Home / Romansa / Kubawa Benihmu, Mas! / Chapter 101 - Chapter 110

All Chapters of Kubawa Benihmu, Mas!: Chapter 101 - Chapter 110

158 Chapters

101. Makan Siang Bersama

Sarita masih bungkam, bahkan makanan yang dia pesan sejak tadi hanya dipandang saja. Meskipun perutnya berbunyi, wanita itu masih terlihat melamun. Sikap Sarita membuat Sagara berpindah tempat, dia menggeser kursinya untuk lebih dekat dengan wanitanya. "Makan dulu jangan terlalu dipikirkan, toh Alif sedang bersama ayah kandungnya.""Bukan masalah itu, tetapi aku takut jika Alifian makin lengket dengan pria itu dan melupakan aku, Saga. Apalagi esok dia akan melangsungkan ijab qobul. Apakah putraku terjamin hidupnya di sana meski cuma satu malam.""Pilihan apa yang diberikan Bagaskara padamu hingga menghilangkan nafsu makan?" Sagara menatap intens Sarita dari samping dengan menopang dagunya. Sarita melirik, lalu terhenyak kaget saat sadar jika posisinya begitu dekat dengan Sagara. "Sa-Saga, ada apa denganmu?"Sagara masih asyik menatap Sarita bahkan saat ini senyumnya mulai mengembang membuat Sarita semakin salah tingkah. Debar jantung Sarita terdengar makin kencang hingga dia merasa m
last updateLast Updated : 2024-02-01
Read more

102. Rumah Baru

Sarita memutar kedua bola matanya dan menatap jengah pada Sagara, tetapi pria itu dengan santainya menjalankan mobilnya menuju ke butik. Dia bisa merasakan aura kesal dari wanita yang ada di sampingnya. Namun, Sagara masih fokus pada kepadatan jalan. Hingga akhirnya mobil memasuki area deretan ruko dimana butik Sarita ada. Mobil berwarna silver metalik dengan merek ternama terus malaju mencari tempat parkir yang kosong dan tempatnya tidak jauh dari butik. Akhirnya Sagara menemukan tempat kosong. Segera diparkirkan mobil tersebut dan dia turun untuk membukakan pintu bagi Sarita. "Sudah segera kamu menuju tempat meeting itu, kasian Sisil jika harus presentasi sendiri!" Sarita berkata sambil turun dari bangku penumpang. "Kau mengusirku, Cantik!"Seketika bola mata Sarita membeliak mendengar kata cantik terlontar dari mulut Sagara. Jika kata itu diberikan pada perempuan lain mungkin dia akan bahagia dan melonjak girang. Sayangnya kata cantik itu terucap untuk Sarita, jadi wanita itu ha
last updateLast Updated : 2024-02-03
Read more

103, Awal Jumpa

Bagas meletakkan tiga gelas jus di atas meja, Alifian yang sudah kehausan segera meraih salah satu gelas dan meneguknya hingga separo karena sedikit tersedak. Tangan perempuan itu terulur dan menggeser tubuhnya lebih dekat lalu menepuk punggung Alifian pelan. "Pelan saja minumnya, Sayang. Nah, sudah habiskan!" Suara perempuan itu begitu lembut dan manja masuk ke gendang telinga Alifian. "Kenalkan dulu, ini adalah Nona Ni Luh Ayu. Dia calon istri ketiga ayah dan itu artinya dia ibu kamu juga meski statusnya sekedar ibu tiri, Nak. Hormati dia selayaknya bunda kamu!"Ni Luh mengulurkan tangannya pada Alifian, pria kecil itu menyambut uluran tangan dengan sedikit berdecih. Sikap Alifian ini membuat Ni Luh tersenyum dan mengusap ujung kepala bocah itu. Alifian sendiri memutar kedua bola matanya malas meladeni sikap perempuan itu yang sok akrab. "Dimana kamarku, Ayah? Aku ingin rebahan sebentar sebelum kembali pulang," kata Alifian. Bagaskara tersenyum dan berdiri dari duduknya lalu men
last updateLast Updated : 2024-02-05
Read more

