Semua Bab Sang Pengubah Takdir: Bab 61 - Bab 70

164 Bab

Gangguan Kecil Di Pasar

Sesampianya di pasar, Rangga memanggil Boneng dan Maharani lalu memberi mereka uang, “Kalian bisa belanja apapun yang kalian butuhkan. Aku akan di sini melihat jalan. Siapa tahu kakak iparku sedang berkeliling bersama bawahannya…”“Aku tidak butuh apa-apa…” kata Maharani.“Bagaimana dengan pakaian?” tanya Rangga.“Aku sudah kau belikan dan itu pakaian bagus. Aku menyukainya. Kebetulan ukurannya juga pas…” kata Maharani.“Kau boleh belanja, Neng… belikan emakmu sesuatu dari kotaraja…” kata Rangga.“Hehehe. Iya. Aku memang ingin beli oleh-oleh… kalau begitu, aku belanja dulu ya Juragan Muda yang baik hati!” kata Boneng sambil menerima lima keping emas dari Rangga.“Ya sana…” kata Rangga.“Aku di sini saja mengawalmu!” kata Maharani. “Lagipula aku tidak terlalu suka keramaian di pasar…” lanjutnya.“Baiklah…” kata Rangga.Boneng masuk ke dalam pasar. Rangga dan Maharani duduk-duduk saja di dekat kereta sambil mengamati situasi pasar yang ramai itu.Maharani, jika dilihat dari tampilannya
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-11-05
Baca selengkapnya

Menemui Teja Di Balai Keamanan Kotaraja

Rangga sungguh merasa was-was. Dan sungguh benar kata orang-orang itu, tak ada yang peduli dengan apa yang terjadi. Orang-orang pasar itu tampak cuek dan malahan pura-pura tak melihat jika Maharani jelas-jelas sedang dikeroyok oleh empat orang lelaki.Rangga merasa harga dirinya tercabik-cabik; ia seorang lelaki. Namun ia hanya diam saja membawa parangnya sambil menatap Maharani yang sedang akan menghadapi empat orang lelaki bersenjata pisau itu.‘Kenapa pula Rani tak mau menggunakan parangku? Astaga… ini membuatku sangat khawatir… dan Boneng belum juga kembali. Mungkinkah Rani bisa menang dengan mudah melawan mereka berempat? Tapi di hutan itu dia berhasil membunuh banyak pendekar yang menjadi musuhnya. Masalahnya saat ini dia sedang sakit…’ ucap Rangga dalam hati.Rangga tidak tahu bahwa bagi Maharani, empat berandal pasar itu hanyalah butiran kerikil yang mengganggu. Mereka bahkan tidak memahami dasar beladiri.Maka dalam kepungan empat lelaki bersenjata pisau itu, Maharani masih b
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-11-06
Baca selengkapnya

Keberadaan Kusuma

Nawang dan Teja serta yang lain langsung menoleh ke arah Rangga.Saat itu juga, Nawang langsung menundukkan wajahnya tak kuat mendapatkan tatapan tajam dari Rangga. Ia pun sungguh merasa cemas saat itu; jika sampai Rangga mengatakan bahwa dialah salah satu otak yang ingin mencelakai Citra, habislah sudah.Rangga berjalan dengan penuh emosi, “Kenapa dia di sini!” ucapnya dengan nada kasar sambil menuding ke arah Nawang. Hal itu tentu membuat Teja dan yang lainnya merasa heran; sebenarnya ada hubungan apa antara Rangga dengan Nawang.“Sabar, Rangga! Kenapa kau marah-marah saat melihat dia? Nawang inilah yang ingin menyelamatkanmu dan Citra!” kata Teja.Dengan memasang wajah memelas, Nawang bersimpuh di lantai menghadap Rangga seolah hendak bersujud, “Kangmas… tidak selamanya aku berbuat buruk… aku ingin menebus kesalahanku. Itu saja. Aku juga tak berharap kau mengakuinya…” kata Nawang.“Rangga, duduklah!” kata Teja. “Kau juga, Nawang!” lanjutnya.Terpaksa Rangga duduk. Demikian halnya d
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-11-07
Baca selengkapnya

