Home / Romansa / Terjebak Gairah Paman Billionaire / Chapter 211 - Chapter 220

All Chapters of Terjebak Gairah Paman Billionaire: Chapter 211 - Chapter 220

279 Chapters

Bab 211 : Brangkas

"Aku tidak perlu menjawab pertanyaan labil seperti itu, kamu pikir kita saling kenal sampai tiba-tiba aku menyukaimu?"Hari itu Shanaya pergi jogging di taman. Dia pergi sendirian dan kini sedang berlari mengelilingi taman sambil memikirkan jawaban Oriaga padanya kemarin.Sebenarnya Shanaya ingin sekali memukul Oriaga, mengumpat pria itu yang jahat padanya."Bukankah dia yang memintaku untuk tidak percaya peramal? Kenapa memutus takdir buruk harus meninggalkanku?"Shanaya bertanya-tanya di dalam hati, hingga dia berhenti karena lelah dan mengatur napas. Shanaya pun mengedarkan pandangan, hingga melihat Ermanu dan Elisa yang baru saja datang di taman itu bersama anak-anak mereka.Shanaya awalnya terkejut, tapi berusaha tenang dan mengabaikan mereka.“Bukankah itu Shana?” tanya Elisa saat melihat Kai yang terus menatap pada Shanaya.Elisa hendak menyapa, tapi urung ketika melihat Shanaya melewatinya dan Ermanu begitu saja.“Tunggu, apa dia tidak melihat kita? Kenapa dia tidak menyapa?” t
last updateLast Updated : 2024-03-15
Read more

Bab 212 : Ajaklah Dia!

Sementara Shanaya tengah sibuk memeriksa brangkas yang kuncinya Oriaga berikan padanya. Saat ini Andra sedang melihat-lihat bunga yang ada di hadapan. Pemuda itu berada di toko bunga dan sempat bingung memilih bunga apa yang cocok untuk diberikan ke Shanaya, sebelum akhirnya memutuskan.“Aku mau dibuatkan bucket mawar warna merah muda itu,” ucap Andra ke pelayan toko sambil menunjuk bunga yang dia maksud.“Baik.” Pelayan membalas ramah lantas mengambil bunga yang diinginkan Andra untuk merangkainya secantik mungkin.Tak berselang lama, Andra mengambil bunga yang sudah menjadi buket cantik lalu membayar. Dia lekas berjalan ke mobil, tapi langkahnya tertahan saat mendengar suara perempuan yang tak asing di telinga memanggil.“Andra! Ternyata benar kamu,” ucap Mauri dengan wajah semringah.Andra sendiri tampak terkejut karena bisa bertemu dengan Mauri di sana. Dia pun tersenyum melihat wanita itu yang berjalan mendekat ke arahnya.“Sedang apa kamu di sini?” tanya Andra basa-basi. Entah k
last updateLast Updated : 2024-03-17
Read more

Bab 213 : Pertemuan Setelah Sekian Lama

Mendengar jawaban sang adik, Amora merasa ada perbedaan yang cukup signifikan dari Elkan. Meski begitu, Amora merasa hal ini mengarah ke sesuatu yang positif sehingga dia pun merasa senang.“Tentu, aku tunggu. Jangan lupa memberi kabar dulu agar aku bisa menyiapkan dengan sempurna kedatangan kalian, kamu pasti rindu masakanku 'kan?" Amora memulas senyum lebar, begitu juga Elkan. Pria itu senang bisa melihat kakaknya berada di sana.Keduanya pun berbincang-bincang soal apa yang dilakukan Elkan sekarang. Hingga akhirnya Amora pamit karena harus segera pulang karena meninggalkan Issa bersama Isaak.“Ingat janjimu untuk datang makan malam,” ucap Amora sebelum pergi.“Tentu, kakak tidak perlu cemas,” balas Elkan.Amora pun pamit meninggalkan Elkan. Setelah Amora pergi, pria itu buru-buru mendial nomor Kirana untuk memberitahu.Kirana yang kini bekerja di salah satu anak perusahaan kakeknya pun sampai kaget. Wanita itu ragu saat melihat nomor Elkan tertera pada layar ponselnya. Namun, dia
last updateLast Updated : 2024-03-19
Read more

