Semua Bab Menikah Kontrak Dengan Mantan Suami: Bab 91 - Bab 100

124 Bab

Mengembalikan pada Pemiliknya

“Sayang! Sayang! Bangun!” Khaysan menepuk pelan pipi Melody, berusaha membangunkan sang istri. Wajah wanita itu bahkan terasa lebih dingin dari biasanya. “Bagaimana ini bisa terjadi? Kalau sampai terjadi sesuatu pada istriku, aku akan membunuh kalian semua!” bentak Khaysan dengan suara menggelegar. “Kami akan mengusahakan yang terbaik untuk istri Tuan. Kami mohon Tuan untuk tenang,” jawab salah seorang asisten dokter kandungan yang membantu persalinan Melody. Khaysan hanya melangkah mundur hingga ke ujung ruangan meski sang asisten dokter telah memberi isyarat agar dirinya menunggu di luar. Ia tidak akan pergi ke mana pun sebelum keadaan Melody membaik. Kekhawatiran tampak sangat jelas dari wajahnya. Kedua tangan Khaysan terkepal hingga gemetar. Lelaki itu menyentuh dadanya yang terasa amat sesak hingga mencekiknya. Sorot matanya yang penuh dengan kekhawatiran terus tertuju ke arah Melody yang masih mendapat penanganan dari dokter. Tangis nyaring putrinya, mengalihkan atensi
Baca selengkapnya

Yakin Dia Masih Mencintaimu?

Rahang Khaysan mengeras. “Apa maksudmu?!” Suasana yang sedari tadi sudah memanas kian memanas karena kata-kata David. Tawa sumbang lelaki itu menyembur. Sengaja memancing amarah Khaysan yang tampaknya sudah di ujung tanduk. “Melody pernah mengatakan kalau kalian hanya menikah kontrak. Bahkan, kontrak itu sudah selesai jauh sebelum Melody melahirkan. Apa lagi yang ingin kamu tunggu? Waktumu sudah berakhir,” balas David dengan seringai penuh makna. “Aku yang selalu ada untuk Melody selama ini. Dan apa yang kamu lakukan? Kamu sudah menyia-nyiakannya, meragukan, dan membuangnya. Apa kamu tidak tahu malu? Jangan terlalu percaya diri. Melody kembali menerimamu hanya karena penyakit Nathan.” David sengaja menyiram bensin yang membuat amarah Khaysan semakin meluap-luap. Khaysan mencengkeram kerah kemeja David. Urat-urat di lehernya sudah menonjol, menyiratkan emosi tertahan yang sangat pekat. “Kamu merasa hebat dan berjasa hanya karena dia mengandalkanmu? Kamu pikir iru bisa membuatnya
Baca selengkapnya

Kenali Dia dengan Baik

“Aku dengar istrimu baru melahirkan. Aku kebetulan lewat dan mampir. Maaf tidak sempat memberi kabar. Apa aku mengganggu?” tutur Lusy yang baru saja memasuki kamar rawat Melody dengan senyum lebar. “Karena buru-buru, aku tidak sempat membelikan kado untuk anak dan istrimu. Kapan-kapan aku akan membawakannya.” Sebelum dipersilakan masuk, Lusy langsung melangkah mendekati Naomi dan meletakkan keranjang buah yang dibawanya di atas nakas. “Kenapa kalian diam? Apa aku datang di saat yang tidak tepat?” Lusy kembali bersuara karena Khaysan dan Melody tak menjawab. “Oh, tentu saja tidak mengganggu. Terima kasih sudah menyempatkan datang. Padahal tidak perlu repot-repot,” sahut Melody dengan senyum amat tipis. Melody ingin mengutuk siapa pun yang memberitahu Lusy jika dirinya baru saja melahirkan. Bahkan, ia baru sadarkan diri dan belum sempat menjenguk Nathan ataupun Lavina. Dan Lusy malah sudah datang, menghancurkan suasana hatinya yang baru saja membaik. Melody menatap tajam ke ara
Baca selengkapnya

