Home / Romansa / Kubawa Benihmu, Mas! / Chapter 81 - Chapter 90

All Chapters of Kubawa Benihmu, Mas!: Chapter 81 - Chapter 90

158 Chapters

81. Rasa Yang Mulai Goyah

"Apa yang kalian debatkan!" suara Sagara menghentikan semua perbincangan. Mereka segera melanjutkan kegiatannya masing-masing. Alifian masih mengekor langkah Sagara hingga ke dapur membuat dahi bibi berkerut menatap pria kecil itu. "Kok Aden ikut ke dapur. Emang lagi perlu apa?" tanya bibi. "Eh!" kata Alifian sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal."Alif tadi hanya ikuti Paman Saga, Bi. Tetapi mumpung sudah di dapur, bolehlah aku dibikinkan jus alpukat dua gelas, Bi!" pinta Alifian. Sagara yang mendengar permintaan ponakannya menjadi bertanya dalam hati. Jus alpokat dua gelas, emang untuk siapa. Namun, pertanyaan itu hanya terucap dalam otaknya tanpa keluar. Bibi mengangguk dan segera memproses permintaan majikan kecilnya. Dua gelas, menurut bibi minuman itu akan dipersembahkan untuk Sarita. Bibi sangat paham sikap bocah itu dalam memberikan perhatian. "Ini Den Alif, jus sudah jadi. Hendak dibawa kemana? Biar bibi bantu," kata Bibi. Alifian tersenyum dan menggelengkan kep
last updateLast Updated : 2024-01-13
Read more

82. Waktu Bersama

Setelah semua sudah berkumpul, Marni memulai acara yang dia inginkan jauh hari sebelum tanggal kelahiran putrinya. Wanita tua itu menatap satu per satu sosok yang dia rindu. Ternyata selama dua bulan jauh dari mereka semua rasa itu menyapa relung hatinya. "Terima kasih nenek ucapkan pada kalian yang menyempatkan hadir penuhi rasa kangenku. Sungguh dua bulan jauh dari kalian membuatku merindu, terutama pada Alifian," ungkap Marni menjeda kalimatnya. "Sengaja aku memilih tanggal ini. ""Nenek!" panggil Alifian sendu. "Kami juga merindu padamu, Nek!" lanjut Alifian. Marni mengusap punggung tangan mungil yang kebetulan duduk Alifian dekat dengannya. "Suatu hari nanti ajal pasti datang kepadaku, jadi aku mohon makamkan jasadku dekat dengan Alinsky. Dia lah yang memberi keluarga ini, hingga di akhir usiaku kini tidak sendiri," ungkap Marni. "Mbok / Nenek!" panggil Sarita dan Alifian bersamaan. Yang lain hanya menatap sendu pada wanita tua tersebut. Marni masih banyak berpesan pada lai
last updateLast Updated : 2024-01-13
Read more

83. Hati Yang Berjuang

Jika Sarita mencoba membuka hati untuk yang lain, sebaliknya dengan Bagaskara. Pria maskulin keturunan Pakistan itu tidak bisa melupakan bayang wanitanya. Sarita telah memenuhi seluruh jiwa dan raganya bahkan relung hati yang dulu dingin kini mulai menghangat. "Bagaimana caraku untuk dapatkan hati perempuan itu, bukan hanya belahan jiwa tetapi sekarang melebihi semua keindahan duniaku. Apalagi benihku sekarang sudah tumbuh menjadi pria kecil yang tampan," ujar Bagaskara sambil mengemudi meninggalkan rumah Sarita. Pria itu semakin dilema, satu sisi dia sedang menjalankan pertunangan dengan Ni Luh Ayu yang tidak kalah cantik dan pesonanya daripada Sarita. Kedua wanita matang ini membuat kepala Bagaskara pening. "Apa yang aku lakukan dengan pertunangan ini? Harta dan cintanya bisa aku permainkan, tetapi tubuh ini tidak bereaksi sedikitpun," decak Bagaskara. Jari jemarinya mencengkeram setir bundar untuk meredakan semua rasa yang membelenggu jiwa dan pikirnya. Bagaskara begitu terteka
last updateLast Updated : 2024-01-13
Read more

