Home / Romansa / Kubawa Benihmu, Mas! / Chapter 61 - Chapter 70

All Chapters of Kubawa Benihmu, Mas!: Chapter 61 - Chapter 70

158 Chapters

61. Lima Peti Mati dan Satu Peti Duduk

Bagaskara tersenyum penuh arti saat kalimat semangat meluncur dari mulut putranya. Setelah berkata berisi rahasia bundanya, Alifian berjalan keluar dari kontainer yang sudah menguarkan aroma amis dan pertempuran keras. Tidak butuh waktu lama untuk ketiga orang kepercayaan Sagara melumpuhkan komplotan Bahar Cs. "Siapkan lima peti mati dan kirim ke alamat Madam Anne!" Suara Sarita menggema di setiap cuping ketiga bawahannya. Tanpa banyak bicara, Elfrada segera memesan peti mati lima buah dan sebuah peti duduk berukuran dewasa. Tidak butuh waktu lama semua pesanan Elfrada pun siap. Sebuah ambulance datang bersama beberapa paramedis, mereka mengangkat tubuh Bagaskara yang bersimbah darah. Pria itu meringis saat paha kanannya tersentuh jemari perawat pria. Namun, senyum Alifian mampu meluluhkan kesakitannya. Dia tidak mau terlihat lemah oleh penglihatan putranya."Semangatlah, Ayah. Raih hati dan cinta bundaku!" bisik Alifian kala brangkar yang membawa tubuh Bagas melewatinya.Mendengar
last updateLast Updated : 2023-12-28
Read more

62. Anne Naik Darah

Perlahan Joni membuka pintu kamar majikannya. Pria muda itu melongokkan kepalanya lebih dulu untuk memastikan keadaan sang majikan. Setelah mengetahui posisi Anme, barulah pintu dibuka dengan lebar oleh pemuda itu."Ada apa pagi buta kau sudah bikin ribut, Jon?" tanya Anne kala melihat yamg datang adalah Joni.Pria itu berjalan mendekat dengan kepala menunduk hingga jarak keduanya sejauh dua meter. Setelahnya dengan perlahan Joni menjelaskan keadaan di depan pintu gerbang. Pria muda itu sama sekali tidak mengurangi aataupun menambahi keterangannya. Anne mendengar dengan seksama sambil mengepalkan telapak tangannya. Hatinya semakin merasa tidak karuan apalagi saat mendengar bahwa putranya membela kubu lawan. Dengan berat hati akhirnya Anne berdiri dan mulai melangkah keluar, Joni mengikuti dari belakang. "Apa sebenarnya yang terjadi, Joni? Apa tidak ada jejak pengantar mereka?" cerca Anne."Tidak ada, Madam. Saat saya datang tepat jam lima pagi, kelima peti mati dam satu peti duduk s
last updateLast Updated : 2023-12-29
Read more

63. Sekilas Masa lalu

Anne tidak memedulikan apa yang dipinta oleh Bahar, wanita itu segera mengarahkan moncong pistolnya tepat di pelipis Bahar. Pria itu bergidik ngeri, matanya terpejam, bibirnya bergerak tidak karuan. Lama Anne mempermainkan nyali Bahar. Dan Akhirnya bunyi peluru keluar dari pistol terdengar lirih, Anne sengaja memakai peredam agar tidak mencurigakan warga sekitar yang mulai beraktifitas."Segera bereskan mayat mereka, jika perlu kirim ke alamat rumah masing-masih!""Madam, terima kasih!" lirih Bahar, lalu tubuh lelahnya ambruk ke depan.Tubuh yang tiada daya itu tersungkur dengan luka tembak di sepanjang bahu belakangnya. Darah mulai merembes, tetapi pria itu bungkam. Seperih apa lukanya bibirnya terkatup tidak berani bersuara. Perlahan Bahar bangkit dari posisinya, tertatih dia berjalan melihat satu per satu anak buahnya. Pada setiap dada mayat itu terselip sebuah amplop. Beberapa saat pria itu termenung, dia membayangkan andai yang terbujur kakku itu adalah dirinya bisa saja istri d
last updateLast Updated : 2023-12-31
Read more

