Home / CEO / Terjebak Gairah Paman Billionaire / Chapter 191 - Chapter 200

All Chapters of Terjebak Gairah Paman Billionaire: Chapter 191 - Chapter 200

279 Chapters

Bab 191 : Kembali Ke Indonesia

"Tuan, pengacara Anda mengirimkan dokumen yang Anda minta."Oriaga sejak tadi diam melamun memandang ke luar jendela penthouse miliknya. Pria itu tampak memandang Pak Wira dari pantulan kaca. Dia mengucapkan terima kasih ke kepala pelayannya itu — yang dengan setia menemani dirinya semenjak kembali ke Indonesia."Apa Anda sudah minum obat, Tuan?" Pak Wira memandang gelas berisi air mineral yang masih utuh, menandakan bahwa Oriaga belum meminum obatnya. Pak Wira sengaja bertanya agar Oriaga merasa sungkan."Sebentar lagi! Pak Wira tidak perlu khawatir. Mana mungkin aku tidak meminumnya? Aku masih ingin hidup lebih lama," kata Oriaga."Tuan!" Pak Wira merasa sangat sedih mendengar Oriaga berkata seperti ini. Sekitar setahun yang lalu setelah Oriaga pergi, Pak Wira juga ikut pergi dari rumah utama. Hingga beberapa bulan kemudian Oriaga mencarinya dalam kondisi sangat terpuruk, bak anak kepada bapaknya, Oriaga menceritakan apa yang terjadi pada Pak Wira.Oriaga begitu terpukul melihat S
last updateLast Updated : 2024-02-27
Read more

Bab 192 : Bayangan

Amora buru-buru masuk ke kamar Shanaya. Dia menuju lemari gadis itu untuk mengecek sesuatu, karena Isaak sedang menelepon Amora dan bertanya apakah Shanaya pamit pergi liburan padanya.Seperti memiliki firasat yang tidak baik, Isaak takut kalau Shanaya sampai kenapa-napa. Dia jelas tidak ingin kehilangan putrinya itu, apalagi kalau ternyata yang dikatakan dokter benar, bahwa Shanaya bisa mendapatkan ingatannya kembali. "Passport dan visanya tidak ada," kata Amora. Wajahnya langsung berubah karena Isaak malah membentak setelah dia menjawab."Sudah aku bilang simpan saja dokumen penting Shanaya di kamar kita!"Amora seketika merasa apa yang dilakukannya selama ini ke Shanaya dan Isaak sia-sia. Perasaan Amora yang sedang hamil 5 bulan menjadi sangat sensitif hingga hatinya sakit mendengar bentakan dari Isaak."Apa kamu lupa? Kamu sendiri yang berpesan harus melakukan semuanya senatural mungkin, agar jangan sampai Shanaya mencurigai sesuatu," balas Amora. "Kenapa kamu malah membentak-ben
last updateLast Updated : 2024-02-28
Read more

Bab 193 : Hati Tak Bisa Dibohongi

Shanaya memilih untuk mandi. Dia merasa sangat tenang saat tubuhnya berada di dalam air yang dingin. Dalam pikirannya Shanaya hanya menduga kalau dirinya kelelahan sekaligus butuh penyesuaian.Shanaya mengusap kepalanya yang memang baru sedikit ditumbuhi oleh rambut. Dia menyentuh bagian di mana bekas jahitan operasi yang sudah dia jalani berada. Berpikir betapa mengerikannya waktu yang harus dia lewati beberapa bulan lalu.Shanaya diam, dia larut dalam perasaan sedih yang tiba-tiba menyergap hati, kemudian memilih menenggelamkan wajahnya beberapa detik ke bath up sebelum muncul kembali dengan napas tersengal."Aku butuh udara segar, sebaiknya aku pergi jalan-jalan," lirih Shanaya. Dia pun beranjak dari bath tub, mengambil handuk lalu melilitkan kain berbahan wol itu ke badan sambil bercermin. Shanaya mengusap wajah, memandang penampilannya yang dirasanya sangat buruk jika tidak memakai rambut palsu seperti ini."Kira-kira gadis macam apa kamu itu? Apa kamu tidak ingin mengingat masa
last updateLast Updated : 2024-02-28
Read more