84. Wajah Yang Selalu Ada

Rachel melihat arah yang ditunjuk oleh sahabatnya dan memang benar apa yang dikatakan oleh Ni Luh. Sarita berjalan dengan anggun menuju ke kursi paling depan dan di sampingnya berdiri sosok wanita jagoan. "Apa selalu bersama wanita setengah pria itu? E eh, tunggu mana pria dingin yang selalu bersamanya?" cerca Rachel pada Ni Luh. "Mana kau tahu, bukankah kamu lebih mengenal daripada aku, Chel. Bahkan kalian pernah satu kota di negeri orang," kilah Ni Luh. Rachel hanya nyengir, sejujurnya dia merindukan sosok Sagara yang dingin. Namun, apalah daya tangannya tidak bisa meraih bayang pria tersebut. Entah terbuat dari apa hatinya, begitu sulit untuk membawa dalam peluknya. "Mungkin dia tidak hadir karena diwakilkan dengan perempuan udik, buang tenaga," ujar Ni Luh. Rachel masih menatap pintu masuk, dia berharap ada sosok yang diinginkan masuk dan datang menghampirinya. Namun, hingga acara mulai tidak terlihat batang hidungnya. Rachel mendengus lirih, ada kecewa menelusup relung hatin
last updateLast Updated : 2024-01-13
Read more

85. Semakin Mendekat

Sarita bergeming, dia masih berdiri terpaku mendengar apa yang disampaikan oleh satpam sekolah. Hal yang sangat tidak dia inginkan sudah terjadi lima menit yang lalu. Keadaan Sarita yang masih diam terpaku membuat Aulia haris turun dari mobil dan menyadarkan majikannya itu. "Nyonya!" Aulia menepuk lembut lengan kanan Sarita untuk mengembalikan kesadaran. Dan apa yang dilakukan oleh Aulia membawa hasil. Sarita seketika tergagap kaget dan kesadarannya kembali, kedua matanya langsung menatap Aulia. "Bagaimana ini bisa terjadi, Aul? Sekali lagi kita keduluan," kata Sarita dengan nada sesal. "Memangnya apa yang terjadi, Nyonya? Apakah Alifian sudah dijemput?" cerca Aulia. Sarita terdiam, dia melangkah menuju ke mobilnya terparkir. Tanpa banyak kata wanita itu langsung masuk dan duduk di tempatnya semula. Aulia yang ditinggal akhirnya memilih mengekor langkah majikannya dan duduk di balik kemudi. Untuk sesaat Aulia menatap sendu wajah Sarita yang kusut dan air mata sudah membayang sea
last updateLast Updated : 2024-01-14
Read more

86. Permintaan Alifian

"Alifian tidak apa, Bund. Jika nenek Anne itu ada mungkin akan lebih seru, tetapi ayah belum mengenalkan Alif dengan orang tuanya," tutur Alifian. "Apakah tidak apa jika aku kenalkan dengan mama, Sarita?" tanya Bagaskara yang sudah duduk di samping Alifian. "Jangan, bawa segera pergi putraku, Mas! Aku tidak mau terjadi sesuatu padanya," kata Sarita penuh permohonan. Dilayar terlihat jika Alifian mengerucutkan bibirnya membuat Sarita menggelengkan kepala tanda perintahnya bersifat mutlak. Lalu Alifian terlihat merajuk pada Bagaskara. "Maafkan ayah, Nak. Bunda kamu sepertinya tidak setuju jika kamu menginap di sini meski cuma satu malam," kata Bagaskara lembut. "Bunda, boleh yaa!" pinta Alifian sambil menunjukkan wajah penuh harap. Sarita diam, dia tidak rela jika putranya terlalu lama bersama sang mantan. Namun, sedikitpun dia tidak bisa mencegah inginnya Alifian. Sarita menghempaskan napas kasar nan panjang. "Bagaimana, Bund, boleh Yaaa!"Kembali Sarita menarik napas panjang, d
last updateLast Updated : 2024-01-14
Read more

87. Salah Alamat

Aulia masih bergeming memghadapi wanita tua tanpa dia sadari Sarita melangkah mendekat. Kedua bola matanya membeliak tidak percaya saat sosok tua itu berdiri di depan Aulia. " Nenek, dengan siapa Anda berkunjung?" tanya Sarita lembut. "Sendiri, memangnya tidak boleh?""Aul, apakah kamu kenal nenek ini? Dia adalah Neneknya Sagara," ungkap Sarita. "Mengapa harus kau sebut nama cunguk itu, Sarita. Apa kamu lupa?" Sarita tersenyum menatap lembut nenek sepupunya itu. Nenek Sharmila Arnold, adik kandung kakeknya Sarita. Aulia semakin bingung, dia merasa tidak pernah bertemu sosok di depannya itu tetapi dia begitu mudahnya mengenali namanya. "Aku tidak pernah melihat nenek ini, Nyah.""Nyah lagi, berulang kali panggil aku kakak atau apa gitu. Aku paling tidak suka kau panggil Nyah atau Nyonya, Aul. Ingat hal itu!" decak Sarita. Sharmila makin tidak paham dengan pola pikir cucu sepupu yang baru dia jumpai akhir-akhir ini. Sharmila memilih meninggalkan kedua wanita muda, dia berjalan men
last updateLast Updated : 2024-01-15
Read more

