Semua Bab Rantai Hasrat (Oliver&Nicole): Bab 91 - Bab 100

206 Bab

Bab 91. Malaikat Palsu

Jam dinding menunjukkan pukul delapan malam. Oliver dan Nicole baru saja selesai makan malam. Hari ini, Nicole seharian berada di kantor Oliver. Wanita itu menemani Oliver bekerja. Wanita itu enggan untuk pulang ke rumah sendirian. Lagi pula, kebetulan Oliver tak terlalu sibuk.“Nicole, apa yang dikatakan Dokter Tammin Holt padamu?” tanya Oliver seraya menatap Nicole yang tengah duduk di sampingnya—sambil menonton televisi. “Dokter Holt bilang, kau sudah lama tidak bertemu dengannya. Terakhir dia berhubungan hanya lewat panggilan telepon. Dokter Holt juga bilang dari suaramu yang dia dengar, kondisimu jauh lebih baik, tapi tetap dia meminta kau untuk datang agar dia bisa memeriksa lebih lanjut untuk memastikan,” jawab Nicole memberi tahu.Oliver menganggukkan kepalanya. “Nanti aku akan bertemu dengannya. Tidak sekarang. Aku memang sudah lama tidak bertemu dengan Dokter Holt. Terakhir dia menghubungiku, dan aku meminta padanya mengirimkan obat lagi. Obatku yang ada di kantor tidak tah
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-11-06
Baca selengkapnya

Bab 92. Seseorang Mengawasinya

“Nicole, hari ini aku harus berangkat lebih awal. Perusahaan milik kakekku membutuhkan bantuanku. Nanti aku juga akan bertemu dengan Shawn,” ucap Oliver memberi tahu dengan tatapan yang tengah fokus pada ponsel di tangannya.“Maksudmu Grandpa William?” tanya Nicole seraya menatap Oliver yang tampak sangat sibuk. Sejak Oliver membuka mata di pagi hari—pria itu sudah fokus pada ponselnya. Bahkan selama sarapan, Oliver juga tetap memeriksa pekerjaan. Dia ingin menegur, tapi sepertinya Oliver memiliki banyak pekerjaan. Jadi, Nicole berusaha untuk mengerti.“Bukan, Grandpa William, tapi Grandpa Kelton, kakekku dari sisi ayahku.” Oliver mengalihkan pandangannya, menatap Nicole. “Maxton Group milik kakekku bukanlah firma hukum. Jadi aku jarang sekali ikut campur. Perusahaan kakekku itu sering ditangani oleh ayahku dan Javier, adik laki-lakiku yang sekarang ada di luar negeri. Perusahaan Grandpa Kelton sedang bekerja sama dengan perusahaan Grandpa William. Hari ini, ayahku memintaku untuk men
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-11-06
Baca selengkapnya

Bab 93. Jebakan Gagal

Oliver menatap Shawn yang duduk di hadapannya. Ini pertama kali Oliver duduk tenang dengan Shawn. Tanpa ada tatapan tajam. Sebelumnya, kedua pria itu kerap melempar tatapan tajam permusuhan satu sama lain. Baik Oliver dan Shawn memang memutuskan untuk mengakhiri permusuhan mereka. Keputusan final Nicole menjadi jawaban. Tentu Shawn menghargai apa yang telah Nicole putuskan.“Bagaimana kabar Nicole?” tanya Shawn seraya mengambil wine di hadapannya, dan menyesap perlahan.“Baik. Dia baik. Kemarin, Nicole sudah menceritakan percakapanmu dengannya,” jawab Oliver datar.Shawn tersenyum samar. “Kau tahu? Sampai detik ini, aku masih belum bisa memaafkanmu sepenuhnya. Nicole terlalu baik untukmu, Oliver.”Oliver mengangguk tanpa sama sekali mengelak. “You’re right. She’s perfect, and I love her. Aku tidak akan pernah melepaskannya sampai kapan pun.”Shawn meletakan gelas berkaki tinggi di tangannya, ke atas meja, lalu menatap Oliver dengan tatapan serius. “Semua orang pernah melakukan kesalah
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-11-06
Baca selengkapnya

