dengan mudah menemukan wanita itu dan anakmu.” Isaak menggeleng. Keputusannya sudah bulat untuk pergi mencari keberadaan Seruli dengan usahanya sendiri ke Indonesia. “Setelah urusan di sini selesai, aku pasti akan langsung terbang ke Indonesia dan mengabarimu. Orangku juga sudah bergerak mencari keberadaan Seruli,” ujar Isaak. Tatapannya menerawang jauh. Dia sejatinya takut jika benar Seruli sudah bahagia dan mungkin sang anak kandung juga tidak akan mau mengakuinya sebagai ayah. “Beri tahu aku kalau kamu butuh bantuan, dan saat kamu datang ke Indonesia segera kabari, aku akan membawa Shana bertemu denganmu.” Oriaga menepuk pundak Isaak lalu
last updateLast Updated : 2023-11-21
Read more

Bab 48 : Melepas Rindu

Shanaya diam dan semakin memeluk erat bukunya. Dia merasa organ tubuh yang berada di belakang buku itu berdebar-debar. Shanaya meneteskan air mata, bagaimana bisa dia seperti ini? Merindukan sesorang seperti saat dia merindukan sang bunda. Kenapa dia seperti sangat takut kehilangan Oriaga? Apa karena pria itu kaya? Memiliki segalanya dan bisa memberi semua hal yang wanita manapun idamkan. "Wah ... tega sekali, aku bahkan sudah menepati janji tapi sambutanmu seperti ini." Oriaga menggelengkan kepala seolah kecewa, di saat itu Shanaya mendekat lalu berkata— "Sebentar! Aku bingung meletakkan buku ini di mana, Oom." Oriaga tersenyum melihat tingkah polos istri kecilnya. Dia seketika membayangkan Isaak jika bertemu dengan anak Seruli, pasti seperti dia dan Shanaya saat ini. Shanaya melepas tas dan meletakkannya di anak tangga untuk menjadi alas buku yang dia pinjam, setelah itu menghambur memeluk Oriaga tak peduli apakah ada orang yang melihat mereka. “Kenapa kamu tidak memberi kabar
last updateLast Updated : 2023-11-22
Read more

Bab 49 : Tubuhmu, Milikku!

Shanaya tak banyak bertanya tentang tempat yang akan dituju Oriaga, tapi di dalam hati dia sudah menerka suaminya pasti akan mengajaknya ke hotel. Shanaya heran, bagaimana bisa tenaga Oriaga masih ada bahkan setelah melakukan perjalanan jauh. Bukankah seharusnya pria itu istirahat? Shanaya menggeleng pelan, bahunya tak lama mengedik karena mendapati tebakannya benar. Oriaga membelokkan kemudi ke King Hotel. Namun, bukannya menuju lobi Oriaga malah turun ke parkiran bawah tanah. "Oom kenapa tidak parkir di depan?" Shanaya menelan ludah merasa takut karena ada yang janggal. "Terlalu repot jika harus melakukannya di kamar."Shanaya melebarkan manik mata tak percaya. Dia yang awalnya menatap intens Oriaga seketika mengalihkan pandangan ke arah depan. Menggunakan sebuah kartu akses pria itu melewati portal parkir dan melesatkan mobil semakin turun ke parkiran."Sebenarnya ada berapa lantai parkiran yang dimiliki King Hotel?" Shanaya bertanya tapi tidak mendapat jawaban dari Oriaga. Dia
last updateLast Updated : 2023-11-23
Read more

Bab 50 : Fitnah

Isaak menemui Amora di kediaman wanita itu, meskipun hubungan mereka tidak baik sejak pertama menikah dan menganggap putra yang hadir di pernikahan mereka bukanlah darah dagingnya, tapi Isaak tetap tidak bisa membiarkan anak berumur lima tahun mengetahui masalah orang dewasa. Dia tetap memeluk Issa, mendengarkan celotehan anak itu dan memberi respon seperti biasa.“Tuan muda Issa, saatnya mandi!”Isaak menoleh mendengar suara pengasuh putranya, di saat yag bersamaan Amora juga mendekat dan membuatnya menurunkan Issa dari gendongan.“Aku mau main sama Daddy.” Issa melayangkan protes, bibirnya mengerucut lantas mendongak memandang Isaak dengan sorot mata mengiba.“Nanti kamu bisa main lagi setelah mandi,” ucap Amora. Meski kalimatnya itu dia tujukan ke Issa, tapi matanya memandang wajah suami yang tidak pernah dia miliki seutuhnya ini.Sama halnya seperti Amora, Isaak juga melakukan hal yang sama. Pria itu mengucapkan kalimat untuk sang putra, tapi memandang ke Amora.“Mommy-mu benar, k
last updateLast Updated : 2023-11-24
Read more
PREV
1
...
34567
...
28
DMCA.com Protection Status