Menemui Wanita Lain

Melody mengintip Khaysan yang sedang mengobrol dengan Lusy di luar kamar rawat inapnya. Lebih tepatnya diujung lorong yang cukup jauh dari ruangannya. Seolah sengaja agar dirinya tak mendengar pembicaraan mereka. Padahal setengah jam lalu, katanya Lusy sudah ingin pulang. Tetapi ternyata malah masih mengobrol dengan Khaysan. Jika memang masih ada yang perlu dibicarakan, di ruangan Melody pun bisa. Melody tidak akan mengganggu mereka, apalagi jika berkaitan dengan pekerjaan. Namun, mereka malah memilih berbicara secara sembunyi-sembunyi. Bahkan, sangat jauh dari ruangannya. Tadinya Melody ingin mengunjungi Nathan sekalian menjenguk putrinya di ruangan khusus bayi. Namun, keberadaan Khaysan dan Lusy di ujung sana menarik perhatiannya. Ia pikir Khaysan pergi ke mana, ternyata lelaki itu hanya ingin menemui Lusy di belakangnya. “Pantas saja dia buru-buru keluar, ternyata untuk mengobrol dengan wanita itu. Apa yang mereka bicarakan sampai aku tidak boleh dengar?” gumam Melody sembari
Baca selengkapnya

Memilih Berbohong

Seminggu kemudian akhirnya Nathan diperbolehkan pulang. Setelah kondisi bocah itu benar-benar stabil. Jadi, Melody tidak perlu bolak-balik ke rumah sakit lagi seperti beberapa hari ke belakang. “Sayang, apa kita mampir ke salah sati restoran dulu dan makan siang di sana? Nathan pasti sudah lapar,” tawar Khaysan ketika mobil yang dikendarainya terhenti di lampu merah. Lelaki itu menoleh ke samping, menatap istrinya yang tampak lebih dingin selama beberapa hari terakhir. Saat ini mereka sedang dalam perjalanan pulang setelah menjemput Nathan dari rumah sakit. Hanya bertiga saja karena Lavina ditinggal di rumah bersama orang tua Khaysan dan ayah Melody. Kebetulan mereka menginap di tempat tinggal Melody dan Khaysan sejak Melody dan Lavina diperbolehkan pulang tiga hari lalu. “Tidak usah. Kita makan di rumah saja. Nathan tidak boleh makan sembarangan,” jawab Melody datar, tanpa menatap Khaysan sama sekali. Sebenarnya Melody tak berniat mengabaikan Khaysan. Hanya saja, kekesalan yan
Baca selengkapnya

Masih Marah, Sayang?

“Oek! Oek!” Suara tangis samar Lavina yang terdengar membuat Melody terbangun. Namun, ketika ia membuka mata dan hendak bangkit dari ranjang, ternyata Khaysan telah lebih dulu bangun. Mengambilkan popok baru beserta perlengkapan lainnya ke ranjang kecil bayi mereka. “Popoknya penuh. Kamu tidur saja. Biar aku yang mengganti popoknya,” tutur Khaysan saat menyadari jika Melody juga terbangun. “Kamu ada urusan kantor besok pagi. Tidurlah, biar aku yang mengurusnya.” Melody tetap bangkit dari ranjang dan mengikat asal rambutnya yang berantakan. Sudah beberapa kali Melody mendapati Khaysan bangun tengah malam untuk mengurus Lavina saat dirinya tidur. Bahkan, lelaki itu juga yang memiliki ide agar Melody memeras ASI yang diawetkan di dalam freezer dan dapat dihangatkan jika Lavina haus malam-malam begini. “Supaya kamu bisa istirahat lebih nyaman. Kalau aku yang bangun, aku yang akan menghangatkan susu untuk Lavina. Atau sebaliknya. Aku yakin, ini akan memudahkan kita.” Begitulah j
Baca selengkapnya

Kedatangan Rosetta

“Apa? Itu tidak mungkin! Lusy yang mengarang cerita itu?” kilah Melody sembari tertawa dan mengalihkan pandangan. Tak ingin ketahuan sedang berbohong. “Bukan dia. David yang memberitahuku. Dia bilang kalian melihatku mengobrol dengan Lusy di koridor rumah sakit. Itu membuatmu kesal dan mengabaikanku sampai sekarang,” jawab Khaysan sembari tersenyum. “Aku tidak—” Melody tidak melanjutkan pembelaannya. Untuk pertama kalinya, ia mengutuk David dalam hati. Biasanya lelaki itu selalu berpihak padanya dan merahasiakan apa pun yang seharusnya dirahasiakan. Tetapi, David malah memberitahu Khaysan jika mereka melihat lelaki itu menemui Lusy. Melody hanya ingin Khaysan mengakui pertemuan lelaki itu dengan Lusy tempo hari, bukan malah menggodanya seperti ini. Wajahnya pun sudah memerah menahan malu. Khaysan pasti menilai sikapnya sangat buruk dan kekanakan. Karena Khaysan tak melepasnya, Melody hanya bisa mengalihkan pandangan sembari mempertahankan ekspresi galaknya. Khaysan mengulum sen
Baca selengkapnya