Bab 194 : Rasa Sakit

Shanaya lagi-lagi meneteskan air mata meski lift yang membawanya sudah turun dua lantai. Dia merasa ada yang janggal setelah bertemu pria di depan lift tadi, hingga Shanaya pun memutuskan menekan tombol lift untuk naik kembali ke atas. Namun, saat lift terbuka di lantai kamarnya lagi, Shanaya mau tak mau harus mundur dan menutup lift itu diam-diam. Shanaya seketika merasa bodoh saat melihat seorang wanita membuka pintu kamar — yang berada tepat di sebelah kamarnya untuk menyambut pria tadi."Pria hidung belang," gerutu Shanaya. Dia mendongak sambil mengusap mata agar tak lagi menangis. "Otakku memang bermasalah, bagaimana bisa aku menangis di depan pria tak di kenal," imbuhnya.Shanaya pun berlalu menuju restoran hotel untuk makan malam. Sedangkan Oriaga seketika limbung.Sesaat setelah masuk ke kamar president suit miliknya, Oriaga menyanggahkan tangan kirinya ke dinding."Anda baik-baik saja?""Aku baik-baik saja," kata Oriaga. Dia diam sejenak sebelum meminta wanita yang merupakan
last updateLast Updated : 2024-03-01
Read more

Bab 195 : Kenangan

Pak Wira menutup panggilan dari Oriaga lantas diam memandangi layar ponselnya. Beberapa saat yang lalu, Isaak menghubungi Pak Wira untuk meminta bantuan. Isaak tahu tidak mungkin meminta bantuan Oriaga karena kontaknya sudah diblokir oleh pria itu, hingga harapan satu-satunya bagi Isaak hanyalah Pak Wira. Dan kini Pak Wira bingung karena Oriaga malah memintanya menghubungi Isaak."Mereka benar-benar seperti anak kecil, apa susahnya memakai nomor lain untuk menghubungi atau membuka blokir dan menghubungi sendiri."Pak Wira pun memasukkan ponsel ke dalam kantong celana sambil mengeluh. Pria paruh baya itu sedang dalam perjalanan menuju penthouse milik Oriaga. Lima bulan yang lalu Oriaga memutuskan untuk tidak terus tinggal di rumah utama, dia terkadang memilih tinggal di penthouse dan setiap hari Pak Wira harus ke sana untuk mengecek pekerjaan para pelayan — yang juga harus mondar-mandir rumah utama dan kediaman pribadi Oriaga. "Aku tidak akan menjadi penghubung kalian, silahkan bersi
last updateLast Updated : 2024-03-02
Read more

Bab 196 : Anak Itu

Shanaya duduk diam bak boneka tanpa nyawa. Tatapannya lurus ke ujung ranjang dengan tubuh yang terasa mengambang. Shanaya merasa seperti baru terbangun dari tidur panjang tapi malah mendapat mimpi buruk. “Maaf lama mencari burger untukmu.” Shanaya menoleh memandang Andra yang masuk ke dalam kamar. Di tangan pemuda itu tampak bungkusan berisi makanan yang dirinya minta. “Terima kasih, aku tadi sudah bertekad tidak akan mau makan kalau sampai kamu tidak datang membawa apa yang aku mau,” kata Shanaya menggunakan nada manja. Andra tertawa lega, setelah memberikan makanan itu ke Shanaya, dia lantas mengulurkan tangan mengusap rambut Shanaya yang mulai menyantap burgernya. “Pelan-pelan,” kata Andra. Shanaya pun mendongak dan mengangguk, membiarkan Andra mengusap sudut bibirnya sebelum duduk di sebelahnya dan bicara. “Aku sebenarnya tidak ingin meninggalkanmu di sini, tapi aku harus mandi, meletakkan barang-barangku dulu di rumah, apa tidak masalah kalau aku tinggal sebentar?” Pertan
last updateLast Updated : 2024-03-02
Read more

Bab 197 : Penthouse

"Shana! Anak Papa."Isaak yang baru saja tiba di rumah sakit langsung memeluk Shanaya yang sedang duduk di ranjang sambil berbincang bersama Andra. Karena kehadiran Isaak itu, Andra harus rela melepas pegangan tangannya ke Shanaya. Pemuda itu tersenyum melihat Isaak akhirnya datang dan Shanaya tersenyum membalas pelukan Isaak."Ini akibatnya kalau pergi tidak bilang-bilang, jangan ulangi lagi!" Ucap Isaak, dia pun mengembuskan napas lega. Perasaan takut kehilangan Shanaya membuat Isaak sampai tidak bisa tidur sepanjang perjalanan menuju Indonesia. "Mama akan menyusul bersama Issa, karena harus mendapat surat rekomendasi dulu dari dokter kandungannya sebelum terbang," kata Isaak.Mendengar itu Shanaya pun merasa bersalah, dia ingin Isaak memberitahu Amora agar tidak usah menyusul ke Indonesia."Mamamu bilang dia ingin liburan juga, mumpung Issa juga libur."Karena alasan itu Shanaya tak mendebat lagi, mereka pun berbincang membahas kondisi Shanaya sambil menunggu dokter datang untuk
last updateLast Updated : 2024-03-03
Read more

