Semua Bab Terjebak Gairah Paman Billionaire: Bab 231 - Bab 240

279 Bab

Bab 231 : Pembalasan Shanaya (5)

Arumi berjalan dengan penuh amarah. Dia pergi ke tempat wanita yang terekam Cctv mengambil sesuatu dari bawah sofa di galerinya. Dia sangat yakin jika itu perhiasan asli yang ditukar dengan perhiasan palsu.Wanita yang dicurigai Arumi sedang berada di sebuah toilet salah satu restoran. Dia tidak tahu akan kedatangan Arumi di sana, hingga saat baru saja keluar dari bilik kamar mandi, wanita itu syok melihat Arumi di sana sedang memandangnya sambil melipat kedua tangan di depan dada.Arumi sendiri memasang tanda kalau kamar mandi itu sedang tidak bisa dipakai, lantas mengunci pintunya agar targetnya tak bisa kabur.“Anda di sini, kebetulan sekali,” ucap wanita berbasa-basi sambil memasang senyum yang dipaksakan, meski dalam hati panik karena tatapan dari Arumi.Arumi diam sambil memberikan tatapan tajam. Dia berjalan mendekat perlahan, membuat wanita itu panik.Wanita itu sampai mundur, hingga hampir terjungkal karena menabrak pintu bilik yang terdorong ke dalam.“Ada apa ini?” tanya wan
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-04-06
Baca selengkapnya

Bab 232 : Pembalasan Shanaya (6)

Shanaya berjalan santai ke luar gedung tempatnya tinggal hendak berolah raga. Dia mengambil earphone dan hendak menempelkannya ke telinga. Namun, saat baru saja melangkah, Shanaya terkejut melihat siapa yang ada di depannya saat ini.“Kenapa terkejut?” Arumi datang dan memberikan tatapan benci ke Shanaya.Shanaya hanya memandang Arumi tanpa kata. Tatapannya terlihat penuh kebencian ke wanita itu.“Tidak, bukankah sudah biasa kalau kamu tiba-tiba muncul seperti hantu,” balas Shanaya dengan entengnya.“Kamu pikir bisa menang dariku!” Arumi tiba-tiba menghardik geram. Satu tangannya terlihat disembunyikan di belakang tubuh sedangkan yang satunya mengepal kencang.“Aku tidak paham maksudmu. Jika kamu tidak ada hal penting yang ingin dikatakan selain rasa irimu, lebih baik menyingkir!” balas Shanaya sengit.“Kamu terlalu sombong. Kamu pikir bisa mendapatkan semuanya dengan mudah? Aku tidak akan membiarkan itu!” Arumi memperlihatkan amarah. Dari sorot matanya menunjukkan seolah dia ingin mem
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-04-09
Baca selengkapnya

Bab 233 : Hukuman Yang Pantas

Shanaya mengurungkan niat berolahraga karena kejadian yang menimpa Arumi. Setelah Isaak kembali dari mengantar Kirana, mereka berbincang di kediaman Isaak untuk membahas apa yang terjadi. Shanaya akhirnya jujur tentang apa yang sudah dia perbuat sampai Arumi datang dan ingin melakukan perbuatan jahat padanya.Tanpa sedikitpun rasa bersalah, Shanaya berkata kalau dia bersyukur Arumi terkena siraman air keras. Dia bahkan berharap Arumi cacat hingga tidak bisa menjadi perancang perhiasan lagi."Apa aku terdengar seperti psikopat? Aku tidak akan meminta maaf atau merasa bersalah ke wanita kejam itu, mulai detik ini jika dia berbuat jahat lagi maka aku tak akan segan melawan," kata Shanaya."Tapi dia gila Shana, bagaimana bisa dia berniat menyirammu dengan air keras," tutur Amora yang tak bisa membayangkan jika sampai air keras itu benar mengenai wajah Shanaya tadi. "Dia memang gila," sambung Isaak. "Bahkan di rumah sakit tadi dengan wajah yang setengah melepuh dia masih sempat memaki dan
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-04-09
Baca selengkapnya