Mari Bercerai

“Aku hanya ingin menagih janji.” Melody yang tadinya hendak langsung memasuki rumah terdiam sejenak. Wanita itu kembali membalikkan tubuhnya, menatap Khaysan dan Rosetta secara bergantian. Ia memanggil pelayan yang kebetulan melintas. Meminta sang pelayan mengantar putranya ke kamar. “Nathan masuk duluan ya? Ikut dengan Bibi. Nathan langsung istirahat. Nanti Mommy dan Lavina menyusul,” bisik Melody pada putranya yang langsung diangguki oleh bocah itu. Setelah Nathan masuk bersama sang pelayan, Melody membalikkan tubuhnya. Sebenarnya, ia tidak berniat ikut campur dengan urusan Khaysan dan Rosetta. Akan tetapi, firasatnya mengatakan jika dirinya perlu mengetahui apa yang suaminya janjikan pada mantan atasannya ini. “Janji apa? Jangan bicara omong kosong! Pergilah, aku sedang tidak ingin menerima tamu!” Tanpa basa-basi, Khaysan langsung mengusir Rosetta dari rumahnya. Melody langsung duduk di bangku yang sebelumnya ditempati oleh Rosetta. “Duduklah dulu, supaya lebih enak ngobrol
Baca selengkapnya

Tinggalkan Dia

“Sayang, kamu kenapa?” tanya Khaysan panik melihat Melody yang tiba-tiba kesakitan. Melody hanya mengerang kesakitan sembari mencengkram lengan suaminya dan menyentuh perutnya. Pasca melahirkan, ia memang sering mengalami kram perut, namun biasanya tidak sampai seperti ini. Hanya nyeri sebentar dan setelah itu kembali membaik. Khaysan menggendong Melody dan membawa wanita itu ke kamar tamu terdekat. Tak ingin mengganggu anak-anaknya yang sedang tidur. Kemudian, langsung menghubungi dokter pribadinya dan meminta sang dokter segera datang. “Tunggu sebentar, Sayang. Dokter akan segera datang,” ucap Khaysan yang berjongkok di samping ranjang yang Melody tempati. Tak sampai 30 menit kemudian, dokter pribadi Khaysan datang dan langsung memeriksa Melody. Kram yang Melody rasakan pun perlahan-lahan mulai membaik. Sang dokter hanya memberi obat pereda nyeri dan menyarankan agar Melody di kompres menggunakan air hangat hingga kram tersebut reda. “Kamu sering mengalami kram? Kenapa tida
Baca selengkapnya

Berpisah Demi Janda

“Oh, tenang saja. Aku tahu apa yang harus aku lakukan. Jika dia menginginkanmu, dia milikmu. Katakan padanya untuk mempercepat proses perceraian kami. Setelah itu, kalian bebas melakukan apa pun. Jangan ganggu aku lagi,” jawab Melody datar. Melody sudah bisa menebak jika akhirnya Rosetta akan membahas hal-hal seperti ini. Sebab, tidak ada alasan lain lagi bagi Rosetta untuk menghubunginya selain karena Khaysan. Ia pun tak berniat untuk menghalangi hubungan mereka. Lebih baik dirinya yang pergi. Seperti dulu lagi. [“Maafkan aku. Sebenarnya aku tidak tega melakukan ini. Aku tidak bermaksud membuatmu tidak nyaman apalagi mengusirmu. Aku berjanji akan menjadi ibu tiri yang baik untuk anak-anakmu kelak. Kuharap kita juga bisa tetap berhubungan baik.”] Melody mendengus samar. “Kurasa lebih baik kita tidak perlu terlalu banyak berkomunikasi setelah ini. Bersenang-senanglah dengan Khaysan. Dan satu lagi, anak-anakku tidak memerlukan ibu tiri. Aku sanggup mengurusnya sendiri. Jadi, tidak p
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
8910111213
DMCA.com Protection Status