64. Kedatangan Nona Luxthor

"Mama ...!""Heem, pagi benar kamu datang Rachel!""Iih, kok ndak kaget!" sungut Rachel.Anne tersenyum menatap putri semata wayangnya dari hasil perkawinan keduanya. Rachel memberengut menatap mamanya yang terlihat santai melanjutkan sarapan."Bagaimana bisa tidak terkejut jika langkahmu saja terdengar berat," jawab Anne."Setidaknya berpura-puralah, Mama!" rajuk Rachel.Anne menyunggingkan senyum masam melihat sikap putrinya yang terkadang masih bersifat kenakan. Sikap yang berbeda jauh dengan masa muda Bagaskara. Deru napas lelah keluar dari bibir Anne, wanita itu meletakkan sendok dan garpunya kemudian meraih gelas berisi air putih. Setelah menenggak hingga separo, tatapannya kembali terarah pada sosok putrinya yang masih berdiri saja. Rachel pun tersenyum lebar."Cantikkan?""Hemm." balas singkat Anne, "Duduk dan sarapan!" lanjutnya.Mendengar perintah wanita yang melahirkannya, Rachel pun segera melakukan tanpa banyak protes. Diraihnya sendok nasi, setelah mengambil nasi dua se
last updateLast Updated : 2024-01-01
Read more

65. Alifian Merajuk

Sarita segera memberesi semua alat makan yang kator bekas makan mereka. Dia dibantu oleh bibi yang selama ini bekerja di rumahnya. Piring dan gelas dibawa ke dapur dan segera dicucinya."Sudah tinggalkan saja, Nyonya. Biar saya yang cuci," kata bibi."Biar aku saja, Bibi tolong potongkan beberapa buah buat Alifian. Nanti biar aku yang bawa ke kamarnya setelah mencuci ini!"Tanpa banyak bicara, bibi pun melakukan apa yang diperintahkan oleh majikannya itu. Sarita segera menyelesaikan pekerjaannya, sementara Sagara dan Elfrada melanjutkan pekerjaannya yang tertunda akibat urusan menghilangnya Alifian. "Apakah peristiwa kemarin itu hatus dilanjutkan ke akarnya, Saga?" tanya Elfrada dalam perjalanan mobil menuju ke perusahaan perhiasan.Sagara masih diam, tatapannya terfokus ke depan arah jalan raya yang padat merayap. Pandangannya terhenti dan meminta pada Elfrada untuk menghentikan kendaraannya. Setelah mobil berhenti, Sagara segera membuka pintu. Pria itu turun lalu berjalan menuju ke
last updateLast Updated : 2024-01-01
Read more

66. Ingin Menjengu Ayah

Sarita tersenyum, dengan lembut direngkuhnya tubuh mungil pria kecil itu. Wajah yang tampan dengan mata dan hidung membawa khas milik Bagaskara itu terkadang membuatnya perih. Sekilas ingatan peristiwa terengutnya keperawanan miliknya saat hujan deras beberapa tahun silam, sesekali masih menyapa. Sarita mendesah lirih, hal itu membuat kepala Alifian mendongak menatap bundanya."Maafkan Fian, Bunda! Aku hanya ingin menjenguk ayah untuk melihat keadaannya saat ini, tidak lebih," ucap Alifian dengan sendu.Sarita mendekap kepala putranya, detak jantung yang tidak beraturan sang bunda jelas terdengar di telinga Alifian. Bocah lelaki itu terdiam menikmati detak jantung dengan hati yang sedih.Perlahan tangan mungil itu mengurai pelukan sang bunda, lalu dengan lembut diciumnya pipi Sarita bergantian kiri dan kanan. Perlakuan putranya yang lembut itu mampu meluluhkan tembok yang sudah dibangun dengan susah. Sarita pun mengangguk dan tersenyum tulus."Baiklah, nanti bunda meminta ijin dulu pa
last updateLast Updated : 2024-01-01
Read more

67. Akhirnya

Setelah puas menatap punggung putranya, Sarita segera masuk kembali. Aulia pun mulai melajukan mobil sesaat setelah majikannya siap."Anda hendak kemana, Nyonya?" "Antar aku ke perusahaan perhiasaan milik Saga!""Baik, Nyonya!"Mobil pun melaju dengan kecepatan sedang. Aulia terlihat fokus ke depan. Kebetulan jalanan tidak macet sehingga membuat mereka segera sampai di perusahaan tersebut. Aulia langsung membawa mobilnya menuju ke lobi, seorang satpam membukakan pintu untuk majikannya. Satpam menunduk memberi hormat saat kaki jenjang Sarita menapak lantai. "Setelah kau parkir kendaraan segera menyusulku ke ruang Saga, Aulia!" perintah Sarita, lalu tatapannya beralih pada satpam, "Terima kasih!"Setelah mengucap kata itu, Sarita melanjutkan langkahnya menuju ke meja resepsionis. Meskipun bisa dibilang Sarita pemilik perusahaan itu, dia masih bertanya pada pihak resepsionis."Apa Sagara ada di ruangannya?" tanya Sarita "Maaf, Nyonya. Bapak ada meeting dengan klaen di sebuah cafe ber
last updateLast Updated : 2024-01-02
Read more