Bab 234 : Memohon Bantuan Meminta Restu

Elkan pergi ke penthouse Isaak siang itu. Tentu saja tujuannya ke sana hanya ingin bertemu dengan Amora. Meskipun dia tahu apa yang terjadi pada Kirana, tapi Elkan memilih untuk tidak membahas hal itu. Bagi Elkan saat ini ada hal yang jauh lebih penting untuk dia bahas.Elkan sudah berdiri di depan kediaman Isaak. Awalnya agak ragu, bahkan sampai menarik napas dan mengembuskannya kasar. Pelan Elkan mulai menekan bel lantas menunggu sampai ada yang membuka pintu.Senyum Elkan pun terbit saat daun pintu mengayun dan dari baliknya Amora muncul menyambut penuh keramahan.“Elkan, masuklah!” ajak Amora seraya melebarkan daun pintu. Di senang melihat sang adik datang.Elkan menganggukkan kepala, lantas masuk dan mengedarkan pandangan. Sepi, ia menerka mungkin Shanaya dan Isaak sedang pergi.“Kenapa ke sini tidak memberi kabar dulu?” tanya Amora sambil berjalan menuju ruang tengah diikuti Elkan.“Tadi kebetulan lewat, jadi sekalian mampir,” jawab Elkan sambil memandang punggung sang kakak. Jel
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-04-12
Baca selengkapnya

Bab 235 : Bersamamu

PRANGSuara pecahan piring dan gelas terdengar nyaring di kamar pesakitan itu. Arumi mengamuk lagi saat dokter berkata dia tidak bisa keluar dari rumah sakit karena luka di wajahnya masih basah."Aku mau ke luar negeri, siapa yang berani mencegahku pergi? Sialan kalian semua!"Teriakan Arumi membuat perawat yang berjaga geleng-geleng kepala. Salah satu di antara mereka berbisik pantas kalau Arumi akan dimasukkan ke rumah sakit jiwa. "Apa sudah keluar suratnya?""Sudah, sebentar lagi setelah lukanya agak mendingan dia pasti akan dipindahkan ke RSJ."Perawat pun saling pandang. Mereka mendengar lagi suara lemparan barang dari dalam kamar Arumi."Apa yang harus kita lakukan sekarang?" Tanya salah satu perawat ke yang lain."Tidak ada, dokter meminta kita untuk tidak melakukan apa-apa."Perawat itu mengedikkan bahu seolah malas meladeni tingkah Arumi yang sudah berada di rumah sakit selama hampir satu minggu."Lihat saja! Tidak ada saudaranya yang datang menjenguk, menurutku pasti ada mas
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-04-12
Baca selengkapnya

Bab 236 : Aku Sudah Merelakan Semua

Shanaya kaget bukan kepalang, dia memandang sosok yang memanggil kemudian beralih ke Oriaga. Terlihat jelas Oriaga senang, sangat jauh berbeda seperti saat terakhir bertemu.“Kai!” ucap Oriaga yang tersenyum lebar. Shanaya mundur beberapa langkah karena kaget mendapati Kai langsung menghambur dan memeluk Oriaga, begitupun pria itu yang menyambut sambil merentangkan tangan. Shanaya merasa bahagia melihat pemandangan di hadapannya saat ini, terlebih saat menoleh ke arah Kai datang, dia mendapati Verel, Ermanu, Elisa bahkan Anne juga berada di sana.“Bagaimana kabarmu?” Oriaga melepas pelukan dan menyentuh pipi Kai. Namun, bukannya menjawab Kai kembali memeluk Oriaga. Anak itu terus saja menganggap Oriaga adalah penyelamat karena sudah menolong papanya. “Apa kabar?” Elisa menyapa Shanaya, berharap gadis itu tak bersikap seperti terakhir kali mereka bertemu. “Baik,” balas Shanaya seraya menerima jabatan tangan Elisa. Mereka kebetulan juga datang ke sana karena hari itu adalah ulangta
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-04-14
Baca selengkapnya

Bab 237 : Menata Hidup

“Kenapa kamu datang ke sini? Apa kamu mau mentertawaiku?” Arumi berdiri dari kursi dan hendak mencakar Shanaya. Beruntung ada pembatas besi layaknya penjara yang memisahkan mereka. Shanaya bergeming, berbeda dari Masayu yang berjengket kaget dan berdiri melihat Arumi yang saat ini tampak menyeramkan. “Kenapa kamu bisa datang bersama gadis kampungan ini? Apa kalian sekarang sudah menjadi teman? Ha?” Arumi menuduh Masayu dengan emosi menyala-nyala. Sedangkan Masayu sendiri masih mencoba menenangkan diri karena rasa kaget yang mendera. Ibunda Kirana itu tampak mengelus dada kemudian memandang Shanaya yang masih santai seolah gertakan Arumi bukan apa-apa baginya. “Aku datang ingin melihatmu, apakah kondisimu baik-baik saja,” kata Shanaya masih dengan mimik datar. Masayu menelan ludah, dia kembali mendekat lalu menjelaskan ke Arumi bahwa dirinya tanpa sengaja bertemu Shanaya tadi di depan.“Rumi, bersikaplah baik. Bukankah tidak enak tinggal di sini? Aku saja takut berada di sini, ken
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-04-15
Baca selengkapnya

Bab 238 : Kawin Lari?

