Semua Bab Menikah Kontrak Dengan Mantan Suami: Bab 41 - Bab 50

124 Bab

Rencana Di Belakang Suami

Melody memacu langkah mendekat ke kamarnya. Menyusul si guru les aneh yang entah sedang apa di depan kamarnya. “Miss Lidya? Apa yang Miss lakukan di sini? Apa pembelajaran Nathan sudah selesai?” tanyanya tanpa basa-basi. Melody langsung menutup pintu kamarnya yang lupa ia tutup. Biasanya pun pintu kamarnya jarang tertutup. Sebab, di rumah ini banyak orang berkeliaran hanya di waktu tertentu saja. Terutama di area kamarnya dan kamar Nathan, tak banyak pekerja yang berkeliaran di sini. Lidya yang sedang melirik-lirik bagian dalam kamar Melody spontan menegakkan tubuhnya. “Maaf, Nyonya. Saya sedang mencari toilet, tapi saya malah tersesat di sini. Rumahnya sangat luas, saya agak kebingungan.” “Oh, toilet?” sahut Melody sembari mengangguk. “Padahal ada banyak toilet di lantai bawah. Kalau Miss bertanya pada Nathan, anak saya pasti langsung memberitahu. Kalau perlu langsung diantar juga, supaya tidak tersesat seperti ini.” “Untung saja Miss Lidya tidak salah masuk ruangan. Mari, saya an
Baca selengkapnya

Akibat Membohongi Suami

“Aku ada meeting siang ini. Sepertinya aku tidak bisa menemani Nathan check up. Atau aku akan mengusahakan datang setelah meeting selesai,” ucap Khaysan pada Melody yang sedang mematut diri di depan cermin. Melody menghentikan pergerakannya yang sedang memulas makeup. “Tidak apa-apa. Kamu fokus saja dengan pekerjaanmu. Kalau waktunya terlalu sempit, lebih baik tidak usah memaksakan datang. Aku pasti memberitahu hasil check up Nathan nanti.” Melody tahu Khaysan harus menghadiri meeting siang ini karena tak sengaja mendengar percakapan lelaki itu dengan sang asisten. Itulah yang membuatnya berani mengajak David bertemu. Sebab, jika dirinya tiba-tiba pergi padahal tidak ada agenda di luar, pasti anak buah Khaysan akan melapor macam-macam. Sebenarnya Melody juga tidak mau mencari masalah dengan bertemu David. Akan tetapi, kekesalan yang berkumpul di dadanya sudah tak terbendung lagi. Ia hanya ingin mencurahkan isi hatinya karena hanya David yang mau mendengar keluh kesahnya selama ini.
Baca selengkapnya

Sengaja Dicelakai

Ponsel Khaysan berdering bersamaan dengan meetingnya yang telah berakhir. Nama Melody tertera di sana dan ia pun langsung menekan ikon hijau sembari membereskan barang-barangnya di ruang meeting. “Bagaimana jalan-jalannya? Kalian pergi ke—” Suara tangis Nathan yang berbaur dengan sayup-sayup suara banyak orang langsung tertangkap oleh indra pendengaran Khaysan. Ia yang telah keluar dari ruang meeting spontan menghentikan langkah. “Apa yang terjadi di sana, Nak? Kenapa kamu menangis?” Firasat buruk langsung menyerang Khaysan. Sedari tadi ia memang telah merasakan keanehan. Apalagi ketika tak sengaja menjatuhkan gelas di ruang kerjanya. “Nathan, kenapa kamu menangis? Di mana Mommy?” Khaysan bersuara lebih keras karena sang putra tak kunjung menjawab. [“Daddy, Mommy pingsan dan berdarah! Nathan sudah membangunkan Mommy tapi Mommy tidak bangun! Nathan takut.”] “Apa? Bagaimana bisa? Apa yang terjadi?” Ekspresi Khaysan kontan berubah drastis. Kecemasan terlihat sangat jelas dari wajahny
Baca selengkapnya