Bab 214 : Menunggu

Oriaga masih diam membeku, hingga Aston takut terjadi hal yang buruk ke pria itu lantas mendekat."Pak, apa ada yang terjadi?" Oriaga tak membalas, dia merasa tak bisa gegabah dalam menyikapi informasi yang diberikan oleh pihak bank tadi."Bagaimana kalau Shanaya memang sengaja berpura-pura karena alasan tertentu?" Gumam Oriaga. "Dia pasti akan marah kalau sampai tahu aku menyadari ini," imbuhnya."Pak apa Anda baik-baik saja?" Aston kembali bertanya, air mukanya terlihat sangat khawatir hingga Oriaga menoleh dan menjawab."Aku baik-baik saja, aku tadi merasa melupakan sesuatu tapi ternyata tidak."Setelah mengucapkan itu Oriaga memutar tumitnya kembali masuk ke ruang kerja. Sikapnya itu membuat Aston melongo. Aston diam-diam merogoh ponsel dan memberitahu Pak Wira. Dua orang kepercayaan Oriaga itu memang bersekutu untuk saling memberitahu kondisi pria itu jika dirasa ada yang aneh.Sementara itu Andra gelisah menunggu Shanaya pulang. Hingga beberapa saat kemudian, dia akhirnya lega
last updateLast Updated : 2024-03-19
Read more

Bab 215 : Tak Layak

Shanaya memilih mengurung diri semenjak Andra pulang. Suasana rumahnya sudah sangat sepi karena Amora sepertinya kelelahan dan tidur lebih awal bersama Issa. Sedangkan Isaak sendiri sibuk bekerja di ruangannya. Semenjak berada di Indonesia Isaak memang harus mengontrol dan mengurus perusahaan secara online.Shanaya sendiri belum menceritakan apapun ke orang lain perihal temuannya. Kini, dia malah bingung harus diapakan sertifikat pemberian Oriaga ini tanpa tahu bahwa si pemberi sudah mulai curiga."Aku benar-benar merindukanmu, Oom Ori," lirih Shanaya. Dia menyentuh permukaan tanda kepemilikan bangunan itu dan lagi-lagi merenung."Haruskah aku jujur? Tidak! Aku belum membalas perbuatan orang-orang jahat itu, mereka harus merasakan akibatnya." Shanaya bermonolog, tangannya tampak meremas sprei ranjang dengan sorot mata penuh dendam.Sementara itu di tempatnya, Oriaga terlihat berjalan di belakang Pak Wira yang sedang menuju pintu. Pria itu terkesan membuntuti Pak Wira yang ingin pulang
last updateLast Updated : 2024-03-20
Read more

Bab 216 : Aku Ingin Membalas

Sepulangnya dari tempat Shanaya beberapa jam yang lalu, Andra langsung datang ke apartemen Masayu. Saat sampai di sana, pemuda itu bergegas mencari keberadaan Celine yang dikabarkan sempat dibawa ke rumah sakit tadi.“Di mana Celine? Bagaimana kondisinya? Apa kata dokter?” tanya Andra bertubi sambil berjalan masuk.Andra tak bisa tenang, dia ikut cemas dan takut jika terjadi sesuatu pada keponakannya itu.“Dia di kamar bersama Kirana, tadi sudah diperiksa,” jawab Masayu sambil berjalan di belakang Andra.“Apa dia benar-benar tidak kenapa-napa?” tanya Andra saat melihat Celine sedang dibui Kirana di atas ranjang.“Dokter bilang kalau Celine baik-baik saja, mungkin aku saja yang terlalu lebay dan panik,” jawab Masayu menjelaskan. Dia meremas jemari ketika ingat betapa paniknya dia saat Celine tidak berhenti menangis tadi.Andra sebenarnya ingin lebih mendekat, tapi melihat Kirana sedang berusaha menidurkan Celine. Dia pun memilih menunggu sampai keponakannya itu terlelap.Tak beberapa la
last updateLast Updated : 2024-03-21
Read more

Bab 217 : Kena Marah Papa

Oriaga tersenyum dari dekat pintu melihat Shanaya berjalan pulang ke tempat tinggalnya. Gadis itu bahkan sesekali masih menoleh seolah enggan berpisah darinya. "Selamat malam, tidurlah yang nyenyak," kata Oriaga tanpa suara.Namun, bukannya membuat Shanaya bergegas, kalimat itu malah membuat gadis itu berlari kembali ke arah Oriaga untuk memeluk."Bukankah kamu bilang masih ingin merahasiakan kalau ingatanmu sudah kembali? Bagaimana kalau ada yang melihat?" Tanya Oriaga. Meski bibirnya berkata seperti itu, tapi tangannya membalas pelukan Shanaya seolah enggan berpisah."Siapa yang malam-malam begini mau datang ke sini?"Shanaya bicara sambil menyembunyikan wajah ke dada Oriaga, dia benar-benar bahagia, berharap malam tak berlalu begitu saja. Namun, Shanaya tak menyangka tepat setelah mengatakan itu pintu kediaman Isaak terbuka dan pria itu keluar dari balik sana.Oriaga kaget bukan kepalang, begitu pula Isaak yang terbengong lantas mengedipkan mata berkali-kali seolah tak percaya ka
last updateLast Updated : 2024-03-22
Read more

