Home / Romansa / Kubawa Benihmu, Mas! / Chapter 141 - Chapter 150

All Chapters of Kubawa Benihmu, Mas!: Chapter 141 - Chapter 150

158 Chapters

141. Jawaban

Sarita termangu mendengar apa yang dikatakan oleh Alifian, wanita itu sungguh tidak mengira jika putranya mampu bertanya seperti itu. Selama ini dia tidak pernah memberitahukan kelukaannya pada siapa oun kecuali pada Saga. Timbul sebuah tanya pada dirinya, apakah Saga sudah bercerita pada putranya itu. Gelengan kepala pun nyata terjadi dan itu sudah menjadi sebuah jawaban bagi pria kecil itu. "Apakah sesulit itu memaafkan seseorang yang sudah melukai dan berusaha untuk merubah keadaan, Bun?" tanya Alifian dengan nada rendah. Kembali Sarita tertegun, apa yang membuat pria kecilna berkesimpulan seperti itu, sementara dia belum bersuara apapun. Dahi Sarita berkerut lalu menarik kembali tubuh putranya dan menangkupkan kedua telapak tangannya pada wajah mungil nan tampan. "Tidak, bukan seperti itu. Bunda sudah memaafkan jauh sebelum pria itu meminta maaf," jawab Sarita. "Lalu mengapa hingga saat ini masih belum bersatu? Bahkan ayah sampai harus menikah dengan tante itu?" cerca Alifian
last updateLast Updated : 2024-03-22
Read more

142. Kedatangan Saga

Sarita gegas naik ke lantai dua, dia membuka pintu dengan mempersiapkan mental. Napasnya sedikit tersendat akibat kasus yang mulai menyapa. Tangannya menggenggam gagang pintu sesaat sebelum menariknya. Namun, terdengar suara memerintahkan dia agar segera masuk Sarita masih diam berdiri di depan pintu menata napas dan menghirup oksigen sebanyak dia mampu. Setelah merasa yakin baru menarik gagang pintu. Dia pun mengulum senyum kala pandangannya langsung tertuju pada manik mata tajam milik Saga. "Apa kabar kamu, Saga?" kata Sarita sedikit gugup. Saga masih bungkam, sorot tajam itu terlihat emosi dan kecewa yang bersamaan membuat Sarita makin gang untuk melangkah maju. Namun, banyaknya pekerjaan membuatnya harus mampu melawan segala rasa. "Ada perlu ada hingga kau sendiri yang datang, Saga?"Saga bergeming, bibirnya terkatup rapat dan masih menatap tajam ke arah Sarita. Wanita itu semakin salah tingkah. Hanya ditatap saja mampu membuat hati wanita itu berdebar kencang. Sesaat helaan n
last updateLast Updated : 2024-03-24
Read more

143. Bersama Pasti bisa

Saga mengurai pelukan Sarita, kemudian lalaki itu berjalan menuju ke jendela. Tatapannya jauh ke padatnya lalu lintas kota. Otaknya selalu berpikir untuk membuat sepupu jauhnya itu tersenyum dan melupakan segalanya. Namun, usahanya hingga kini belum mampu untuk itu. Sarita yang mulai mengerti dengan sikap Saga memilih diam dan berjalan menuju ke meja kerjanya. Jari jemarinya memilih menari di atas keyboard dan mulai melukis di sana. Bunyi tuts yang berirama membuat Saga berbalik badan untuk mencari sumber suara. Bibir tipisnya melengkung melihat aktifitas wanitanya. "Apa secepat itu kau lupa, Sari?""Tidak juga, tetapi aku haris apa jika kamu saja sulit memutuskan," jawab Sarita dengan datar. "Bagaimana jika kita hadapi bersama, mereka telah bersatu dalam sebuah hubungan. Apakah kamu tidak inginkan itu?"Sarita terdiam, mencerna apa yang coba ditawarkan oleh Sagara. Debar jantungnya mulai tidak bisa dikondisikan, tetapi tatapan matanya mampu membuat Saga terpana. "Apakah semua ha
last updateLast Updated : 2024-03-26
Read more