Bilang Saja Ingin Dipeluk

“Jangan asal menuduh kalau kamu tidak punya bukti! Aku belum datang, bagaimana caranya aku mencelakai Melody?” balas David yang tak terima Khaysan langsung menghakiminya begitu saja. Lelaki itu kembali menegakkan tubuhnya dengan tatapan berkobar. “Kamu tidak perlu datang, kamu bisa memerintah siapa pun melakukannya!” sahut Khaysan tak mau kalah. Kedua tangan lelaki itu masih terkepal di sisi tubuhnya. Bersiap kembali memberi bogem mentah pada David. “Kalau aku memang ingin melenyapkan anakmu, aku sudah melakukannya sejak dulu! Kamu tidak akan bisa melihat anakmu, apalagi kembali bersama Melody! Kamu yang membuang mereka, jangan berlagak seperti tak pernah berbuat dosa!” balas David lantang. Tak peduli suaranya mungkin didengar oleh orang tak berpentingan. Melody yang sedari tadi berusaha menggerakkan tubuhnya untuk melerai perkelahian Khaysan dan David, tak bisa berbuat banyak. Tubuhnya masih terlalu lemah untuk digerakkan. Ditambah lagi perutnya juga masih berdenyut-denyut. Ada an
Baca selengkapnya

Seorang Ayah Tetaplah Ayah

Kedatangan Argani menyebabkan suasana yang tadinya hangat langsung berubah dingin dan senyap. Khaysan sudah turun dari brankar yang Melody tempati dan memilih berdiri di samping ranjang. Tadinya ingin mempersilakan sang ayah mertua duduk, namun pria paruh baya itu masih bergeming di tengah-tengah ruangan. “Aku yang memberitahunya kalau kamu masuk rumah sakit,” bisik Khaysan sebelum turun dari ranjang Melody tadi. Walaupun sudah mendapat kabar tentang Melody yang masuk rumah sakit, kedatangan Argani sangat tidak disangka-sangka. Sebab, selama ini pria paruh baya itu tampak sangat cuek terhadap apa pun yang berhubungan dengan Melody. Jika hubungan mereka baik, Melody pasti menyambut kedatangan ayahnya dengan suka cita. Tak ragu menyapa dan membicarakan apa pun. Sayangnya, semuanya tak semudah itu karena selama ini sang ayah lebih banyak menyalahkannya dalam segala hal. Bahkan ketika menghadiri pernikahan keduanya dengan Khaysan, Argani tampak agak keberatan dan lebih banyak bertelepo
Baca selengkapnya

Andalkan Aku Saja

“Jadi, kamu lebih membutuhkan dia daripada aku?” tutur Khaysan dengan senyum miring. “Pantas saja kamu tidak bisa lepas darinya. Dia memang pahlawanmu, bukan seperti diriku yang sangat jahat dan kejam.” “Kamu ini bicara apa? Aku minta maaf kalau itu menyinggungmu. Aku hanya mengatakan yang sebenar—” Melody berjingkat kaget bersamaan dengan pintu yang kembali tertutup. Pintunya sampai bergetar karena bantingan Khaysan tadi. Sebelah sudut bibir Melody terangkat, ia belum selesai bicara dan Khaysan malah langsung meninggalkannya begitu saja. Padahal masih banyak hal yang ingin Melody bicarakan. Namun, baru separuh dari ceritanya yang tersampaikan, Khaysan sudah marah besar. Hal-hal yang bersangkutan dengan Lidya sepertinya sangat tidak penting bagi lelaki itu. “Untuk apa bertanya kalau akhirnya marah-marah sendiri? Dia benar-benar menyebalkan!” gumam Melody yang masih mencuri-curi pandang ke arah pintu. Tampaknya Khaysan benar-benar pergi jauh dan tidak akan kembali dalam beberapa me
Baca selengkapnya

Calon Istri Kedua

“Bagaimana bisa dia lolos semudah itu?! Kalian benar-benar tidak becus! Hanya mencari tempat tinggalnya saja terlambat, bagaimana kalian bisa menangkapnya?!” sembur Khaysan meluapkan emosinya. Atmosfer yang melingkupi ruangan itu berubah tegang dalam sekejap. Kedua tangan Khaysan terkepal di sisi tubuhnya dengan aura gelap yang semakin menguar ke mana-mana. Melody pun tak kalah terkejut mendengar informasi tersebut. “Khay.” Melody bergumam lirih dari tempatnya berada. “Aku yakin semuanya sudah bekerja keras, jangan menghakimi mereka. Tapi, orang itu juga pintar mencari celah. Kita harus sedikit bersabar untuk menangkapnya.” Melody menatap satu per satu anak buah Khaysan yang semuanya menundukkan pandangan. Termasuk Dimas yang berdiri paling depan. Ia tahu mereka sudah berusaha, namun terkadang ada beberapa hal yang menjadi kendala. Sebenarnya Melody juga menyayangkan alamat orang itu yang terlambat ditemukan dan sekarang penghuninya malah sudah pindah. Dan ini juga semakin menunjuk
Baca selengkapnya