Bab 218 : Tidak Akan Ikut Campur

Shanaya tak menjawab pertanyaan Isaak. Gadis itu memilih mendorong papanya keluar kamar dan mengusirnya pergi. Isaak sendiri tak bisa berkata-kata, dia diam saja saat Shanaya menutup pintu dan terdengar suara kunci yang diputar."Wah ... kenapa aku harus terkejut begini, bukankah sejak dulu memang di brengsek Oriaga itu menantuku, tapi aneh rasanya, dari menantu dia berubah menjadi mantan menantu, dan apa sekarang dia mau jadi menantuku lagi?" Isaak sibuk bertanya-tanya pada diri sendiri. Dia masih diam di depan pintu kamar Shanaya lalu menoleh sejenak sambil menggeleng-gelengkan kepala. Mata Isaak tiba-tiba saja menyipit, dia tidak bisa menunggu besok pagi untuk menanyakan sesuatu ke sahabatnya hingga memilih berjalan tergesa ke penthouse Oriaga dan mengetuk pintunya. Isaak membuang napas kasar, tangannya sudah terangkat bersiap untuk menggedor kediaman Oriaga. Namun, tak dia sangka pria yang ingin dia temui itu lebih dulu membuka pintu seolah memang sedang menunggu."Aa...a... a
last updateLast Updated : 2024-03-23
Read more

Bab 219 : Menemui Ayah

Shanaya diam meresapi jawaban Oriaga, setelah itu menutup kotak perhiasan di tangannya dan memandang wajah pria di depannya ini. Shanaya membuang napas kasar kemudian cemberut.“Aku merasa seperti sedang menjalani hubungan gelap, jika harus bertemu denganmu seperti ini," ucap Shanaya.Oriaga hanya tersenyum menanggapi ucapan Shana. Dia juga tak bercerita tentang Isaak yang semalam datang dan berbincang dengannya cukup lama. Oriaga mengulurkan tangan, hingga Shanaya menyambut dan membelalakkan mata saat dirinya menarik cukup kencang gadis itu ke arahnya."Apa yang Oom lakukan?" Bisik Shanaya dengan pipi merona."Memelukmu, apa lagi?"Jawaban Oriaga semakin membuat Shanaya tersipu, demi apapun dia bersumpah di dalam hati untuk tidak kembali berpisah dengan pria ini.Keduanya masih saling berpelukan, hingga tiba-tiba saja pintu apartemen terbuka dan Shanaya cepat-cepat menjauhkan badan. Dia dan Oriaga terkejut dan secara bersamaan menoleh ke arah pintu.Shanaya menelan ludah, begitu juga
last updateLast Updated : 2024-03-24
Read more

Bab 220 : Tak Akan Tergantikan

“Lalu aku harus memandangmu seperti apa? Seperti istri yang sangat sayang pada suaminya, atau ibu yang sayang pada anaknya?” Shanaya bicara ketus sampai Nugroho kaget. Pria itu bahkan menoleh dan memandang lekat Shanaya seolah ingin memastikan apakah benar anaknya yang berdiri di sampingnya ini. “Ka-ka-kamu.” Ariani terbata. Sama persis seperti Nugroho, dia juga syok saat Shanaya dengan berani berbicara menggunakan nada tinggi. “Beraninya kamu bicara begitu? Meskipun kamu punya suami kaya raya, tapi kamu tetap harus sopan ke orangtua,” imbuh Ariani sembari mencoba menenangkan diri. “Kurang sopan apa aku padamu selama ini? Bahkan saat kamu memintaku melakukan ini itu aku tetap melakukannya,” kata Shanaya sambil menahan gemuruh di rongga dada. Tak ada lagi kata ibu yang terucap dari bibir gadis itu untuk menyapa Ariani. “Apa aku pernah membantahmu? Apa aku pernah melawan bahkan saat kamu memberiku nasi basi untuk dimakan.” Mata Shanaya berkaca-kaca. Dia tahu saat ini bukan waktu ya
last updateLast Updated : 2024-03-25
Read more
PREV
1
...
2021222324
...
28
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status