Bab 94. Jebakan Sempurna

Napas Nicole memburu akibat rasa takut dan cemas. Kening wanita itu berkeringat. Bahkan wajah serta telapak tangannya memucat ketika mobil yang dilajukan Joice, menepuh kecepatan di atas rata-rata. Tikungan tajam kerap dihantam Joice tanpa menginjak pedal rem. Sungguh, Nicole merasakan jantungnya sebentar lagi akan berhenti berdetak.“J-Joice, apa kau tidak bisa pelan?” tanya Nicole dengan tenggorokan tercekat. Tangannya telah memegang kuat seat belt.Joice melirik kaca spion. “Nicole, kalau aku mengemudi mobil dengan pelan, kita bisa tertangkap.” Kecemasan melingkupi wajah Joice. Jalanan sepi dan tikungan tajam, membuat Joice harus lebih berhati-hati.Nicole mengatur napasnya, dan melirik ke belakang sekilas. “Joice, mobil yang mengikuti kita sudah tidak ada. Kau bisa menurunkan kecepatanmu.”Di belakang mobil, sudah tak ada lagi yang mengikuti. Itu kenapa Nicole meminta Joice untuk menurunkan kecepatan. Jika Joice terus membawa mobil dalam kecepatan penuh, maka pasti detak jantung N
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-11-06
Baca selengkapnya

Bab 95. S.O.S

Ketegangan menyelimuti ruang meeting megah di mana Oliver tengah meeting, bersama paman dan kedua sepupunya. Raut wajah Oliver bingung bercampur dengan tak mengerti akan ucapan pamannya. Baru saja dia hendak ingin meminum kopi yang baru saja diantar oleh sang sekretaris, tapi semua terhalang di kala sang paman menghentikannya. Entah, dia tak tahu apa yang ada di dalam pikiran pamannya itu.“Paman, kenapa kau memiliki pemikiran seperti ini?” Shawn dan Marcel bersamaan bertanya pada paman mereka, meminta penjelasan. Mereka bingung dengan ucapan paman mereka. Padahal sebelumnya, semua berjalan baik-baik saja.Oliver menatap serius Dominic, sepasang iris mata cokelat gelapnya, menatap sang paman penuh tuntuan. “Aku tidak mengerti maksudmu, Paman. Kenapa kau mengatakan ada yang menaruh sesuatu ke minumanku? Dari mana kau tahu? Sejak tadi kau di sini bersama kami.”Jika Dominic, tak berada di ruangan itu, mungkin Oliver bisa dengan mudah percaya pada pamannya. Namun, ini berbeda. Pamannya i
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-11-06
Baca selengkapnya

Bab 96. Kau Membunuh Ibuku?

“Akh—” Nicole merasakan sakit di tengkuk leher bagian belakang. Kepalanya sedikit berputar. Rintihan perih lolos di bibir Nicole. Beberapa kali, dia memijat tengkuk lehernya, demi sedikit mengurangi rasa sakit di tengkuk lehernya.Perlahan mata Nicole mulai terbuka, dia mengendarkan pandangannya ke sekitar, melihat dirinya berada di sebuah ruang besar yang hanya diterangi lampu remang-remang. Tampak raut wajahnya berubah melihat dirinya berada di sebuah ruangan asing yang belum dia datangi.Tubuh Nicole bergetar ketakutan menelusup hingga ke dalam dirinya. Akan tetapi, Nicole berusaha untuk menenangkan diri. Lampu remang-remang itu menyelamatkan Nicole dari rasa takutnya. Paling tidak ruangan itu tidaklah gelap gulita. Nicole mengatur rasa takutnya. Tangannya saling meremas pelan—layaknya kepingan puzzle yang terkumpul, ingatan Nicole mulai menyatu mengingat ada empat pria berbadan besar yang mencegatnya kala tengah bersama dengan Joice. Debar jantung Nicole berpacu begitu kencan
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-11-07
Baca selengkapnya

Bab 97. Siapa Sebenarnya Musuhmu?

Tubuh Nicole bergeming di tempatnya, di kala pistol menyentuh keningnya. Tangan Nicole yang hendak menampar Erica itu akhirnya turun tak memberikan tamparan pada sang ibu mertua. Tampak jelas Nicole menahan air matanya untuk tidak lagi tumpah.“Jangan sentuh ibuku, Nicole!” desis Shania memberikan peringatan.Nicole tersenyum sinis, menatap Shania penuh kebencian. “Tindakanku hanya ungkapan kemarahan, karena ibumu telah membunuh ibuku. Jika kau berada di posisiku, maka kau akan melakukan hal yang sama denganku!”Shania terlihat mengatur napasnya. Pun di sini Shania terkejut melihat video yang ditunjukkan ibunya. Dia sama sekali tak mengira kalau ibunya menjadi dalang atas kematian ibu Nicole. Namun, meski demikian tetap Shania wajib membela ibunya.“Ibumu sudah sakit keras. Ibuku hanya membantu menghilangkan rasa sakit ibumu,” seru Shania menekankan.Nicole melayangkan tatapan begitu tajam pada Shania. “Sekarang aku tukar posisi. Jika ibumu yang sakit keras, artinya ibuku berhak melen
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-11-12
Baca selengkapnya