Boneng Dikeroyok Orang

Rangga menimbang sejenak dan ia memutuskan untuk tidak pergi ke tempat keberadaan Kusuma. Ia mempertimbangkan kesehatan Maharani. Lebih baik wanita itu pulih lebih dahulu. Lagipula, Teja memang akan ke sana.Awalnya Maharani keberatan dengan keputusan Rangga. Namun kemudian ia sepakat juga. Toh yang ia lakukan hanyalah untuk membalas budi; apa yang Rangga putuskan, maka ia akan mengikutinya.“Ngga… ini aku cuma tanya lho, kira-kira berapa hari kita di sini? Ingat di rumah kita masih ada banyak tanggungan. Kuda-kudamu, dan lain-lain…” kata Boneng mengingatkan.“Dua hari. Apapun hasilnya, kita akan kembali!” kata Rangga.“Baiklah. Maksudku bukan untuk membuatmu merasa terburu-buru lho Ngga. Kalau aku sih santai saja. Toh kau sudah tahu sendiri aku tidak punya tanggungan apa-apa…” kata Boneng.“Aku paham, Neng. Mudah-mudahan saja ada hasilnya. Kademangan Bangunraga tidaklah jauh. Kang Teja pasti bisa bekerja cepat!” kata Rangga. “Dan mumpung di sini, kau boleh bebas jalan-jalan, Neng. Ka
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-11-08
Baca selengkapnya

Teja Kembali Ke Kotaraja

Berikutnya, Maharani sudah kembali beraksi menghajar para berandal itu. Ia bergerak dengan sangat lincah dan ringan, mengandalkan kedua kakinya untuk menyerang orang-orang yang bersenjata pisau itu.BAG-BUK-PLAK-PROKLebih dari sepuluh orang yang mengeroyok Maharani itu benar-benar dibuat kelabakan kalang kabut dengan serangan yang sangat cepat itu.Rangga dan Boneng tak berkedip melihatnya; terlebih boneng yang baru kali itu melihat Maharani memperlihatkan kemampuannya.Banyak orang yang berkerumun melihat keributan itu pun juga berdecak penuh kekaguman saat melihat Maharani yang dengan lincah dan ringan bak kupu-kupu, namun bertenaga bak kuda yang menendang lawan-lawannya.Dalam sekejab, semua orang itu terkapar di tanah dan merintih kesakitan.Maharani segera berjalan ke arah Rangga dan Boneng, “Lukamu lumayan juga. Sebaiknya kita segera pulang! Rupanya begal-begal itu punya komplotan di sini!” kata Maharani.“Rani… yang tadi itu menakjubkan!” kata Boneng. Luka lebam di wajahnya da
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-11-09
Baca selengkapnya

Maharani Menantang Teja

Rangga sebenarnya cukup terkejut melihat Teja memiliki beberapa luka gores yang terlihat di tangannya. Mungkin di tubuhnya juga.“Kang Teja… apa yang terjadi padamu?” tanya Rangga dengan perasaan tidak enak hati.“Kusuma berhasil kabur lagi. Kau berhati-hatilah. Dia lebih berbahaya dari apa yang kita pikirkan. Dari anak buahnya yang aku tangkap dan aku tanyai, Kusuma memiliki hubungan baik dengan kelompok-kelompok besar di mana dia bisa mendapatkan pendekar-pendekar berkemampuan tinggi yang ia sewa. Dia juga menjalankan banyak usaha gelap yang selama ini tidak diketahui balai keamanan kotaraja!” kata Teja sambil mengusap wajahnya kasar.Rangga tertegun. Ia memang tak banyak tahu soal Kusuma. Sebelum dia kembali ke masa mudanya, yang ia tahu adalah Kusuma memiliki beberapa bisnis kotor saja di kotaraja seperti rumah hiburan, kedai arak dan tempat judi. Selain itu ia dikenal sebagai juragan kayu. Bisnis bersih itu hanya sebuah cara untuk menutupi bisnis hitamnya.‘Perubahan takdir membu
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-11-10
Baca selengkapnya

Pulang Ke Rumah Citra

Teja dengan gelagapan menghindari satu serangan itu. Maharani pun juga sengaja tak membuat serangannya kena. Ia melakukan hal itu hanya untuk memberi peringatan agar Teja waspada.“Ayo!” ucap Maharani. Berikutnya, manakala Teja sudah kembali siap, Maharani mengerahkan serangan yang sesungguhnya.Gerakan Maharani sungguh cepat dan rumit. Namun ia sengaja mengurangi kekuatan pukulannya. Maharani seperti sengaja mempermainkan Teja sehingga pukulan yang sungguh-sungguh berupa pukulan itu tidak pernah mengenai Teja, namun tamparan yang ia lakukan berkali-kali menyambar pipi lelaki itu.Dalam waktu singkat, sudah belasan tamparan yang dengan telak mengenai pipi kanan dan kiri Teja. Lama kelamaan, kedua pipi itu terasa panas juga. Teja sudah berusaha membalas karena hal itu pun ternyata sanggup memancing emosinya.Namun sayangnya, dari banyak segi, Teja memang masih di bawah Maharani. Teja, sebagai lelaki, boleh saja lebih kuat. Namun dalam hal teknik, kecepatan, kelincahan, serta pengalaman
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-11-11
Baca selengkapnya