144. Siapa Lelaki Itu

Kiara terdiam, gadis kecil itu menatap langit yang cerah. Lalu senyumnya mengembang diiringi air mata yang perlahan mulai turun. Hal ini membuat Alifian terkejut, dia turun dari ayunan lalu mengikis jarak. Jari telunjuk yang mungil mencoba menghapus jejak itu. "Terima kasih!" ujar Kiara lirih. "Untuk apa air mata itu?""Jika ingat itu pasti seperti ini."Alifian meraih jemari kecil Kiara lalu menggenggamnya. Dia menatap lekat manik cokelat madu yang jernih milik temannya. Ada yang berbeda dari sorot mata itu, terlintas jelas adanya kerinduan yang mendalam. Alifian tidak berani membuka suara. "Alif, apakah kamu tidak merindukan seseorang?""Percuma, biarkan saja bagai air mengalir rindu itu hingga sampai jauh, Ky. Aku sudah ikhlas," papar Alifian dengan nada rendah dan menunduk. Kiara diam, tatapannya menuju ke jalan raya. Dia seperti sedang menunggu seseorang. Sesekali dilihatnya jam pada pergelangan tangan. Kemudian kepalanya menggeleng lirih. Alifian mengernyitkan dahi kala dil
last updateLast Updated : 2024-03-27
Read more

145. Ada Hubungan Apa

Amara pun berlari menuju ke bundanya berada. Namun, langkahnya terhenti kala dilihatnya sang bunda sedang diam termangu menatap pada sosok pria yang berada di samping Sarita. Amara segera menarik lembut ibu jari bundanya. Akan tetapi, wanita itu tidak merespon. Dia masih diam menatap tidak percaya dengan sosok pria tersebut hingga bibirnya menyebut satu nama, "Anggara!""Mama kenal dengan pria yang di sana?""Tidak, Sayang. Mungkin hanya mirip saja. Ayo kita pulang!" Pinta mamanya Amara. Wanita itu pun menggandeng putrinya dan segera melajukan mobilnya setelah siap. Sementara di mobil lain terlihat Kiara sedang memeluk papanya manja. Ekor matanya melirik pada Alifian yang terlihat mengeram pada bundanya. Samar Kiara mendengar obrolan ibu dan anak itu. Tampak Alifian keberatan jika harus menumpang pada mobil ayah Kiara, tetapi bundanya saat itu tidak membawa mobil. "Papa, apakah tadi datang bersama bundanya Alifian? Bagaimana ceritanya?" tanya Kiara. "Iya, Sayang. Ternyata butik l
last updateLast Updated : 2024-03-28
Read more

146. Hubungan

Di tempat lain, Sagara meremas file yang baru saja diberikan Imanuel. Terlihat kekesalan terpancar di wajahnya. Imanuel tidak berani bersuara lebih. Dia hanya bungkam. "Rupanya dia masih berani mendekat, bahkan melemparnya ke pengadilan negeri. Apa semua belum juga membuatnya jera!" geram Sagara. "Bisa jadi, Bos. Saat ini saja ada dua kubu yang berbeda menekan Nyonya Muda.""Apa maksud kamu dua kubu?"Imanuel membuka file baru yang menunjukkan semua alibi, kedua bola mata Sagara menyipit saat membaca satu nama yang tidak asing dalam ingatannya. Bahkan pengacara kondang sekelas Alfonso ikut dalam perebutan hak asuh anak. Sagara tidak habis pikir bagaimana pengacara itu bisa dihadirkan oleh seorang wanita. Sepertinya identitas wanita itu tidak biasa. Sagara berusaha mengingat marga yang tersemat di akhir nama itu. "Apa kita pernah menyinggung marga ini, Al?"Imanuel berdehem, pria itu menggelengkan kepala. Dan dia juga yakin bahwa tidak pernah berurusan dengan marga Bali. Namun, mar
last updateLast Updated : 2024-03-29
Read more

147. Jujurlah, Nak

"Saga, sejak kapan kamu di sana?""Tidak perlu tahu hal itu. Aku hanya ingin kamu jawab apa yang pernah kuungkap beberapa di masa silam!" jawab Sagara sambil berjalan tenang dengan satu tangan masuk ke saku celana. Sarita seketika bungkam, dia memberi kode pada Sagara agar melupa tentang masa itu. Namun, terlambat. Kalimat yang lolos dari mulut pria itu mampu membuat jiwa penasaran Alifian bangkit. Pria kecil itu pun berdiri di dinding kaca yang menghadap pada deretan pakaian hasil karya bundanya "Mereka sudah pulang, Alif rasa sudah saatnya Bunda topeng saja!""Alif!" Hentak Sarita. "Maafkan Alif, Bun. Alif hanya inginkan sosok ayah seperti teman yang lain, bisa tertawa tanpa beban." Alifian mengungkap semua perasaannya tanpa ada batasan lagi. Sagara masih tetap berdiri di posisinya semula dengan menatap penuh harap pada wanitanya dan kini kedua tangannya berada dalam saku celana. Sarita menunduk tidak berdaya di hadapan dua pria yang bertahta di hatinya. Perlahan Sarita mengang
last updateLast Updated : 2024-03-30
Read more