68. Bertemu Pria Itu

"Baiklah, aku akan ikuti apa yang diinginkan oleh Alifian. Terima kasih atas pencerahannya!" Sarita pun berjalan lagibke sofa, tangannya merogoh tas selempang yang dia letakkan di atas meja. Dia berniat untuk mengambil benda pipih dan menghubungi Aulia."Kita ke sekolah Alifian sekarang, Aul!" kata Sarita dan langsung memutus panggilannya.Sangat singkat dan tidak perlu menunggu jawaban dari seberang. Hal ini membuat Sagara terkekeh lirih."Ternyata seorang Alinsky lebih ganas daripada Arnold. Tetapi aku suka caramu memberi perintah," kilah Sagara saat mendapat tatapan tajam dari Sarita.'Iya sudah, aku berangkat. Sampai jumpa!"Setelah berpamitan, Sarita pun melangkah meninggalkan ruangan itu. Sepeninggal sepupunya Sagara kembali mengusap wajahnya kasar."Andai saja kau bukan tanggung jawabku, mungkin akan lain, Sarita!" batin Sagara.Pria itu berjalan menuju ke jendela. Diusapnya sisi yang tadi menjadi sandaran telapak wanita itu. Kemudian menciumnya, sejujurnya baru pada Sarita l
last updateLast Updated : 2024-01-02
Read more

69. Tamu Tak di Undang

Waktu terus berlalu dan Alifian semakin akrab dengan ayahnya membuat duduk Sarita terlihat gusar. Wanita itu sesekali melihat pergelangan tangannya, hampir dua jam putranya berbincang."Ada apa denganmu, Sarita?" tanya Bagaskara"Tidak apa, Pak Bagas.""Apakah kamu ada janji dengan seseorang? Jika iya, tinggalkan saja sementara, biar Alifian di sini bersamaku," kata Bagas.Sarita diam, wanita itu sedang dilema. Sisi lain dia ingin menjauh dari sosok itu, tetapi sisi yang lain hatinya bergetar saat berdekatan dengannya. Ditambah lagi putranya terlihat begitu nyaman. Karena nyamannya sang putra hingga terlelap dalam mimpi."Aku bawa saja, mungkin jika dia terbangun akan merepotkan kamu, Pak.""Biarkan saja dulu, baru juga dia tertidur.""Tetapi aku yang tak nyaman, Pak. Biarlah tidak apa aku bawa saja daripada nanti membikin masalah apalagi keadaan Anda masih belum bisa bergerak bebas."Setelah berkata seperti itu Sarita gegas meraih tubuh Alifian yang tergeletak di atas tubuh Bagaskara
last updateLast Updated : 2024-01-04
Read more

70. Kedatangan Anne

Seorang Wanita berdiri menatap tajam ke arah Sarita. Kedua tangannya berkacak pinggang. Sementara Alifian mulai menunduk dengan telapak tangannya mencengkeram tangan Bagaskara. Tubuh pria kecil itu gemetaran membuat kerutan di dahi Bagaskara."Ada apa denganmu, Nak?" tanya Bagaskara lembut sambil mengusap punggung putranya."Siapa, siapa wanita di sana itu, Ayah?" tanya Alifian dengan nada rendah.Bagaskara menatap penuh tanya pada wanita yang mulai melangkah mendekat ke brangkar. Melihat hal itu, Sarita pun mulai berdiri dan melangkah cepat untuk menghadang laju kaki wanita paruh baya itu.Bagaaskara semakin tidak mengerti dengan tingkah kedua wanita beda usia itu. Tatapan pria itu menghunus tajam menembus sanubari Sarita, tetapi wanita itu tidak memedulikan tatapan sang mantan."Apa yang kalian lakukan, ini rumah sakit!" dengus Bagaskara."Anak udik ini yang mulai duluan bukan mama, Bagas. Dan kamu ... Apakah lupa dengan perbuatannya masa silam?" kata Anne lantang."Mama! Apakah wan
last updateLast Updated : 2024-01-04
Read more
PREV
1
...
56789
...
16
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status