Mudah Mengambil Hati

“Berikan aku alamat rumah sakitnya. Aku akan ke sana sekarang!” perintah Khaysan sebelum mematikan panggilan tersebut. “Siapa yang kecelakaan?” Melody yang sedari tadi hanya menyimak pembicaraan Khaysan langsung melontarkan pertanyaan ketika suaminya hendak beranjak pergi. “Pelaku yang mencelakaimu. Entah apa yang terjadi sebenarnya. Aku harus melihatnya secara langsung. Aku tidak mau dia lolos lagi dan semakin menyusahkan!” jawab Khaysan seraya mengantongi ponselnya. “Orang itu kecelakaan? Bagaimana bisa?” tanya Melody dengan mata melebar sempurna. Baru beberapa hari yang lalu Melody dan Khaysan mendapat kabar jika tersangka yang meracuni Melody melarikan diri. Setelah berhasil tertangkap, sekarang orang itu malah mengalami kecelakaan. Tetapi, setidaknya sekarang orang itu sudah tidak bisa melarikan diri ke mana-mana lagi. “Orangku hampir berhasil menangkapnya. Tapi, dia malah melarikan diri dan tertabrak mobil yang melaju kencang. Sekarang dia sedang kritis di rumah sakit. Aku h
Baca selengkapnya

Panggil Aku Sayang

Melody mengerang kesakitan sembari memegang perutnya. Perutnya terasa kaku dan seakan dicengkram oleh sesuatu. Wanita itu spontan berpegangan pada sebuah meja yang kebetulan ada di dekatnya. Namun, hal itu tak banyak membantu karena lantai yang sangat licin. Khaysan yang hendak memasuki dapur langsung menahan Melody yang nyaris menghantam lantai. Kekhawatiran tampak sangat jelas dari wajahnya. Lelaki itu sudah bersiap mengangkat tubuh Melody, namun sang empunya langsung mencegah. “A-aku baik-baik saja,” ucap Melody yang masih berpegangan pada lengan sang suami sedangkan satu tangan lagi mencengkeram meja. Nyeri di perutnya perlahan berkurang dan akhirnya menghilang. Setelah tak terasa lagi, ia langsung kembali menegakkan tubuhnya. “Kamu yakin? Lebih baik kita ke rumah sakit sekarang. Atau kamu mau dokternya aku panggil ke sini saja?” Khaysan masih terlihat tak percaya jika Melody sudah baik-baik saja. Apalagi istrinya masih sesekali meringis. Melody mengusap sudut matanya yang sedi
Baca selengkapnya

Gara-Gara Mengidam

Melody meraba sisi ranjang di sampingnya yang ternyata kosong. Netra kecokelatannya spontan terbuka dan menyipit menatap sekitarnya. Suaminya tak terlihat di mana pun dan toilet yang tersedia di kamar mereka pun terbuka. Artinya lelaki itu tak ada di sana. Walaupun masih setengah mengantuk, Melody memilih bangkit dari ranjang dan beranjak keluar kamar. Ia penasaran di mana suaminya berada saat ini. Atau lelaki itu pergi tiba-tiba setelah dirinya tertidur? Kemungkinan tersebut bisa saja terjadi. Feelingnya menuntun Melody melangkah ke arah dapur. Seluruh tempat yang dilewatinya sangat sepi, tetapi tak membuatnya mengurungkan niat untuk melanjutkan langkah. Ia tidak tahu jam berapa saat ini, namun sepertinya sudah memasuki waktu dini hari. “Kenapa tiba-tiba Mommy lapar ya, Sayang? Apa kamu juga lapar?” gumam Melody sembari mengelus perutnya. “Ayo kita cari makanan di dapur, siapa tahu ada yang bisa langsung dimakan tanpa harus dimasak dulu.” Prang! Melody berjingkat kaget ketika men
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
34567
...
13
DMCA.com Protection Status