104. Kabar Singkat

Sore yang indah, senja masih setia temani sepinya rumah Sarita. Perempuan itu duduk bersama dengan Marni di taman belakang. Keduanya masih tenggelam pada pikirannya masing-masing apalagi setelah Sarita menceritakan kegiatannya seharian ini bersama Sagara tanpa Alifian. Keduanya terhenyak kaget saat terdengar suara notif dari ponsel Sarita. "Segera buka, Nduk. Moga dari Alifian!"Sarita menuruti apa yang diperintahkan oleh simboknya, lalu dibukanya dinding chatnya dengan Alifian. Kedua matanya seketika menyimpit membaca isi chat putranya itu. "Bagaimana bisa dia menulis kata sepanjang ini, sejak kapan?" Sarita berkata dengan nada yang rendah bahkan cenderung berbisik. "Memangnya kamu itu bicara apa to, Nduk?""Ah, ini lho, Mbok, si Fian minta dijemput dari rumah bapaknya," jelas Sarita. "Iya kamu jemput to, gampang 'Kan!"Sarita diam, dia sedikit ragu untuk mengatakan semua yang ada di pikirannya. Namun, Marni mengerti apa yang membuat risau hati putri angkatnya itu, "Semua pasti ad
last updateLast Updated : 2024-02-06
Read more

105. sebuan keputusan

Sagara menatap Sarita, lalu mengulas senyum tipis. Diraihnya telapak tangan wanita itu dan mengusapnya lembut. Jantung Sarita seketika berdetak lebih cepat dari biasanya bahkan mungkin wajahnya bersemu merah akibat malu mulai menyapa hati. "Bersabarlah beberapa jam ke depan, kita pasti jemput Alifian. Hai ... Ada apa dengan wajahmu?"Sarita menunduk menyembunyikan wajahnya lalu menarik pelan telapak tangannya dari genggaman Saga. Tetapi jemarinya justru dikaitkan dengan jemari pria itu. Semua perlakuan Sagara malam ini membuat Marni tersenyum kemudian wanita tua itu beranjak dari duduknya. "Sepertinya aku harus istirahatkan otak dan badanku bila berada di antara kalian. Pikirkan sendiri bagaimana caranya membawa pulang Alifiannya. Selama malam!"Sarita menatap kepergian Marni lalu berpaling pada Sagara, "Tuh, gara-gara kamu, Saga!""Kok jadi aku, dimana salahku?""Ini!" jawab Sarita sambil mengangkat tangannya yang jari-jemari saling terkait dengan jari Sagara. Lelaki tampan dan ma
last updateLast Updated : 2024-02-07
Read more

106. Ingin Segera

Sagara menatap lembut wanitanya, dia tidak tahan melihat kesedihan bergelayut di wajah Sarita. Perlahan dibimbing wanita yang sudah membuat hatinya luluh menuju ke teras rumah dan mendudukkan pada bangku di taman menghadap jalan. Sarita hanya diam mengikuti apa saja yang diinginkan oleh sepupunya tersebut. Setelah duduk di taman, kepalanya tengadah menatap langit malam, "Apakah Alifian bisa tidur di bawah tekanan?""Apakah kamu yakin jika putramu dalam keadaan tertekan, Sari? Kita belum tahu pasti." Saga berkata sambil berjongkok menatap manik mata cokelat, "Tidak mungkin seorang ayah berniat mencelakai putranya, bahkan seekor hewanpun mempertaruhkan nyawanya untuk keselamatan sang putra.""Bukan itu maksud aku, mungkin dia tidak nyaman dengan semua kondisi di sana hingga ingin segera dijemput," ungkap Sarita dengan nada sendu. "Jangan banyak berpikir dan membuat praduga yang belum tentu kebenarannya." Sagara bangkit dan duduk di samping Sarita lalu meriah jemarinya dan menggenggam
last updateLast Updated : 2024-02-08
Read more

107. Sebuah Rencana

Mobil porche hitam mulus meluncur membelah malam kota Semarang. Sagara membawa mobilnya dengan kecepatan sedang menuju ke alamat yang tertera di ponsel Sarita. Sebuah arah jalan yang cukup ramai tetapi daerah subur dan ramah lingkungan. Akhirnya mobil memasuki area perumahan mewah dengan lebel Amazon Regency, sesekali ekor mata Sagara melirik ponsel Sarita untuk memastikan nama jalan dan nomer rumah Bagaskara, "Apakah ini rumahnya?"Sarita melihat sekitarnya, lalu tersenyum tipis seakan ada yang dia sembunyikan. "Cukup besar dan mewah!""Bagaimana, apa malam ini juga kita jemput Alifian, Sari?""Tidak perlu aku ada rencana lain yang mungkin lebih seru, kemarikan telinga kamu, Saga!"Sagara pun mengikuti apa yang diinginkan oleh Sarita, didekatkan cupingnya lalu menyimak apa yang dikatakan Sarita. Bibir pria itu mengulas senyum dan mengangguk pelan kemudian menjalankan mobilnya berbalik arah menuju ke rumah Sarita. Perjalanan malam yang lengang membuat mobil segera sampai ke alamat y
last updateLast Updated : 2024-02-09
Read more