Bab 98. Tempat Berbahaya

Nicole duduk di lantai seraya memeluk lututnya. Matanya berkaca-kaca, hendak meneteskan air matanya. Satu demi satu, bulir air mata mulai berlinang jatuh membasahi pipinya. Ingatannya tergali akan rekaman video yang diputar oleh ibu tirinya. Sungguh, Nicole tak pernah menyangka kalau Erica benar-benar sangat jahat.Selama ini memang Nicole membenci ibu tirinya, tapi dia tak pernah mengira ibu tirinya sampai tega membunuh ibu kandungnya. Tak hanya itu saja, ibu tirinya juga sampai tega membayar gangster untuk menculiknya waktu di Swiss dulu. Kejadian penculikan Nicole di masa lalu, meninggalkan memori buruk sampai membuat Nicole mengalami trauma berat.Nicole menyeka air matanya, berusaha untuk menguatkan diri. Hatinya benar-benar merasakan sesak luar biasa. Hal yang paling Nicole sesali adalah dirinya tak bisa menyelamatkan ibunya. Dulu, dirinya terlalu lemah dan bodoh, sampai tak tahu bahaya datang menghampirinya. Andai waktu bisa diputar, Nicole akan berusaha sekeras mungkin menyela
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-11-12
Baca selengkapnya

Bab 99. Orang yang Licik

Kabel berhasil terputus. Waktu yang telah diatur pada bahan peledak berbunyi semakin kencang. Raut wajah semua orang menegang sekaligus bercampur panik. Hingga ketika detik menuju ke angka nol, pelukan Marcel pada Joice semakin keras. Sedangkan yang lainnya tetap bergeming di tempat dan berusaha untuk sedikit tenang meski panik menyelimuti.Suara hitung mundur bahan peledak terhenti. Sontak semua orang di sana mengalihkan pandangannya pada rompi bom yang masih dipakai oleh Joice. Tampak semua orang lega karena mereka berhasil menjinakkan bom itu.Marcel membantu dengan cepat rompi bom yang dipakai Joice, dan melempar jauh ke luar jendela. Joice memeluk Oliver menangis dipelukan sepupunya itu begitu pilu. Tubuh Joice sampai bergetar ketakutan.“Kau sudah aman, Joice.” Oliver mengusap punggung Joice. “Sekarang beri tahu aku, di mana Nicole?” tanyanya cemas dan khawatir. Oliver sudah yakin pasti para penjahat itu sudah berhasil membawa Nicole pergi. Meski panik dan takut, tapi Oliver tet
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-11-12
Baca selengkapnya

Bab 100. Permainan Dimulai

Madrid, Spain. “Akh—” Nicole tersungkur di lantai di kala tubuhnya di dorong oleh penjaga berbadan besar. Rintihan perih lolos di bibir Nicole. Lutut dan sikutnya sedikit memar terkena lantai. Penjaga dengan badan besar itu mendorong Nicole dengan kasar. Itu yang menyebabkan memar di lutut dan sikutnya.Erica dan Shania tersenyum melihat Nicole merintih kesakitan. Mereka tampak sangat senang akan penderitaan yang Nicole alami. Namun, rupanya Nicole tak membiarkan Erica dan Shania tersenyum di atas penderitaannya.Nicole bangkit berdiri menahan rasa sakit di lutut dan sikutnya. Mata wanita itu menajam melihat Erica dan Shania penuh kebencian. Rahangnya mengetat. Dia ingin sekali menampar dua wanita iblis di depannya, tetapi Nicole menyadari bahwa posisinya berada di dalam kondisi rumit dan tak mungkin mudah melakukan perlawanan.“Bagaimana Madrid? Anggaplah aku mengajakmu jalan-jalan,” kata Erica dengan seringai kejam di wajahnya.Nicole tersenyum sinis. “Tunggulah saat kehancuranmu t
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-11-12
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
89101112
...
21
DMCA.com Protection Status