Home / Romansa / Kubawa Benihmu, Mas! / Chapter 121 - Chapter 130

All Chapters of Kubawa Benihmu, Mas!: Chapter 121 - Chapter 130

158 Chapters

121. Kaget

Bagaskara terhenyak kaget, dia tidak mengerti apa maksud ibunya melakukan hal itu. Secara keseluruhan Alifian adalah putra kandungnya yang artinya anak itu adalah penerus keluarga. Namun, sikap Anne ibunya itu seakan sangat membenci Alifian dan ingin membunuhnya langsung. "Ingat dan sadarlah, Ma! Alifian tidak bersalah, dia keturunanku langsung," ucap Bagaskara sambil berjalan menuju ke kursi kebesarannya. "Mama tidak peduli, yang kuinginkan hanya kehancuran wanita itu sama persis dengan ibunya!" geram Anne. Bagaskara tidak bisa berkata akhirnya dia lebih memilih untuk kembali fokus pada pekerjaannya. Jika bicara dendam lelaki itu tidak bisa melawan apalagi untuk menyudahi dendam itu. Bagaskara pun sadar akan sosok yang berada di balik Sarita. Lelaki yang keberadaannya susah dijamah oleh siapapun jua. Dia pun menggelengkan kepala berulang sambil fokus pada layar laptopnya yang menampilkan laporan keuangan perusahaannya. "Gila, apa ini!" Kedua bola mata Bagaskara membeliak ketika
last updateLast Updated : 2024-02-26
Read more

122. Keadaan Lain

Bagaskara segera merombak seluruh kinerja para kepala bagian menurut versinya. Ada beberapa orang yang di oper tugasnya dengan alasan feelingnya. Semua kepala bagian awalnya merasa keberatan, tetapi saat mereka mendengar penjelasan Bagas saat itu juga merubah minsetnya. Bagaskara masih duduk di kursi miliknya dalam ruang rapat membuat yang lain tidak berani keluar meski rapat sudah dibubarkan. Merasa tidak adanya pergerakan, maka kapala Bagaskara pun terangkat dan melihat pada mereka semua, "Mengapa masih ada di sini?""Bolehkah kami melanjutkan pekerjaan, Pak?" tanya salah satu kepala bagian. "Silakan, bukankah sudah saya bubarkan? Sengaja saya di sini dulu karena bosan dengan ruang kerja."Akhirnya ruang rapat menjadi sepi menyisakan Bagaskara yang duduk menghadap layar laptopnya. Kedua matanya menatap fokus dengan jari jemari yang bergerak aktif di kayboard. Bagaskara tenggelam dalam pekerjaan yang harus mencari benang merah awal kemunduran perusahaan tekstilnya, tanpa dia sadar
last updateLast Updated : 2024-02-27
Read more

123. Celotehan

Pria kecil itu terbahak setiap digoda oleh bundanya. Bagaimana tidak terbahak jika jemari Sarita selalu menggelitiki pinggangnya saat dia gemas. "Bunda, sudah dong!""Makanya jangan bikin bunda gemes," balas Sarita. "Satu lagi yang lucu, Bun."Dahi Sarita berkerut mendengar pernyataan sang putra, dia pun mengangkat dagu mempertanyakan kalimat Alifian. Pria kecil itu masih diam sambil bersedakap, tatapannya pun masih tertuju pada bundanya. Kemudian gelengan kepala dia suguhkan agan penasaran bundanya makin menjadi. "Ish, kok malah menggeleng berulang. Ayolah, cerita dong!" Pinta Sarita dengan nada memelas. Jari telunjuk dan jempol Alifian mengapit dagunya yang runcing, kedua bola mata jernih itu berputar searah jarum jam. Jari telunjuk diketukkan pada pipi lalu bibirnya membentuk lengkungan tipis. "Masak ayah datang tetiba dan masih pakai sarung. Sungguh keadaan yang aneh dan lucu.""Jangan mengada-ada kamu, Alif. Mana mungkin?""Anehnya lagi, ayah masih terlihat bingung. Dia meras
last updateLast Updated : 2024-02-28
Read more