“Tidak semudah itu, Ori!” Shanaya mengerutkan kening, sedangkan Oriaga hanya menatap datar Isaak yang baru saja menolak permintaan tulusnya untuk kembali menikahi Shanaya. Pria matang itu datang ke tempat Isaak, merendahkan diri setelah sepakat dengan Shanaya harus meminta izin dulu ke papa kandungnya sebelum melanjutkan hubungan mereka. Ya, apapun Oriaga lakukan demi cinta, termasuk bersikap ramah dan hormat ke Isaak yang sering dia sebut brengsek. “Anakku mengalami banyak cobaan dan musibah saat menjadi istrimu, jadi aku tidak bisa dengan mudah memberikan izin kali ini, karena aku ti … “ “Papa tidak boleh menolak niat tulus Oom Ori, kalau Papa tidak merestui, lihat saja kami akan kawin lari!” Potong Shanaya setengah emosi. Wajahnya bahkan sudah berubah masam menyadari Isaak menolak permohonan Oriaga, sedangkan Oriaga masih mencoba bersikap tenang, pria itu menahan paha Shanaya agar tidak berdiri dari kursi. “Kawin lari? Bagaimana caranya orang kawin lari? Hewan saja tidak pakai
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-04-16
Baca selengkapnya

Bab 239 : Melakukan Apa?

Satu bulan kemudian Shanaya memandang Isaak yang sibuk memasukkan bajunya ke dalam koper. Esok pria itu, Amora juga Issa akan kembali ke Belanda. Tentu saja Shanaya tidak akan turut serta, apalagi sudah ada Oriaga yang sudah berjanji menjaganya. “Aku tidak percaya si brengsek itu kembali jadi menantuku,” ucap Isaak. Dia menutup kopernya secara kasar. Lalu bersungut-sungut meletakkannya di sisi ranjang. Shanaya sadar kalau Isaak bersikap seperti ini karena mencemaskan dirinya, hingga dia mendekat dan memeluk pinggang pria itu dari belakang. “Papa, meski dulu aku pernah berharap tidak menjadi anak Papa, tapi sekarang aku bahagia karena bagaimanapun Papa sudah memberikan kehidupan baru yang jauh lebih baik untukku, terima kasih.” Shanaya berbicara dengan nada sangat tulus. Dia menggelayuti Isaak lantas pria itu pun menoleh memandanginya yang bersikap manja. “Jangan menatapku seperti itu!” Isaak mendengkus, pundaknya sampai luruh seiring dengan pelukan Shanaya yang perlahan melonggar.
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-04-17
Baca selengkapnya

Bab 240 : Kejutan

“Apa kamu benar sudah merelakannya?” “Hm … lagipula dia juga sudah kembali menikah dengan Pamanku.” Andra tersenyum penuh ketulusan. Pemuda itu sudah berada di batasnya, menyadari bahwa mencintai seseorang tidaklah bisa dipaksakan. Sebesar apapun keinginan Andra memiliki Shanaya, hal itu tidak akan pernah akan terwujud karena hati manusia tak bisa dipaksa. “Kamu sendiri, apa masih ingin terus seperti ini? Bukankah Mamamu sudah memintamu untuk pulang ke rumah?” Tanya Andra. Mauri yang hari itu menerima ajakan Andra untuk makan siang bersama hanya mendengkus, sebenarnya dia tidak ingin membahas masalah keluarga, tapi untuk saat ini hanya Andra lah yang bisa dijadikannya teman bicara. "Pulang ke rumah sama saja masuk kembali ke sangkar besi," balas Mauri.Karena memiliki papa yang terlalu over protektif, Mauri sampai tidak memiliki sahabat. Kesalahan sekecil apapun dari orang yang dekat dengannya bisa membuat sang Papa murka lantas membuat teman-temannya menjauh satu persatu. Setel
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-04-18
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
2223242526
...
28
DMCA.com Protection Status