Keputusan Untuk Menemui Sang Kakek

Citra mencoba lepas dari pelukan Rangga, namun ia tertahan. Rangga memeluknya erat-kuat.“Kangmas mencari wanita lain selama aku di sini?” ucap Citra dengan suara bergetar.“Hahaha… ayo aku kenalkan. Kendalikan amarahmu. Nanti kau akan tahu sendiri…” kata Rangga.Tulang belulang Citra serasa lemas. Kesedihan menyeruak begitu saja.“Rani, kemarilah. Ini istriku yang harus kau lindungi nantinya…” kata Rangga memanggil Maharani.Seribu tanya melanda pikiran Citra. Ia semakin dibuat bingung.Maharani melangkah mendekat dan ia cukup peka jika Citra mungkin berpikir yang tidak-tidak atas keberadaannya.“Salam kenal. Namaku Maharani. Mbak Yu bisa memanggilku Rani. Aku pendekar yang bekerja untuk Kang Rangga dan tugasku adalah menemanimu nantinya…” kata Maharani.Citra masih bingung mau mengatakan apa, ia menoleh ke arah Rangga. “Pendekar?”“Kusuma belum ketemu. Aku sempat ke kotaraja dan bertemu Kang Teja. Dia akan mengirim orang untuk menjaga rumah ini. Namun aku akan merasa lebih aman jika
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-11-12
Baca selengkapnya

Tukang Pijit Yang Diundang Sang Eyang

Rumah tua Eyang Kartareja masih terlihat kokoh, teduh dan seolah memiliki sebuah wibawa sebagai bangunan; semua dibangun sesuai pakem leluhur.Saat Rangga telah sampai di gapura tanpa gerbang yang menjadi jalur masuk ke halaman yang luas dengan beberapa jenis pohon tua yang tumbuh besar di sana, beberapa prajurit penjaga menyapa dengan santun.Rangga turun dari kuda dan berjalan pelan mendekati mereka. Rangga tahu siapa mereka, namun sebaliknya, mereka tak tahu siapa Rangga.“Raden hendak bertamu dan bertemu Eyang Kartareja?” ujar salah satu prajurit penjaga yang berpakaian biasa saja. Namun sikap dan pembawaan mereka memberi kesan jelas bahwa mereka adalah prajurit istana yang ditugaskan untuk menjaga rumah itu.“Benar. Apakah beliau ada di rumah?” tanya Rangga.“Nanti saya sampaikan dulu kepada beliau. Bisa tahu Raden ini siapa?” tanya prajurit itu.“Namaku Rangga. Beliau pasti tahu…” kata Rangga.“Baik, Den…” Prajurit itu segera bergegas ke dalam rumah dan Rangga menunggu di depan
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-11-13
Baca selengkapnya

Perubahan Rencana

Eyang Kartareja terkekeh melihat Nawang yang tampak kaget. “Hehehe, dulu kan aku pernah bercerita kepadamu jika aku punya cucu. Tak kusangka, dia malah datang sendiri sebelum aku sempat mencarinya. Layani dia dengan baik, Nawang…”Nawang merasa rumit. Ia tak tahu harus senang atau tidak dengan hal itu. Yang pasti, ia punya niat untuk mempertemukan Rangga dengan kakeknya. Tapi jika dipikir ulang lebih jauh, ia belum hendak bertemu Rangga dalam waktu sedekat itu.‘Bukan seperti ini rencanaku. Di mata Eyang, aku ini hanyalah wanita murahan dan saat ini aku masih tidak bisa mendekati Rangga. Jadi, apa yang harus aku lakukan? Jika Rangga tahu aku kenal dengan Eyang, ini bisa sangat buruk. Dia masih tidur… ini kesempatan…’ ucap Nawang dalam hati.“e—aduh…” Nawang tiba-tiba merintih pelan sambil membungkukkan badannya dan meringis.“Kau kenapa, nduk?”“E-eyang… Mohon maaf… sepertinya… saya datang bulan… em… apakah boleh temanku saja yang menggantikan saya?” Ujar Nawang semakin mendramatisir
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-11-14
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
56789
...
17
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status