124. Pergerakan

Ada napas lega yang keluar dari pernapasan Sarita, lalu bibir tipis itu mengulas senyum. Langkahnya panjang menuju ke dalam rumah, tidak lupa mampir lebih dulu ke kamar Alifian untuk memastikan keadaan putranya. Jemari yang lentik memegang handle pintu, tetapi tidak berlanjut akibat ada suara lain yang memanggilnya dari belakang. Maka, Sarita memilih menjumpai asal suara yang ternyata simboknya. Tubuhnya pun berbalik arah dan langsung melangkah mengikis jarak dengan Marni. Wanita tua itu menyambut putrinya dengan senyum tulus, tangan keriputnya menepuk sisi kosong untuk Sarita, "Duduklah!"Tidak butuh suara, Sarita segera mengikuti apa yang terucap dari bibir wanita tua. Kemudian telapak renta itu diraih dan dicium punggungnya penuh kasih, "Maaf, Sari belum menjumpai Simbok sejak kepulanganku!"Wanita tua tersenyum, lengannya terulur lalu telapak itu mengusap lembut punggung Sarita. "Tidak perlu sedemikian rupa, Sari. Bisa melihatmu hingga usia setua ini saja aku sudah bahagia, Nduk
last updateLast Updated : 2024-02-29
Read more

125. Pergi Saja

Aulia memandang Marni penuh tanya, ada ragu yang tersirat dari sinar mata perempuan muda itu. Tetapi ketegasan yang terpancar dari bening mata tua mampu menggetarkan seluruh jiwa Aulia. Dari polos dan lugunya wanita desa yang sudah usia lanjut itu ternyata menyimpan suatu misteri yang belum diketahui oleh Aulia. "Penting tidak penting sih, Nek. Hanya sedikit fatal jika terlambat ditangani.""Jika seperti itu adanya, pergi saja sendiri tanpa ijin Sarita.""Apa bisa seperti itu, Nek?"Marni kembali menunduk, lalu telapak keriput menepuk lembut pipi Sarita hingga wanita muda bangkit perlahan dari rebahannya. Posisinya memang sudah duduk tetapi kedua matanya masih memejam, napasnya juga masih stabil. Aulia mencoba mengeluarkan suara rendah, "Sudahkah bangun, Ibu?"Samar pendengaran Sarita menangkap adanya suara yang mengajak dia berbicara dengan pancingan tanya. Dia pun memutuskan menarik napas panjang. Perlahan kelopak matanya terbuka dan tersenyum tipis, "Apa yang kau bawa, Aul?""Mer
last updateLast Updated : 2024-03-02
Read more

126. Tidak Sesuai Rencana

Sarita menatap sendu pada Aulia, kemudian berpaling pada dinding yang tergantung jam. Kedua bola matanya membeliak kaget dengan lirih bibirnya bersuara, "Sudah cukup larut sebaiknya istirahat saja di sini!""Tidak perlu, aku masih ada janji dengan Elfrada satu jam ke depan," jawab Aulia. Sarita menganggukkan kepala, "Habiskan dulu jus kamu, Aul!*Setelah berkata, Sarita beranjak dari duduknya dan mulai melangkah mengikis jaraknya dengan Aulia. Sampai di depan wanita muda, Sarita menaruh amplop cokelat sedang dan berkata, " Ini ada bonus atas kerja kerasmu selama ini!"Aulia mendongak menatap tidak percaya dengan semua yang ada, sesungguhnya selama ini dia bekerja tidak mengharap bonus. Dengan penuh sopan dia pun bertanya, "Apa ini tidak salah, Bu?""Pakai saja, ini hak kamu. Apalagi kudengar ibu sedang dirawat karena gagal ginjal. Benar 'Kan?*Aulia tidak bisa berkata lagi, bibirnya bungkam lalu anggukan kecil terlihat oleh Sarita. Perempuan itu menepuk pundak bawahannya lembut kemud
last updateLast Updated : 2024-03-04
Read more

127. Semua Berakhir

Napas lega keluar dari mulut Bagaskara, dengan senyum tipis lelaki itu mulai beranjak dari duduknya. Disambarnya jas yang ada di sandaran kursi, tanpa memakainya lebih dulu dia melangkah keluar. Pintu ruang kerjanya terbuka, pandangan pertama langsung tertuju pada sekertarisnya. Tanpa berkata di meletakkan selembar memo kecil pada meja kerja bawahannya itu. Sekertarisnya seketika mendongak melihat pimpinannya. Penampilan yang sangat kacau tampak jelas di raut wajah tampan Bagaskara. Setelah bayangan pimpinan hilang masuk lift khusus baru wanita itu mengambil memo dan membacanya. "Rupanya dia lembur 24 jam untuk membereskan kekacauan."Dengan cekatan sekertaris perusahaan itu melaksanakan semua yang tertulis di memo. Tidak butuh waktu lama, telepon di mejanya tidak berhenti berbunyi. Ini adalah resiko di sebagai sekertaris, berbagai omelan dan cacian dari para customer mengalun di telinganya."Inilah akibatnya siapa yang berulah tetap bawahan yang kerja keras. Huft, sungguh melelahka
last updateLast Updated : 2024-03-05
Read more