148. Yakin

Alifian menatap pada Sagara, lalu seulas senyum dia pamerkan. Sagara menanggapi kuga dengan senyuman. Kemudian pria matang itu berbalik badan hendak meninggalkan ruang kerja Sarita Akan tetapi wanita itu segera meraih lengan Sagara yang terayun kebelakang, "Tunggu, Sayang!" Satu kata yang cukup mengelitik telinga Sagara meski begitu pelan. Alifian pun juga masih bisa mendengar kata tersebut hingga dia melonjak kegirangan. "Wow! Yey yey," ujar Alifian. Sagara masih terpaku menghadap pada pintu, salah satu tangannya masih berada di saku celana. Dia mencoba mengingat satu kata yang meluncur lancar dari bibir wanitanya. Ingin hati berbalik dan segera mendekap tubuh mungil dan padat milik Sarita, tetapi egonya masih tinggi. Sagara mengulurkan lengannya dan meraih gagang pintu, dengan pelan ditarik ke bawah untuk membuka pintu. "Ayah, hendak kemana?" tanya Alifian sambil menarik ujung kemeja Sagara. Pria matang pun menunduk dengan mengulas senyum, dengan lirih bibirnya mengeluarkan s
last updateLast Updated : 2024-03-31
Read more

149. Makan Malam

Berbeda dengan Alifian yang terlihat sudah mulai menerima dengan keadaan yang ada. Bagaskara masih tidak rela jika putranya diasuh okeh pria lain, apalagi tadi siang saat dia berniat menjemput Alifian dilihatnya sang mantan bersama pria lain. "Sial! Segitu murahnya kah tubuhmu, Sarita. Ada untungnya tadi sempat kuabadikan, ini bisa jadi bukti," desis Bagaskara sambil melihat hasil jepretannya, "Sepertinya bukti ini haris diamankan!"Segera Bagaskara memindahkan foto Sarita saat bersama pria lain yang tidak lain adalah Anggara. Dengan senyum licik dia menghubungi pengacara yang sudah ditetapkan oleh istrinya. Beberapa panggilan tidak berhasil terhubung, bahkan nomer yang disimpannya itu terdengar sedang tidak berada di jangkauannya. Bagaskara mengusap wajahnya kasar, ada kesal yang menghantam dadanya. "Apa aku harus hubungi Ni Luh lebih dulu baru di mau aku hubungi? Dasar kacung!"Bagaskara mencengkeram kertas yang kebetulan ada di depannya. Dia tidak peduli kertas apa yang sudah di
last updateLast Updated : 2024-04-02
Read more

150. Dua Pengacara

Saat hendak menikmati madu alami pintu dibuka oleh pelayan dengan membawa makanan yang sesuai pesanan juga dua orang tamu. Bagas dan Ni Luh segera memperbaiki cara duduknya. "Silakan saja dilanjut, kami dengan sabar menunggu, Tuan dan Nyonya!" ujar Aknat pengacara pribadi Ni Luh. "Kau jangan bikin malu, Nat. Usiamu masih jauh," dengus Ni Luh. Aknat hanya mengulas senyum tipis, lalu mengambil duduk di depan Ni Luh sedangkan pria yang berusia matang ikut duduk di samping Aknat. Ni Luh menatap suaminya penuh tanya. Bagaskara tersenyum dan mempersilakan kedua tamunya untuk menyantap menu yang ada. Menu sederhana tetapi mewah. "Silakan makan, Tuan Berdua!""Apakah tidak lebih baik kita saling kenal dulu, Kak!" Pinta Ni Luh. "Saya Bagaskara sebagai suami dari Ibu Ni Luh Ayu. Ini pengacara saya, Bapak Arswendo!" ujar Bagaskara. Bagas mengenalkan diri dan pengacaranya pada pria muda di depan istrinya. Aknat yang sejak tadi terlihat santai segera menerima uluran tangan Bagas dengan itika
last updateLast Updated : 2024-04-03
Read more
PREV
1
...
111213141516
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status