108. Rencana 2

Sagara terlihat gelisah menunggu Sarita keluar dari kamarnya, sesekali matanya menatap pada pintu kamar wanitanya bahkan melihat jam di pergelangan tangannya. Hal ini membuat Marni tersenyum penuh arti. Marni beranjak dari duduknya lalu berjalan ke wastafel untuk mencuci kedua tangannya. Setelahnya berjalan kembali ke meja makan. Wanita tua berbisik pada cuping Sagara, "Bersabarlah, Anak Muda!""Bukan soal itu, Nek. Waktu terus berjalan tidak lucu lah jika kondangan datangnya telat!"Marni tersenyum, lalu menepuk bahu Sagara. Lelaki yang diluaran terlihat bagitu garang tetapi saat bersama kelurga terkadang suka asal omongannya. Sikap ini yang membuat Marni gemes apalagi jika Saga mulai merayunya, wanita tua hanya mampu terkekeh renyah dengan gelengan kepala. "Mau kemana, Nek?" tanya Saga ketika dilihatnya Marni berjalan meninggalkan dia. "Ke teras rumah, mau lihat bunga yang bermekaran. Bosan lihat wajah mayun kamu itu!"Sagara terkekeh, dia pun akhirnya ikut beranjak dari duduknya
last updateLast Updated : 2024-02-10
Read more

109. Rencana Mulai Berjalan

Sarita berjalan menjauh dari posisinya berdiri saat pemberkatan, dia menyelinap di antara tamu undangan hingga bertemu dengan petugas katering. "Maaf, hendak kemana, Nyonya?""Aku ingin ke toilet, tolong beri tahu dimana letaknya?""Lurus saja, tepat di sebelah tangga ada pintu kecil. Di sanalah kamar mandinya," ucap petugas itu. Lalu Sarita berjalan sesuai arahan wanita tadi, tetapi sesekali kepala Sarita menoleh ke belakang untuk memastikan keberadaan wanita muda. Sarita melihat sekelilingnya, setiap ruang yang ada di balik dekor dibukanya satu per satu untuk mencari keberadaan Alifian. Sikap Sarita yang dilihat oleh pelayan pribadi Bagaskara menjadi curiga, akhirnya dia menghampiri wanita itu, "Sedang mencari siapa Anda, Ibu Sarita?""Eh, Bi Ami. Saya hanya ingin melihat-lihat saja sekalian mencari Alifian. Apakah Bibi melihatnya?""Maaf, untuk keberadaan aden tidak semua orang boleh tahu apalagi Anda, Ibu Sarita yang terhormat.""Apa maksud kalimatmu itu, Bi Ami? Alifian adala
last updateLast Updated : 2024-02-12
Read more

110.Berhasil

Sarita tidak tahan lagi, dia pun mengambil sesuatu dari dalam tasnya. Telapak tangannya sudah keluar sambil memegang benda pipih berwarna hitam legam dan menunjukkan pada pelayan itu dengan sedikit ancaman, "Aku hubungi Anne untuk mengabarkan bahwa tawanannya telah lolos akibat keteledoranmu, Arti!"Wanita yang bernama Arti terlihat bingung, dia tidak ingin di posisi sekarang. Namun, jumlah uang yang ditawarkan begitu menggoda apalagi saat itu dia begitu memerlukan sejumlah uang untuk kesehatan ibunya. Kepala Arti menggeleng pelan berulang kali. Sarita menunggu dengan tatapan tajam, "Kau katakan maka keselamatanmu aku jamin, tetapi jika bungkam maka aku tidak mau tanggung semua!"Arti menghela napas panjang lalu menghempas perlahan, dia mengatur jiwanya kemudian perlahan bibirnya mulai membuka dan mengeluarkan suara lirih menyebut sebuah nama yang membuat Sarita terkejut. "Apa kau tidak salah mengungkap nama itu? Apa urusan dia membuat putraku sedemikian rupa, apa kau juga tahu?"Men
last updateLast Updated : 2024-02-13
Read more
PREV
1
...
910111213
...
16
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status