128. Tabur Bunga

Malam yang begitu dinantikan oleh Sagara pun akhirnya tiba, lelaki itu segera menyiapkan segala keperluan untuk memenjarakan hati Sarita. Semua persiapan sudah tersedia dalam waktu sekejab. Kini tinggal menjemput wanita impiannya. Mobil Maybech hitam legam meluncur membelah kota Semarang yang sedang hujan rintik. Kendaraan melaju dengan kecepatan yang akurat hingga tiba di kediaman Sarita tepat waktu. Terlihat sosok wanita yang sudah meluluhlantahkan jiwanya berdiri dengan anggun. Gaunnya yang berwarna pastel sangat pas dengan warna kulit. Rambut hitam panjang dibiarkan tergerai dengan sedikit dibuat curly pada samping menambah kesan menawan. Mobil berhenti tepat di depan Sarita, wanita itu menatap penuh tanya saat Sagara turun dengan warna pakaian yang senada. "Hendak kemana hingga harus senada seperti ini, Saga? Tidakkah kau sedang ada kerjaan?""Tenang saja, semua aman terkendali. Aku hanya menghiburmu untuk menikmati malam indah hanya bersamaku. Bagaimana?"Sarita hanya diam me
last updateLast Updated : 2024-03-06
Read more

129. Terluka

Ni Luh bangun pagi sekali, area vitalnya terasa perih. Dengan tertatih dia berjalan menuju ke kamar mandi dengan berbalut kain selimut. Wanita itu tidak memedulikan lagi keadaan suaminya yang masih sama saat awal pergumulan semalam. Air mata Ni Luh masih terus keluar bersamaan derasnya shower yang mengguyur tubuh telanjangnya, "Mengapa semua ini kau torehkan padaku, Kak. Apa salahku padamu?"Dalam tangisnya, Ni Luh masih mampu berpikir jernih. Dia menyatukan puzzle yang melingkari hidupnya hingga pernikahan itu terjadi. Namun, menyesal pun rasanya sudah tidak ada guna. "Aku harus bertahan dan membuat Bagaskara tunduk dengan cintaku!"Tekad Ni Luh sudah bulat, apapun yang akan terjadi dia tidak akan mundur dan mengalah sebelum perang. "Kau akan melihat tangis darah wanitamu, Kak. Lihat saja!"Rasa dendam sudah menguasai jiwa dan pikir wanita yang sudah terobsesi dengan Bagaskara. Ni Luh sungguh tidak rela jika suaminya masih ada hati pada perempuan lain. Baginya Bagaskara sepenuhnya h
last updateLast Updated : 2024-03-07
Read more

130. Pernyataan

"Saga, apa yang kau katakan ini tidak masuk akal!" desis Sarita, " Kita masih saudara."Sagara tidak memedulikan apa yang dikatakan Sarita bahkan dia mempererat pelukannya di saat wanita itu meronta ingin lepas. Akhirnya dengan terpaksa Sarita mengalah. Sarita memutar tubuhnya yang masih dalam pelukan Sagara untuk menghadap lelaki itu. Kepalanya tengadah agar bisa melihat jelas mimik wajah sang lelaki. Sarita tersenyum sambil membelai lembut dagu hingga leher kokoh Sagara. Mendapat sentuhan langsung seketika membuat Sagara memejam menikmati. "Apa yang kau inginkan, Hem?""Tidak ada," jawab singkat Sarita yang masih membelai leher tersebut. Sagara yang sudah tidak tahan lagi disentuh tangan lembut makin menunduk dan tangan yang lain sedikit mengangkat tubuh mungil Sarita. Telapak yang lain sudah meremat bulatan tubuh belakang bawah. "Kau menggodaku?""Apa kau sedang tergoda?"Tidak menjawab, dengan lembut bibir ranum itu pun di pagut mesra dan disesap begitu dalam oleh Sagara. Sarit
last updateLast Updated : 2024-03-09
Read more
PREV
1
...
111213141516
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status