Bab 28Tak terasa mobilnya memasuki halaman rumah orang tuanya. Laki-laki itu mengernyitkan dahi tatkala melihat sang abah duduk bersila di teras rumah. "Ada apa Abah malam-malam begini duduk sendirian rumahnya?" Dia bertanya dalam hati."Assalamu alaikum, Abah," sapanya. Laki-laki itu menjejakkan kaki di teras rumah."Wa alaikum salam." Laki-laki itu melambaikan tangan, memberi isyarat Hafiz untuk mendekat. Hafiz maju beberapa langkah, lalu duduk dengan posisi bersila. Begitu dekat, sampai kedua lututnya menyentuh lutut sang abah. "Ada apa, Bah? Kok kelihatannya serius?""Hafiz, Yasmin baru saja menelepon Abah. Katanya, kamu belum pulang.""Tidak mungkinlah Hafiz pulang ke rumah. Hafiz, kan lagi bersama Abah di sini," jawab Hafiz beralasan."Memangnya ada apa, Bah? Kenapa Yasmin menelepon Abah?" sambungnya."Dia menelpon ke ponselmu, tetapi tidak kamu angkat. Kamu kenapa, Nak? Ada masalah?" selidik Abah. Mata lelaki tua itu cukup awas kalau hanya sekedar menangkap kegusaran dari r
Read more