Sarita masih berdiri menunggu dipersilakan duduk, tetapi hingga lima menit dia tidak juga mendapat kata itu akhirnya memilih tetap berdiri. Ni luh yang memilih keluar dari ruangan, lalu berkata lirih, "Duduklah dengan nyaman, Mbak!"Sarita melangkah menuju ke sofa dan memilih duduk yang menghadap langsung ke kursi kerja Bagas. Dia menatap tajam pria tersebut. Baginya pria itu semakin menyebalkan. Bagas yang masih duduk di kursi kebesaran terlihat sibuk menatap layar laptop. Untuk sementara tidak memedulikan wanita yang datang dengan segudang emosi. Sarita masih diam menunggu tanpa senyum. "Jangan memendam emosi, tidak baik untuk kesehatanmu, Sayang. Tersenyumlah!" "Senyum bukan untukmu, apalagi kau sudah membuatku lebih dari seorang mainan." tegas Sarita. "Mainan? Apa ini maksudmu, Sari?"Belum sempat Sarita menjawab pintu riang terbuka, terlihat Ni Luh masuk dengan membawa nampan berisi tiga gelas teh hangat. Perlahan ketiga gelas tersebut dia taruh di atas meja. Bibir tipis itu
Terakhir Diperbarui : 2024-03-17 Baca selengkapnya