88. Dendam Warisan

"Hehe, sejujurnya saya sedang meeting penting tadi itu, Nek. Beruntung yang datang ke pelelangan1 tender adalah Sarita," kata Sagara berharap neneknya mengerti. "Kamu datang ke pelelangan itu, Sayang?" tanya Sharmila lembut. "Iya, Nek. Sempat adu argument tadi itu cuma aku ngalah saja daripada malu," ungkap Sarita. "Dengan siapa?""Ni Luh Ayu dan Rachel Luxthor, Nek," balas Sarita. Dahi Sharmila mengerut, dia seperti kenal nama belakang wanita itu. Cuma ingatannya sedikit terluka sehingga tidak bisa ingat. Tatapi wajah yang dia tunjukkan pada Sarita tadi begitu membekas dalam otaknya. "Apa hubungannya kedua wanita itu?" tanya Sharmila. "Sepertinya hanya rekan bisnis saja, Nek!""Apa kamu yakin, Sari?"Sarita terdiam, meski dia tahu bahwa Ni Luh adalah tunangan Bagaskara tetapi dia tidak ingin membuka rahasia itu di depan Sharmila. Hanya ketenangan yang dia inginkan. "Bagaimana dengan gambar yang nenek tunjukkan tadi?"Sarita mengingat wajah dalam gambar. Lalu dia mengulas senyu
last updateLast Updated : 2024-01-16
Read more

89. Praduga Yang Memusingkan

Sarita masih terdiam, wanita itu tenggelam dalam lamunannya setelah menutup teleponnya. Sharmila yang melihat perubahan mimik wajah ponakannya membuatnya angkat dagu pada Sagara. "Suara siapa di akhir tadi, Sari?" tanya Sagara. Sarita terdiam, kepalanya mendongak pada saudara sepupunya itu lalu mengangguk pelan. Sagara menebak suara terakhir itu milik Anne hingga senyum sinis terbit pada wajahnya yang dingin"Sudah, kamu harus percaya jika wanita busuk itu tidak akan menjangkau Alifian selama ada Bagaskara di sisi," ujar Sagara. "Semoga saja.""Jika terjadi sesuatu pada Alifianku selama dengan ayah biologisnya maka jangan halangi aku untuk hancurkan wanita itu!" geram Sharmila Sarita tersenyum, lalu berkata, "Nenek pulang ikut siapa?"Sharmila melihat pada cucunya, lalu menatap lagi pada Sarita. Wanita tua itu terlihat bingung ingin pulang dengan siapa. Maksud hati pulang ke Indo inginkan bertemu dengan Alifian, tetapi inginnya musnah tatkala pria kecil itu lebih memilih bersama a
last updateLast Updated : 2024-01-17
Read more

90. Berbagi Waktu

"Lalu kita akan pergi kemana, Ayah?" tanya Alifian. Bagaskara terus berjalan sambil menggendong putranya tersebut. Sementara Anne berteriak agar keduanya berhenti dan menunggu dia. "Sialan juga itu anak, aku ibunya yang melahirkan dia ke dunia tidak dipedulikan," geram Anne sambil berkacak pinggang. Namun, semua tidak dipedulikan oleh Bagaskara. Pria itu terus berjalan bahkan dengan langkah panjang hingga tidak butuh waktu lama sudah sampai di depan mobil. Namun, Anne masih terus mengikuti langkahnya. "Alif masuk dulu dan duduk manis!" kata Bagaskara. Setelah yakin putranya duduk dengan nyaman barulah Bagaskara berdiri menatap Anne yang berjalan menuju ke arahnya. Bagaskara menunggu hingga ibunya sampai tepat di depannya. "Apa yang Mama inginkan? Jangan suruh aku untuk menjauh dari sosok masa lalu," kata Bagaskara saat Anne sudah berdiri di depannya. "Mama tidak menyuruh kamu untuk itu, hanya saja kau harus tahu Ni Luh sedang menunggu jawaban darimu!" "Bukankah semua sudah aku
last updateLast Updated : 2024-01-18
Read more
PREV
1
...
7891011
...
16
DMCA.com Protection Status