Bab 198 : Kembali

“Tidak boleh!” Isaak menghadang Shanaya yang hendak keluar dari pintu, dia bahkan mengurungkan niat untuk mandi lalu memakai bajunya lagi padahal sudah membasahi badan. “Kenapa?” “Kamu baru saja keluar dari rumah sakit, kondisimu belum stabil, kamu masih labil.” Isaak menggelengkan kepala, buru-buru menarik tas selempang Shanaya dan meminta putrinya itu masuk ke kamar. “Aku ingin pergi ke rumah Andra, kenapa Papa menghalangi? Aku ingin bertemu Mama dan saudara kembarnya yang bernama …. “ Shanaya tampak berpikir, dia mengerucutkan bibir mencoba mengingat siapa nama saudara kembar kekasihnya itu. Isaak yang ketakutan memilih untuk bertindak sedikit brutal, dia mendorong tubuh sang putri masuk ke kamar lantas mengunci pintu dari luar. “Papa! Apa yang Papa lakukan?” Teriak Shanaya, dia bahkan sampai menggedor-gedor pintu sedangkan Isaak sendiri memilih menulikan pendengaran. Pria itu menggenggam erat kunci kamar Shanaya lantas berkata,” Papa mandi dulu, setelah Papa mandi akan Pap
last updateLast Updated : 2024-03-04
Read more

Bab 199 : Terbongkar

"Bacakan!" Perintah Oriaga pada pengacara membuat semua orang yang sedang duduk di ruang makan diam. Meskipun awalnya ingin pertemuan itu terkesan santai karena dilakukan sembari makan, tapi nyatanya semua orang tidak bisa menyantap hidangan mewah yang sudah disiapkan oleh koki.Mereka sama sekali tidak nafsu, karena harap-harap cemas mendengar isi dari surat yang akan pengacara bacakan."Sebelum meninggal, Tuan Pradipta menulis surat wasiat yang dibagi menjadi dua. Pertama, surat yang isinya sudah pernah Anda semua dengar sebelumnya, dan yang ke dua adalah surat yang akan saya bacaan sebentar lagi."Masayu melirik Arumi. Namun, adiknya itu tampak bersikap datar bahkan seperti Oriaga, Arumi mengambil sendok dan menikmati makanan.Pengacara pun mulai membacakan isi surat wasiat yang dimaksud, pada paragraf pertama mendiang Pradipta sudah sukses menampar dua putrinya dengan kalimat 'menikmati semua fasilitas tanpa perlu susah payah bekerja'.Masayu yang tidak makan sampai tersedak, ber
last updateLast Updated : 2024-03-05
Read more

Bab 200 : Keinginan Membalas

Arumi berusaha bersikap biasa meski sudah tahu kalau keponakannya saat ini sedang berencana menikahi gadis yang sangat dia benci. Saat Masayu ingin mengajaknya bicara, Arumi memilih menghindar, dia pergi ke kamarnya lantas merenung di sana. Setelah kejadian kecelakaan yang menimpa Shanaya di Jerman. Arumi merasa bahwa Oriaga tak sekuat apa yang dia pikirkan. Nyatanya, Pria itu kecolongan dan masih membiarkannya saja. Arumi pun tersenyum miring, merasa berada di atas awan karena yakin Shanaya tidak akan mungkin bisa menyentuhnya juga. “Ternyata dia anak Kak Isaak, pantas wajahnya jauh dari kata kampungan. Gadis sialan itu sejatinya memiliki nasib mujur, tapi sayang sekali dia sudah membuatku kesal,” ujar Arumi. Dia menoleh ke arah cermin untuk melihat pantulan dirinya sendiri yang sedang tersenyum licik.Sementara di luar sana, Kirana menarik Andra masuk ke ruang keluarga. Gadis itu ingin meminta penjelasan soal Shanaya yang kehilangan ingatan. “Apa benar dia tidak ingat apapun? Bag
last updateLast Updated : 2024-03-05
Read more
PREV
1
...
1819202122
...
28
DMCA.com Protection Status